Bendera bendera berkibar karena embusan angin
Pendukung partai berpawai berangkaian walau cuaca dingin
Masing masing membanggakan bendera dan slogan
Membanggakan tokohnya walau tak pernah berkenalan
Pemilu di Indonesia masih seperti dulu
Lagu lama yang selalu digubah ulang
Kepuasan pendukung hanya sebatas dari pawai ke pawai
Adalah budaya pemilu masyarakat yang belum beranjak dewasa
Apa visi dan misi yang dibawa oleh partaimu?
Jika pertanyaan itu kau tanyakan pada mereka,
Aku yakin mereka tak pernah bisa menjawabnya
Karena mereka tak pernah tahu dan tak diberi tahu
Atau memang mereka belum cukup umur untuk tahu
Serombongan lain datang paling buncit dari rangkaian pawai
Tapi ini bukan pendukung partai
Mereka adalah pendukung calon legislatif
Yang bermimpi mengubah nasib dengan duduk di DPRD
Berlari menuju kesempatan korupsi melalui jembatan DPD
Aku lihat foto foto mereka terpampang di kendaraan
Foto yang menyiratkan wajah oportunis
Tapi biarlah,
Toh mereka sudah bayar dukun yang memberikan mantra golek
Toh mereka sudah keluar modal untuk menjadi caleg
Walaupun kepala mereka rata rata gebleg
Massa pendukung masih terus berkeliaran
Tak peduli walau diguyur hujan
Yang penting sudah dijanjikan dapat uang makan
Karena biaya pawai sudah termaktub dalam anggaran
Berjuta juta rupiah bahkan sampai milyaran
Demi mencapai kekuasan
Untuk menyelenggarakan pemerintahan
Sekalian meraup kembali modal yang telah dikeluarkan
Masa bodoh kalau rakyat tidak bisa makan
Tidak lagi pedulikan kaki lima dan pengangguran
Yang penting harta negara sudah di tangan
Sayang rakyat tak pernah mau ambil pelajaran
Dari pemilu ke pemilu tak pernah mengubah harkat kehidupan
Inilah budaya pemilu negeri dimana hukum bisa dipeti eskan
Dari pemilu ke pemilu hanya menjadi figuran
Mataharitimoer, 11 Maret 2004
========================================
Pengirim : Mataharitimoer
========================================