Kembali kulangkahi jalan ini
Masih berdebu, masih kelabu
Lentera padam, nurani kelam
Kampungku masih seperti dulu

Pepohonan penuh dengan coretan tangan
Syair cinta pujangga desa, memohon ampun pada wanita
Sajak sajak proletar, memaki penguasa dengan kata kata
Puisi sunyi gadis malam, mabukkan jejaka dalam khayalnya

Tertegun aku membaca semua
Coba maknai apa adanya
Ah�, ini hanyalah kata kata
Yang menguap entah kemana
Penyabiknya saja tak bisa berbuat apa apa
Untuk memenuhi khayalan semata

Terus kutapaki jalan ini
Kumpulan buruh memeras peluh
Mengubah nasib yang kian keruh
Tak kenal tangis dan mengeluh

Tembok pabrik menjadi kanvas jalanan
Ungkapkan harapan dan kekecewaan
Lukisan nasib kaum pinggiran
Selalu tertipu tak pernah melawan

Aku sampai pada sumur tua
Yang tak pernah disentuh generasi muda
Kumangkukkan telapak tanganku
Meneguk air pelepas dahaga
Dinginnya segarkan kepala
Sejuknya cerahkan karsa

Cihideung, 25 Agustus 2004

========================================
Pengirim : Mataharitimoer
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *