Kucermati setiap sudut ruangan yang ada di kelas 2A di kampusku.Kuingat aku sedang mempelajari matakuliah Carier Management.

Mataku tertuju pada meja bangku yang kududuki, saat itu tersirat dibenakku untuk iseng menulis dua baris kalimat yang tak kurencanakan sebelumnya.Sambil berpura pura mendengarkan Pak Aviv mengajar, aku memulai menulis kalimat tersebut “ I LOVE YOU, Daka call me 0341 568xxx , dari Anisah yang mencintaimu”.

Sebuah kalimat yang tak kuduka akan menjadi sesuatu yang terpenting dalam hidupku. Malam hari setelah penulisan itu, aku mendapatkan telepon,“Halo, siapa ya?”Tanyaku bingung siapa orang yang menelponku.”Hallo, kamu pasti Anisah ”Jawab cowok itu yang tak pernah kutahu sebelumnya.”Kamu siapa sih?”Pintaku memperjelas.”Aku Daka, aku sudah baca pesanmu di bangku kuliah ruang 2A”.Spontan saja aku kaget dibuatnya, tak kusangka dari keisenganku aku benar benar menemukan laki laki bernama Daka itu di Kampusku. Awalnya aku tak percaya, tapi terus aku layani si Daka bicara padaku ini dan itu,hingga kami memutuskan untuk bertemu senin pagi.

Hari senin ini kebetulan aku dan Daka ada jam pagi, jadi kami bisa menepati janji pertemuan itu.Keengganan untuk bertemu sempat muncul dalam benakku karena aku merasa gugup untuk bertemu Daka. Diam diam kuintip di balik tirai kelasku yang kebetulan menghadap ke tempat parkir tempat kami bertemu. Terlihat dari kejauhan, ada sosok cowok berambut gondrong, putih bersih sedang duduk sendirian kelihatan sedang menantikan seseorang. Melihat tampilan fisiknya, aku jadi minder dan tak berani untuk mendekatinya, apalagi dengan diriku yang pas pasan.

Akhirnya kudekati sosok itu, kusapa dia dengan suara halus yang tak biasa kuucapkan. Mungkin karena ingin tampak lebih sempurna didepannya.”Hai, Daka ya?” Tanyaku sambil menepuk bahunya.”Ya, kamu anisah?” Ia balik melemparkan pertanyaan padaku. Aku sempat bingung apa harus bicara jujur atau tidak. Jika aku jujur mungkin dia akan menjauhiku karena aku tidak secantik ia pikirkan, tapi jika aku berbohong aku akan terus berbohong untuk menutupi kebohonganku.“Halloo..,Kamu belum jawab pertanyaanku, kamu anisah kan?”,Tanya Daka membangunkan lamunanku.”Bukan, aku teman anisah. Dia sakit dan menyuruhku untuk menemuimu”.Itulah jawabanku, ternyata perang batin dalam diriku berakhir dengan kebohongan.

Setelah semakin jauh aku berbincang lama dengannya, aku menyadari kalau daka sosok yang berbeda dengan yang ada dipikiranku. Dia enak diajak bicara, tidak pilih teman dan sederhana, meski sebenarnya dia bisa dibilang tajir.Seminggu perkenalanku daka terus bertanya tanya tentang anisah, tapi apa dayaku, aku sudah terlanjur menutupi semua identitasku di hadapannya. Aku tahu daka sangat kesal, tapi akupun juga tak bisa berbuat apa apa.

Suatu saat offering kami digabung untuk kuliah pendalaman.Ketika absensi untuk offeringku, kulihat daka begitu serius mengamati Pak Aviv yang sedang membuka buka absensinya. Gugup, itu yang kurasakan, karena aku takut jika daka tahu aku adalah orang yang ia cari cari selama ini, dan kebetulan juga namaku ada di no absen pertama.”Anisah Khori ”, suara Pak Aviv begitu keras dan membuatku kaget, spontan saja aku angkat tanganku tanpa sadar. Aku lupa kalau daka ada sekelas denganku, aku terlalu gugup dan tanganku mulai bergetar. Aku tak berani menoleh kebelakang kearahnya, aku hanya bisa tertunduk karena kepalaku terlalu berat menanggung resiko kebohonganku yang terungkap. Rasanya ingin berdiri dan mendekatinya menjelaskan semua padanya, tapi sayang aku terlalu pengecut dan tak punya keberanian untuk minta maaf apalagi mendekatinya.

Aku hanya bisa duduk seperti patung yang terpaku di kursi itu.Selama 90 menit aku hanya terdiam dan dadaku mulai sesak.Bel pun berbunyi, teman teman mulai meninggalkan kelas, aku tak kuasa berdiri lebih dahulu seperti yang biasa kulakukan. Tiba tiba dari belakang kudengar suaranya “Aku tahu kau adalah anisah, dan kau pasti juga tahu dan mengenalku kalau aku pantang dibohongi, sayang kau tidak juga menyadari hal itu dari dulu ”.Mendengar semua itu aku hanya menangis dan terisak.”Maaf daka, aku nggak bermaksud begitu, dulu aku takut kamu akan menjauhiku dengan fisikku seperti ini” jelasku.”Itu bukan alasan yang tepat, harusnya kau tahu, dengan jujur padaku paling tidak kau hanya menanggung resiko dijauhi atau tidak olehku” sahut daka dengan suaranya yang agak mengeras.”Maafkan aku daka, kamu mau maafin kan?”.Ternyata daka tidak menjawab permintaan maafku, dia pergi menjauh meninggalkan kelas dan sempat mengucapkan kalimat terakhir yang benar benar kuingat hingga saat ini.”Alangkah indah jika kita memulai persahabatan ini dengan jujur, maka semua akan baik”.Aku pulang dengan perasaan berkecamuk dan rasanya sesak tak bisa bernapas. Aku tertunduk sempat malu karena mataku bengkak saat keluar kelas.

Telepon berdering 5 kali, sengaja tidak kuangkat karena malas untuk keluar dari kamar.Aku tahu kakakku mengangkatnya.”Anisah, ada telepon buat kamu dari daka ”.Serentak lamunanku terhenti, dan akupun bergegas mengangkat ganggang telepon itu dengan tangan gemetar.”Hallo,siapa nih?” suaraku lirih.”Salam kenal, aku daka orang yang kamu cintai”.Suara yang berbeda dengan suara dakaku, aku langsung menutup teleponnya, aku tahu semua ini kerjaan anak iseng yang berulang kali aku dapati mengaku daka. Mendengar begitu banyak yang menelponku dan mengaku dirinya daka, aku menjadi marah.

Aku sudah cukup muak dan sebel dibuatnya, akupun bergegas menghapus coretan di bangku itu, coretan yang melukai hatiku. Aku berlari malam itu, hingga keringatku mengalir tak ada beda dengan aliran air mataku karena kesal dan kesal.

Sesampai disana aku mendapati tambahan kalimat dibawahnya. “Aku memaafkanmu, anisah ”.Sebuah kalimat yang menyentuh, ternyata daka memaafkanku. Kuhapus air mataku dan aku putuskan mencari daka, tapi sudah seminggu aku tidak bisa menemukannya, kata temannya dia tidak masuk kuliah sejak kuliah pendalaman itu. Muncul dibenakku untuk mencari alamatnya di front office kampus, hingga membuahkan hasil juga.

Pagi harinya jam 09.00, aku dan temanku eni menuju rumahnya di Surabaya, kubuka pintu gerbang rumah itu, walaupun aku sempat gemetar kuketuk juga pintu coklat berukir itu, tok..tok..
Seorang wanita yang kuyakini adalah ibunya membuka pintu itu, “Cari siapa, nak?” sahutnya bertanya padaku.”Daka ada, bu? lama nggak masuk kuliah?”.

Ibu itu menangis tanpa sebabnya. Kami sempat bingung.”Kenapa,bu? Apa ada masalah ?”sahut eni ingin tahu.”Daka..sudah dua hari yang lalu pergi jauh ”.”Pergi kemana, bu? Kenapa tidak ijin ke kampus?”eni balik bertanya.”Dia pergi untuk selamanya meninggalkan ibu , dia meninggal

”.Ya Tuhan.. Suara itu bagai sambaran petir menyambar telingaku.Pandanganku gelap dan seakan tak mampu berdiri dan lemas, dadaku sesak tak bisa bernapas dan aku tak tahu apa apa.”Anisah..,anisah… ” suara eni kudengar semakin mengeras.”Eni, daka meninggal sebelum sempat mengucap maafnya untukku” sahutku diiringi aliran air mataku yang mengalir begitu saja.

Aku hanya bisa menangisi semua ini, ternyata daka benar, Alangkah baiknya jika kuawali persahabatanku dengannya dengan kejujuran mungkin tidak akan ada yang merasa sakit dan disakiti.Aku tahu semua ini mungkin karena karmaku, dan keisenganku.

Tetapi karena keisenganku ini, aku juga tahu bahwa daka adalah kenangan yang paling berharga dalam hidupku, kehadiranya walau sejenak tak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku.

========================================
Pengirim : Anisah Khoiriyah
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *