tiga hari silam mentari titipkan panasnya
gerah melanda hingga rembulan jadi buta
menjajah segenap penjuru kampung kami
menggerayangi sekujur poripori tubuhku

nyaris habis hari ketiga, bersin merajalela
menarinari, menggelitiki syarafsyaraf hidung
hawahangat mengalir, rasahangat di mataku
aku lupa bahwa ada gejala tidak toleran

hari keempat tubuhku tumbang
pandanganku pudar, leherku lunglai
kepalaku hanya menggerinjal di bantal
bermimpilah aku tentang apa saja

sudah kutelan empat tablet
yang dapat menyebabkan kantuk
ragaku rebah kembali, mimpi datang lagi
tanpa bidadari, tanpa mobil mercy

satu hari tak kuisi perutku dengan nasi
kumakan empat keping tempe dan sekerat roti
segelas teh manis, sebutir tablet pereda flu
tak ada selera menikmati masakan warung

aku terjaga pada setiap dua tiga jam
ada yang harus aku kerjakan untuk yang lain
dua ekor ikan tetangga harus kuberi makan
sang tuan pergi entah kapan pulang

kelopak mataku berkalikali runtuh
jemariku belum mau tinggalkan keyboard
pikiranku hilirmudik memungut katakata
sebentar lagi aku harus terkapar kembali

sebentar lagi. tunggulah.
kata harus dibiarkan muncul
katakata harus dibebaskan dari kantuk
sebentar lagi. sebentar lagi. sabarlah, sayang

: kini aku akan rebahkan ragaku demi puisi

bumiimaji, 15 januari 2004

========================================
Pengirim : Agustinus Onoy Wahyono
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *