sore itu udara panas dan menyayat, walaupun langit gelap dan mencekam. rupanya suasana itu hanya terjadi diujung jalan disebuah belokan jalan kenanga. beberapa orang tengah bergerombol mengelilingi sesuatu yang tergeletak.
jefri temanku, yang kebetulan sedang iseng iseng tak ada pekerjaan, pengen tau, cepat cepat ia menghampiri kerumunan itu. terbalalak matanya karena yang ia lihat seorang pemuda 22 tahun sedang kesakitan. sebenarnya ia ingin muntah karena kondisi pemuda tersebut, merangsangnya untuk muntah, pemuda itu mengerang, merintih, dan menangis. ia ketakutan dan minta tolong, ia dalam keadaan sekarat
beberapa orang yang bergerombol itu pergi dengan cemooh yang tak pantas untuk ukuran orang ketimuran, mereka adalah manusia. jefri hanya termangu menonton itu. suatu realita yang menggelikan hatinya. ia menangis, tapi ia bisa apa. nyawa pemuda itu sudah diubun ubun, dan enggan untuk lepas, terus dan terus begitu. jefri kemudian pergi meninggalkan pemuda yang sekarat itu. jefri meninggalkan tangis. jefri meninggalkanku sendiri ditengah gerombolan orang orang. padahal aku sedang sekarat.
tak lama setelah itu jefri terbangun dari mimpi. tanpa ia sadari dibantalnya terbecak segumpal darah sisa mimpinya tadi malam.
========================================
Pengirim : brus
========================================