Sebuah renungan
di Calvaire cemetery Hiva Oa
dimana Paul Gauguin terkubur.
Begitu jauh dari Montmartre, Paris, berakhir di Atuona Bay, Hiva Oa, di biru langit dan laut bertemu.
Apa yang kau cari Paul Gauguin?
Di tempat yang sangat miskin materi duniawi seperti Tahiti? Tapi aku sependapat denganmu. Hidup di kota besar seperti Paris tidaklah gampang.
18 jam waktu sehari habis buat kerja, di jalanan, pasar, dapur, kamar makan, mengurus ini itu, tanggung jawab keluarga dan orang lain.
Yang tersisa buat tidur dan sedikit cinta.Tak ada waktu tersisa buat hidup menghidupi mimpimu.
Sesuatu yang membisu tapi mengganggu tidurmu.
Apa yang kau cari Paul Gauguin?
Setiap pengakuan selalu disertai kata seandainya atau aku ingin tapi.
Seakan Paris, kerja dan keluarga telah menjadi penjara dan belenggu.
Akhirnya kau lepas bebas jadi Adam terjun ke firdaus Tahiti dan mati disini.
Paul Gauguin, lukisan dan cintamu di Maison du Jouir jadi cerita dunia.
Apa yang kucari Paul Gauguin? Aku kerja 12 jam dan tidur 8 jam yang tersisa 4 jam habis di jalanan dan bioskop dimana aku makan minum dan mimpi.
Aku pun pingin lari, cuma belum tahu kemana?
Dan nggak tahu mau jadi apa?
Mau hidup di alam bebas. Tidak punya apa apa, tidak ingin apa apa, tidak berharap apa apa, tidak takut apa apa, dan jadi insan yang lepas bebas merdeka.
8 jam tidur dan 16 jam benar benar hidup dengan jelita yang manis ranum menikmati firdaus. Tapi aku tak tahu dimana di dunia ada tempat begitu?
Jadi penganggur di Indonesia sama dengan mati sebelum mati.
Jadi TKI/TKW nasib pun untung untungan. Bisa punya uang bisa punya masa depan atau tak punya apa apa.
Tak terhitung yang patah hati, patah kaki dan tangan dan terasa ingin bunuh diri terjun ke telaga sunyi bersama mimpi yang abadi.
Tak diketahui yang dirampok, ditipu, diperkosa bahkan dijual orang bagaikan slavery abad ke21. Inilah hidup, cinta dan air mata, tanpa kita pernah mengerti mengapa kita disini. Lahir bukan pilihan, tapi sudah terlanjur disini mau ngapain kita ini?
Aku bosan hidup begini Paul Gauguin
Pengap, jenuh, jemu, aku mau lari.
Aku ingin jadi aku yang benar benar aku lantas jadi apa aku ini?
Dan lari kemana? Please explain comrade Paul Gauguin yang baik hati
Apakah aku perlu meng Gauguin di hutan Kalimantan?
Atau cukup jadi Bedouin di kaki gunung Sinai?
Bagaimana kalau mencoba menyobron (Sorry Bung Sobron Aidit) di Paris jadi seniman? Apakah ada masa depan disana buatku?
Pilihan lain adalah nrimo saja jadi TKI, pensiun, jadi peternak ayam sambil berkebun tomat di Sindanglaya atau Cipeuyeum.
Tolonglah aku Monsieur Gauguin yang budiman
Merci Beaucoup.
Au Revoir.
Melbourne, saat ngimpi ada di Tahiti kembali.
Musim rontok 2004.
Buat Abang seniman Sobron Aidit di Paris.
========================================
Pengirim : El Camino
========================================