tadi pagi
ia berbicara tentang narcist
perihal pesan pendekku yang tersirat

siangnya ia bicara mengenai puisi
amor eterno lafalnya

malamnya hanya kudengar iringan lagu untukku
dariku
“just a yellow lemon tree”

Mahkota MahaRani

Percuma berbohong apa yang sudah terbaca
Segala tinggal disimpan lalu selesai tanpa bekas
Tapi terus dia berkelit dengan keluh kesah jalan hidupnya
Padahal ia bahagia
Ia selalu berkata tidak untuk penantianku
Untuk semua penaklukanku

Aku sudah nyaris tanpa harapan
Tapi,
Biar lutut ini sudah robek dan berdarah
Aku tetap di sini
Agar jika ku mati dia membuka pintu
Lalu menguburku dengan mahkota hatinya

Maklum, Cinta

Berdua kita di meja biru itu
Senja, saat waktu kita telah dimulai
Kuambil satu jam untukku demi kamu
Aku menatap dingin bibirmu yang terus berceloteh
Tak berkesudahan
Mulai tercurah perasaanku
Hiruk pikuk suasana aku abaikan
Demi menatap matamu yang terus kabur tak berdaya
Tak setetes pun kau teguk penghapus dahaga dariku
Mulai kusadar tentang harga dirimu
Tapi semua itu lalu kamu lepas
dibuka didepanku
Untuk memegang tanganku

Mawar Biru

Cinta yang melihat akibat dari sebabnya
Cinta yang dapat memandang sesuatu dari lain sudut
Cinta bisa melihat kebohongan seperti sebuah keterpaksaan
Cinta yang dapat melihat puncak tetapi pondasi sebuah gunung
Cinta dapat memilah antara egois dan individulis
Cinta bukan hanya sebuah tangisan perpisahan tetapi juga kebersamaan
Cinta sejati dapat mendengar raungan seperti teriakan kesuksesan terakhir
Cinta sering melihat perceraian sebagai sebuah perkawinan hati yang menangis
Cinta memang buta baik dan buruk seperti manusia pertama
Cinta layaknya sebuah khayalan mati yang hidup dalam imajinasi manusia
Cinta lebih menatap matahari sebagai embun pagi
Cinta juga telah merasakan bahwa yang paling berharga telah diberikan cuma cuma
Cinta tak hanya yang bergandengan tangan tetapi juga yang melipat tangan sendiri
Cinta dapat merasakan bahwa tiap tetesan darah lebih daripada sebuah perjuangan perang
Cinta satu satunya yang dapat menimba kucuran darah menjadi bayaran lunas
Cinta bukan hanya pada sesama tetapi pada diri sendiri
Cinta bukan hanya pada musuh tetapi juga pada saudara
Cinta jugalah sisi Tuhan yang lain yang membuat atheis dapat hidup tanpa pijakan
Cinta yang membuat penjajah dan terjajah sama punya keringat
Cinta memang lebih daripada keadilan
Cinta adalah bagian dari Kebenaran
Cinta memang tak selalu berakhir bahagia
Sebab cinta tak selalu ada akhirnya

menyeberang dari cintamu

kulihat ragu darimu
ragu dari seorang yang amat meragukan bagiku
bagiku yang juga ragu ragu
terkatup

mari mencinta

lihat
ragu datang lagi
dari keraguan seorang peragu
ia menatapku, meraguiku

sudahlah sayang
mari kita satukan ragu kita
seragu pandangi diriku, biar tak ada lagi yang bingung padaku

Percayalah

Kamu langkahkan kaki bersama tiap langit biru di mata coklatmu
Bersama liukan tubuh gemulai seorang insan lugu
Yang iramanya bersatu menyentuhku dengan tanpa malu

Mataku tertuju pada hatimu
Ketika mulutmu ragu tuk percaya
Satu ruang terlalu penuh untuk dirimu ini
Malah aku yang sekarang gemetar lelah

Terlalu berat untuk diriku
Tuk sekedar menahan niat
Dikala aku mendengar seuntai kata
Aku juga begitu

Romansa Teologia

alis tipis diwarnai pipi kuning yang manis tak terbatas
rambutnya yang kemerah merahan menutupi kegerahan samudera raya
lentiknya perjumpaan tangan dan pipi begitu menggemaskan tanah air
sehingga kadangkala kami dengki hendak merajam umat
bibir tipis merayu cintaku untuk bertekuk
seraya berkata, tersenyumlah untukku mega
pabila ia menyentuh kitab, lembut berhembus angin angin sorgawi
kidung agung yang diajarkannya padaku kularikan padanya
tanah berhenti bergetar ketika dicucukkannya jemari telunjuknya ke lesung di pipinya
tak nyata lagi perkataan tua tua
bahwa mereka begitu berliku
buktinya putri tua malaikat mikael telah menghampiri paru paru kasihku
selalu ku terbawa oleh pengasihan ajarannya
tubuhnya gemulai mencabik perendahan warna kulit
tarianku perlahan selesai menanti pertobatannya

seperti apakah?

begitu katanya kamu mencintai kesempurnaan
waktu seduduk di ruangan kemarin, ruang yang hanya buatmu
seperti apakah?
dengan tulisan nomor satu di keningkah?
dengan otot otot yang menjulang, menembus kulitkah?

aku rendah saat mata biru di hatimu menatap
manakala lesung jiwamu berujar pada lantai lantai

malahkah itu kesempurnaan yang ingin kaulihat pada penaklukmu?
yang juga bisa menaklukan?
layaknya itukah impian kesempurnaan yang menggandengmu nanti?
kalau itu patokannya
kalau hanya itu batasan sebuah sempurna milik pengertianmu
aku menyerah
aku tak bisa lanjut

Fatamorgana Babel Besar

sedianya semua telah seperti gog di tanah magog
tak kekal berawal dan tak kekal berakhir
sejak ular meremuk gugusan dada hawa
semenjak kami berdiri dengan paru yang sesak
pertalian terus menyambung, mengalir dosa
hingga kami tercengang dengar sangkakala berbunyi demikian,
soraklah telah hancur babel besar sejak kesukaannya ada
setiap insan mulai mencatat kitab dalam hati
begini bunyinya,
hantarkanlah babel besar menuju kemandulannya sama seperti ia telah dibuang dari surga
begitu pulalah ia akan dibuang dari bumi
detak katup di hati meriak mendengarnya
hal hal yang ajaib sedang terjadi
kala perang har mageddon tibalah
kala benda langit menunjuk pada keanehannya, yang jarang terjadi
enam ribu tahun kami hidup, belum pernahlah demikian teriak kami
semua hanya duduk saja, diam
lalu perhatikan
mengenai anak peranakan yang perkasa menjabat kita
sekarang lukailah diri kita
biar kita balut sengat di kemaluannya
agar hancur babel besar dengan kemandulannya

Tapak Keyakinan

Jalan setapak begitu membisu terbujur
Lurus dan terjal
Berdiri tegap di sisi tapakan itu racun kawat berduri
Dengan senjata di tanganku dan topi baja di kepalaku
Paham yang terlalu keras bagi jiwa jiwa lembut ada di genggaman
Aku tinggal melebur bersama cita cita indah di sana
Bersama dengan titpan kata keyakinan,
Korbankan dirimu anakku untuk mata itu

Yang lain sungguh berbeda
Polos dan mengalir
Kata damai mengucur bersama tetesan darah pejuan sang perkasa itu
Semua melintang bagai mimpi seorang bocah
Sang murid layaknya terjebak di sungai anggur, semua tersedia indah
Sepanjang jalan kulihat kepalaku menetes darah tanpa pelindung
Musuhku menusuk jantung tapi aku tak mati
Samar samar kudengar kabar mata itu berkata,
Korbankan dirimu anakku untuk saudaraku itu

Sama Berat
Sama Mayat

Aku di sini pandangi hidup
Di balik dua sisi yang beda

Di sana
Di atas makam orang menari nari penuh bayangan
Telanjangi wanita
Tersenyum
Hilangkan nafsu

Di atas kakus
Di sana orang tersipu malu penuh khayalan
Telanjangi mimpi
Terenyuh
Hilangkan nafsu

Sama berat salah mereka
Sama berat gila mereka
Sama berat nafsu mereka
Sama berat sesal mereka……

(aku berdiri di sini terdiam
juga terseret arus)

buta warna perbedaan

perlahan laju terinjak meliuk bagai busur panah merobek korteks dalam nadi merah jambuku di tengah gelombang desiran dan hempasan buih darahku yang ada hanya jiwamu matamu hatimu dirimu dalam senja tak jua berhenti kedipan mesra yang melahap tiap insan rakus tak berakar masakan jiwa kita putus sambungan hanya karena perlakuan langkahmu yang tidak gontai terhadapku masakan karena cinta tidak berbidang lebar kau hendak menusukku cinta sebenarnya hanyalah sebuah eprmainan yang harus dikontrol dari otak tanpa disidik melalui hati saat menjelang kelabu barulah kamu akan tahu rasanya sebuah pertautan yang akan lepas di mana kakimu terasa goyah setengah mati saat rindu di tepi terjalnya jurang ketika kamu hendak bergelayutan bersama jiwa jiwa tak berkematian di tengah api penyucian aku selalu bersamamu menunggumu mengatakan tentang penerimaanku kepadamu wahai kasihku yang tak terhingga bawalah keraihanku kepada Nya saat kau bersama Nya sedang menjulang terbang dan aku menatapa kasihan dari bawah telapakmu saat ini aku hanya merindui kamu dan sekedar bertanya hendak apakah kamu siapakah tuhanmu mengapakah kamu tidak mencintai aku aku akan biarkan jiwa pensil ini terus mengalir bersama dentuman dan teriakan bunuh diri serta tiupan tipuan ideology bangsat yang mengendap dalam gereja yang kudus akan kubantai tiap kekasihku yang hendak merajamku tetapi akan kukasihi musuhku yang hendak menjatuhkanku dari keangkuhan walaupun begitu kasihku aku tak rasa saat kau menatap dengan mata birumu diiring keangkuhan selebar sayap yang terbang di dadamu ingin kuselipkan rembulan malam ini di telingamu dan kita terus berpesta bersama tawa anjing gila bersama kita ada setan yang tak bisa kita kuasai dan akan menguasai kita biarlah dirimu berbohong untukku agar kau tega membohongi diriku juga tapi aku tak kuat menyatakan cinta di dalamnya lautan misterimu aku ingin menciummu dalam pengkhianatan kepada mesias biarpun aku seorang invalid yang tak bisa melihat sama biru dalam mataku tentang kesamaan biru juga di matamu aku akan terus bertahan sembari disapu gelombang terus merayap ketinggian memegang belati berdiri teguh tercabik cabik gemetar tanpa tersungkur menatap jelas tetapi sambil bercucuran air mata

========================================
Pengirim : lawrance
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *