Kupandangi wajah istriku dalam dalam. Ia tertidur begitu pulas malam ini, tubuhnya yang ramping terbalut selimut , menghadap ke arahku, selalu begitu, istriku selalu memiringkan badannya kearahku saat ia tertidur, juga lengan kirinya terjatuh lunglai diatas bantalku, seolah olah tanpa sadar dia meminta aku untuk terus menenaminya sepanjang malam,melindunginya sepanjang waktu, memeluk dan merengkuhnya setiap saat dari hiruk pikuk dunia yang begitu bising untuknya. Bibir mungilnya terkatup begitu rapat, sedang kelopak mata yang selalu memancarkan kejujuran itu terpejam begitu lekat. Aduh bidadariku Tidak mengerti bagaimana harus kukatakan padamu, tentang mimpiku kemarin malam, aku tidak tahu bagaimana dan darimana aku harus memulainya. Ah Bagaimana aku harus mengatakan padanya tentang mimpiku tadi malam? Aku bahkan tidak sanggup untuk mengutarakan kegelisahaanku sendiri padanya tentang apa yang telah aku alami, dari sebuah tanda? Atau sebuah aba aba?
Masih pukul 01.30 dini hari waktu kupandangi wajah cantik istriku, dan tanpa sadar aku tengah menghitung nada jeda nafasnya, aku bisa menghitungnya dengan konsep statistik yang tepat, begitu teratur,satu�.dua�Aduh Katakan padaku dari mana aku harus memulainya , Tuhan? Memulai mengatakan bahwa sebentar lagi kau akan kehilangan aku, duh istriku, orang satu satunya milikmu di dunia ini? Jiwamu, ragamu, dan nafasmu , separuhnya telah bersatu dengan diriku, jadi bagaimana aku harus memulainya? Aku tidak sanggup Tuhan Tidak sanggup Tuhan�.
Ah Bahkan kenapa wajahmu dalam tidurpun begitu bercahaya?Tidakkah bisa sekali saja kau buat aku benci padamu, hingga tak berat kutinggalkan dirimu didunia ini sendiri, karena keras kepalamu?Tidakkah kau bisa ludahi saja aku dengan armarahmu, sehingga kelak aku tenang kala harus meninggalkanmu sendiri berjuang di dunia ini? Kenapa sayang?Kenapa aku harus begitu mencintaimu, dan kau harus begitu membutuhkan aku?
Mimpi itu, akan memisahkan kita.Sebab batas antara hidup dan mati itu begitu tipis. Dan akulah nyatanya yang harus menjelangnya terlebih dahulu.
Aku tidak tahu dari mana aku harus bertutur mengawali cerita mimpi itu
Bermula dari kejadian kemarin malam,sewaktu tanpa sengaja aku tertidur didepan komputer diatas meja kerjaku.Itu bukan hal biasa, tapi mungkin karena aku benar benar kelelahan dan entah apa yang terjadi, rasanya malam kemarin itu begitu berbeda dengan malam malam sebelumnya.Angin berhembus lebih dingin, apalagi ditambah suasana lebih sunyi dari malam malam sebelumnya.Pukul 22.00 aku masih duduk segar didepan monitor ditemani secangkir kopi racikanku sendiri, bersiap siap untuk mengerjakan proyek pesanan pembuatan website milik salah satu perusahaan ukiran baru di Jepara, meletakan sentuhan sentuhan terakhir pada setiap bagian dari web itu. Begitulah pekerjaan ku, dari waktu kewaktu aku mencari uang dan membiayai rumah tangga yang baru aku bangun 8 bulan lalu; mencari klien (free lance) yang berminat untuk membuat website bagi perusahaannya.Pekerjaan yang menyenangkan memang, khususnya bagi kami, pengantin baru yang masih ingin bermanja manja sepanjang waktu dirumah.
Sore itu, istriku melapor, kalau ibu ibu disekitar rumahnya mengajak dia untuk ikut hadir dalam acara PKK, meski masih agak malu malu untuk berkumpul dengan ibu ibu di lokasi setempat, tapi tentunya kami tidak mau dicap sebagai pasangan muda yang sombong. Jadi walau istriku yang paling muda dikelompok PKK itu, dan juga paling cantik,menurutku, aku tetap sarankan agar dia ikut kegiatan ibu ibu PKK tersebut, dan dalam waktu singkat dia bersalin dengan baju berwarna coklat muda, dengan motif renda renda disekitar lehernya,mengesankan kelembutan dari sosoknya yang mungil.Sempat kuhampiri dia didalam kamar, dan kucumbu penuh cinta perlahan, lembut , hampir kuajak dia bercinta sebentar, sampai terdengar suara ibu ibu PKK sudah menjemput bidadariku ini. Sempat kubisikan padanya , kalau aku akan mengajaknya bercinta malam ini,dia membalas ucapanku dengan tawa manja , lalu pergi bersama para ibu.
Entah angin apa yang membuat aku tiba tiba ingin memberikan sebuah hadiah untuk istriku sore itu, keinginan yang serta merta muncul begitu saja lima menit setelah istriku pergi meninggalkan rumah. Hasratku menggebu ,sebuah gelangkah ? Atau kembali kulingkarkan cincin mutiara di samping cincin kawin kami?Atau sebuah gaun malam? Astaga, apa yang terjadi dengan diriku, ada firasat apakah ini, sehingga bisikan magis itu begitu kuat, menyuruh aku untuk segera keluar dari rumah sekarang juga, dengan alasan membelikan hadiah untuknya, meski masih adap pekerjaan yang belum aku selesaikan dimeja komputerku?? Seolah olah hati dijiwaku berkecamuk, satu sisi berkata,� Jangan pergi tinggalkan rumah, ,� tapi satu lagi dari hatiku menyentak dan membantah,�Ini kejutan � Aku tersentak, tanpa sadar aku masuk kekamar tidur , lalu mengganti bajuku, siap untuk pergi ke mall.Benar benar terhipnotis aku untuk pergi keluar sore itu juga Tidak bisa ditunda Kenapa ? Hatiku terus bertanya, seolah olah hati ini tahu ada sesuatu yang janggal , ada sesuatu, aku begitu terburu buru.
Motorku melaju mulus,menuju keluar kompleks dari perumahan tempat kami tinggal.Tapi belum sampai jauh aku meninggalkan kompleks perumahan, tiba tiba aku teringat , kalau aku telah meninggalkan ponselku diruang tamu Aku harus segera kembali, bisa bisa istriku kebingungan kalau harus menghubungiku saat aku masih di mall. Segera perlahan kuputar balik motorku menuju pulang, �Tidak akan lama,� bisikku. Motorku berputar dengan cepat, sampai tanpa sadar aku merem mendadak motorku karena terkejut dengan pemandangan didepan mataku, apa yang terjadi,kenapa begitu banyak mobil dihalaman rumah kami, belum lima menit aku meninggalkannya? Ada apa ini??Mobil mobil mewah terparkir didepan halaman rumah kami, disusul dengan sederetan motor motor mahal keluaran Jepang, yang berjejer rapi di samping rumah? Ada pesta apa disini? Mataku tidak salah, ini rumahku Mobil mobil mewah itu memancarkan warna mentereng, menyilaukan mataku, disusul begitu padatnya para tamu dengan kemeja putih dilapis blazer tengah tertawa terbahak satu sama lain , bercengkrama dengan ramah seolah telah lama tak saling jumpa, diiringi hentakan musik Jazz yang mengalun meriuhkan suasana.Tergesa gesa aku menggiring motorku masuk diantara motor motor yang terparkir disana.Benar Ada pesta disini, dirumahku?? Mataku melahap pemandangan aneh di ruang tamu, para tamu dengan pakaian perlente , menebarkan semerbak aroma parfum mahal.Para wanita yang lebih mirip kucing kucing malam dengan tubuh langsing dibalut busana dengan model bahu terbuka , sengaja menampilkan bagian �bagian indah dari tubuhnya,gila .Mereka tertawa tergelak gelak, bercanda didiiringi lagu lagu yang entah dari mana datangnya.Pesta apa ini? Mataku menatap nanar setiap sudut ruangan dari tempat tinggalku sendiri Suara tawa hangat terdengar dari ujung ruangan, aku terkejut, mertuaku sedang asyik mengobrol dengan beberapa tamu, sambil menggenggam gelas berisi limun, tubuhnya masih gemuk besar seperti dulu kami berjumpa.Lelaki sialan yang selalu berniat menggagalkan pernikahan kami Sedang apa dia disini?Kepalaku pening sekali, tidak seorang tamu pun menyapa kehadiranku?? Tuan rumah di tempat ini?Musik apa yang mengalun di rumah ku? Dan begitu ramainya , makanan tersaji mewah di meja makan yang berubah menjadi lebih panjang dan dihiasi oleh kain putih, dilengkapi kursi kayu yang berjejer rapi sepanjang meja di kanan dan kirinya. Suara musik Jazz yang ramai berbuah menjadi alunan musik Mozart kencang mengusik dan membangunkan gairah mistis ,mataku menatap sekilas kearah dapur, istriku tersenyum menatapku dari sana,dia mengenakan pakaian dari sutra putih, gaun tipis persis seperti putri putri Yunani, tawanya manja memanggilku untuk segera menghampirinya. Benar benar cantik, kulitnya yang putih berpadu senada dengan gaun tipisnya yang menampakan dengan erotis lekuk lekuk tubuhnya.Tawanya manja memanggilku mesra,�Sini..�, bisiknya. Bibirnya indah diolesi lipstik basah berwarna merah muda bercahaya, sehingga membuat organ mungil itu kian mengkilat, seolah olah mengajakku untuk menyentuhnya. Aku mengernyitkan dahiku, tapi sejak kapan dia pulang? Bukankah dia sedang menghadiri acara ibu � ibu PKK??Segera dengan cepat aku menghampirinya di dapur.
�Ada pesta apa disini?� tanyaku bingung sambil merangkul pinggul mungil istriku.
Istriku tersenyum nakal, �Ih, mas lupa?�
Aku menggeleng sambil mendekati bibir ranum itu.Dia menghindar.
�Mas pegang ini,�ujarnya sambil menarik tanganku dari pinggul keatas perutnya yang buncit?�Kan,sudah tujuh bulan mas �
Aku menganga, itu sudah pasti.Aku benar benar kebingungan mendengar jawaban istriku.Tapi aku tidak bisa bicara apa apa, seolah olah aku telah ditelan waktu selama ini, hingga tujuh bulan???
Istriku terus berceloteh tentang para tamu, dia menyebutkan semua dattar nama tamu yang hadir di rumah kami sore itu. Aroma tubuhnya yang begitu dekat begitu membangkitkan gairahku, apalagi tubuhnya yang mungil merapat hangat ditubuhku.Ah, tidak dapat kutahan rasa ini, dengan cepat kepeluk dia dan kurengkuh bibirnya, dan anehnya suara suara bising dari ruang tamu dan ruang makan tiba tiba menghilang begitu saja.Suara Mozart berhenti, yang tersisa hanya suaraku dan suara manja istriku yang terus menggelayut diatas ragaku.Tapi aku tidak cepat terkecohkan, mataku sempat memandang sesaat kearah ruang makan, mencoba mencari cari kemana pergi suara bising tadi, suara tawa dan canda, lalu kemana hilangnya sosok para tamu itu?Mertuaku? Iparku, dan para tamu perlente tadi juga aroma wewangian asing yang menyerbak hilang begitu saja, kemana mereka? Kenapa yang tersisa hanya gelas gelas kotor yang berceceran begitu saja di tangan tangan kursi , piring piring dengan sisa makanan entah apa namanya, tergeletak begitu saja dimeja meja mungil kami disisi rak buku.Aku sungguh terpana, dan saat kutatap mata istriku untuk bertanya �Ada apa?� , tapi dia sudah mendesakan tubuhnya begitu lekat dengan dadaku yang berdegup begitu kencang, lalu aku terlalu dimabuk asmara cinta untuk mencoba kembali ke alam nyata?
Kami bercinta sore itu, menikmati madu yang lebih nikmat dari madu.Aku berkali kali mengatakan pada istriku yang mualaf itu, bahwa memuaskan suami dan memuaskan istri adalah berkah bagi sebuah rumah tangga.Ah, entah berapa banyak ku ajarkan selangkah demi selangkah pada istriku tentang kenikmatan sebuah iman.Nikmatnya hidup dengan ikhlas, dan tenangnya diri dan jiwa saat kita selalu berdizkir, mengingat sang Khalik, merasakan Sang Khalik selalu mengawasi kita setiap saat dan tak pernah meninggalkan kita.
Sampai tiba tiba istriku bangkit dari posisi berbaringnya, dan saat itu aku sendiri sudah hampir terlelap, dia berbisik gelisah sambil menatapku cemas, �Aku takut�.aku masih belum mengenal Dia�
Pekat pekat kupandangi wajahnya yang cantik, matanya yang jernih,lalu kujawab juga sambil berbisik,�Kita akan mengenalnya pelan pelan sayang��
Dia mengangguk lalu merebahkan kepalanya diantara dadaku, jantungku berdegup lembut , dan tiba tiba sebutir air mata terasa menyentuh kulitku, istriku menangis.Perlahan kuangkat dahunya agar dia bisa menatap mataku, �Kenapa kau menangis sayang?�
Dia menggeleng, tidak bisa bersuara selain hanya menggigit bibir mungilnya.Tapi lalu dia bangkit dari ranjang menuju meja tulisnya, dan mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya.Buku itu Buku yang sama waktu aku pertama kali bertemu dengannya di bale bale tanah Yogyakarta satu tahun yang lalu Buku tebal hampir tiga sentimeter, sampulnya hampir lusuh, Perjalanan di alam barsyah, begitu judulnya.
Dia menangis didepanku , duduk bersila dihadapanku sambil menyodorkan buku tebal itu.Matanya basah dan bibirnya gemetar.Kulitnya yang putih tiba tiba nampak begitu pucat. Oh sayangku Aku masih terkesima, dia mulai berbicara, mengadu dan merintih. Airmata mengalir terus menerus membasahi pipinya yang bersih.Kurangkul dia, �Kemarilah,�bisikku.Tapi dia menggeleng, menghindari mataku yang mencoba menatap wajahnya.Kucoba membelai kepalanya,dia terdiam, lalu kupeluk raganya erat erat,�Ayo sayang , kita baca bersama mulai dari bab satu�.�Dia mengangguk sambil menahan isaknya, lalu kembali merebahkan tubuhnya disisiku. sambil menyandarkan kepalanya dibahu kananku, kami berdua menatap sampul buku itu; sampulnya diilustrasikan sebuah padang pasir yang gersang dan panas, tiba tiba kami saling menatap,ada kegetiran yang mengalir tiba tiba dalam saluran arteriku, begitu deras hingga bisa kurasakan dan kudengar bunyinya.�Bab satu ..�bisiknya, sambil menunjuk buku tebal yang seolah olah akan menyibak segala misteri awal dan akhir dari hidup ini.Mataku bersimborok dengan matanya yang masih basah habis menangis, kutahan keharuan jiwaku, terpukul dan sakit rasanya,�Oke..bab satu�� dan kami mulai membaca, membahas , menyimak, bertanya dan menjawab.
Pukul delapan istriku sudah tertidur pulas, mungkin karena lelah menangis, dan lelah mendengarkan aku berbicara.Tapi dia senang setiap aku bercerita padanya, berkali kali dia tersenyum saat diantara ceritaku dari bab ke bab di buku besar itu aku selingi dengan gurauan Kadang dia tertawa dan mencubit manja pinggangku hingga aku menjerit geli.Wajahnya sungguh polos saat dia tertidur pulas, dan tanpa sadar juga , aku mulai merasakan mataku buram karena air mata, aku begitu mencintainya dan takut untuk meninggalkannya sendiri di dunia yang serba mengerikan ini.. Seharusnya aku mengkuliahinya lagi untuk ilmu agama, lagipula istriku masih terlalu muda untuk mengandung dan mengurus anak.Ah, pelan pelan kucoba turun dari tempat tidur tanpa suara, agar istriku tidak terusik dari tidur pulasnya.Masih tanpa suara aku berjalan menuju meja kerjaku , mencoba untuk kembali konsentrasi di depan monitor komputer dimeja kerjaku; ada beberapa proyek yang harus aku benahi dengan segera, meski aku tak habis pikir akan kejadian siang tadi, akan pesta pora yang baru saja terjadi dirumah mungil kami (?). Waktu berlalu, menit demi menit kulalui dengan baik, nyatanya proyek website itu belum selesai kukerjakan, posisi peletakan dan pengaturan pada web itu masih dalam kondisi yang sama persis waktu kutinggalkan siang tadi, titik �titik sentuhan terakhir kububuhkan pada web itu, sehingga terlihat makin cantik dan memuaskan, hingga tanpa sadar waktu menunjukan hampir pukul 22.00. Dan disitulah tragedi itu terjadi, tanpa sadar aku tertidur hingga pukul 00.30 malam dan dibangunkan oleh sayup sayup bisikan hangat, yang memanggil namaku, �Rouff�..Abdurrouff�.�
Suara itu terdengar sayup sayup memanggil, dan seolah olah tengah mengajakku untuk meninggalkan alam mimpi. Sampai suara itu mendekat dan menyentuh pundakku yang telah terjatuh dimeja komputer. Aku terkejut hingga hampir meloncat dari kursiku, sebab sentuhan hangat itu memiliki ukuran suhu yang aneh untuk diprediksi, hangat tapi dingin Ada cahaya putih disampingku? Begitu menyilaukan Tanpa sadar aku telah mundur jauh dan terjatuh dari kursiku. Cahaya itu membentuk sosok manusia tapi hanya cahaya, terlihat berkepala , berbahu dan memiliki dua tangan.Tidak panas, tapi hangat yang mistis.�Ada apakah ini, masyallah � Tiba tiba angin berhembus kecang menggoyangkan gorden gorden rumah kami, lampu ruang makan kami pun ikut bergoyang kekanan dan kekiri.Mataku mencoba menangkap sosok untuk.�Empat puluh hari �� ucapnya. Dahiku mengernyit ,empat puluh hari?Apa maksudnya, siapa dia, mahluk apakah?Dan waktu kucoba untuk berdiri, cahaya itu memudar dengan cepatnya �Tunggu � jeritku. Tapi semua sudah hilang, dan suasana telah kembali menjadi sunyi dan senyap.Sosok bercahaya itu telah sirna, juga angin tidak lagi berhembus kencang seperti tadi. Hingga aku mendengar suara pintu kamar dibuka, istriku keluar dengan baju tidurnya �Mas..?� Lalu dia buru buru menghampiriku, yang tengah terjatuh duduk di bawah kursi komputerku,�Mas ketiduran disini ya?�Aku memandangi istriku dalam dalam, cantiknya kalau baru bangun tidur, tapi kenapa perutnya tidak buncit? Tidak buncit seperti siang tadi??Tanpa sadar aku menyentuh perutnya yang ramping , dia tidak mengandung
Jadi semua adalah mimpi?Kemana jiwa ragaku selama ini?
Batas antara hidup dan mati begitu tipis.Seorang yang segar bugar, tiba tiba harus menghadapi ajal, mati tak bersuara.Matanya tidak bisa lagi menatap dan membaca ayat ayat suci yang biasa dibaca saat subuh dan maghrib.Dahinya tidak bisa lagi menikmati lezatnya bersujud diatas sajadah, kaki tak mampu lagi melangkah menuju mesjid dan musholla.Seorang supir taksi yang baru saja mencium kening anak anaknya dipagi hari yang hendak berangkat sekolah, harus terkapar mati begitu saja saat masih menghisap sebatang rokok di lokasi kejadian meledaknya bom demi bom yang kian menggila di tanah pertiwi ini, belum sampai dalam waktu 24 jam Dan aku? Bagaimana dan seperti apa nanti caraku mati?Sekuat apa malaikat Zakratul maut menarik keluar nyawa �ruh ku? Bagaimana dan mana yang lebih sakit, bertemu dengan kematian atau mendengar jeritan panjang istriku yang meratapi kepergianku, mengguncang guncangkan jasad kaku ku?Memanggil terus menerus namaku hingga ke liang kubur?Jangan Istriku Jangan ratapi kematianku
Aku menangis. Aku meratapi kematianku sendiri.Menjerit sakit melihat tubuhku menjauh meninggalkan sosok orang orang tercinta, tanganku tak bisa lagi menggapai tubuhnya, memeluknya atau merengkuhnya Jangan Tidak sekarang Jangan Tuhan
Surat itu disisipkan diantara satu ikat bunga mawar putih ,diatas kuburku.Sedang awan saat itu masih mendung tak memancarkan cahaya yang berarti.Seketika kita terpisah ruang dan waktu kekasihku, masih terasa butiran air mata dijariku yang tertinggal darimu malam itu,rengekan, jeritan dan isakmu.Sayang, aku tidak pernah tahu kalau malam itu akan terjadi kecelakaan antara mobil kita dan bus besar itu sayang,sudah ada yang mengaturnya.Aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa membanting stirku kekanan dan membiarkan tubuhku terhempas diantara rerumputan yang juga milik Tuhan?Aku juga tidak tahu kenapa tidak kuikut sertakan jiwa ragamu malam itu, hingga tak perlu kau menangis seperti ini, tapi ikut mati bersamaku, tinggalkan dunia yang penuh kerumitan ini. Kenapa? Ah, itulah rahasia Allah sayangku.Ikhlas sayangku, ikhlas.
Aih, merdunya kudengar suaramu mengalun dikala malam �malam menjelang,terbata bata kau kaji ayat demi ayat sebelum tidurmu duhaikekasihku.Indahnya kau berpuasa menahan dahaga dan lapar dalam nafsumu kekasihku, lepas sujudmu diatas sajadah menanti kerinduan dari batas hidup dan mati.
Kutunggu kau dalam alam akhirat istri kekalku.
========================================
Pengirim : jeanni
========================================