Kita hanya hidup sekali, tetapi jika kita
menjalaninya dengan benar, maka sekali
berarti cukup. (Joe E. Lewis)

Di manakah kita bisa temukan keindahan hidup?
Di sebuah sudut alun alun kota ini, sepasang suami
istri pedagang kaki lima meringkuk dalam tenda
dikelilingi oleh beberapa anaknya. Hujan deras turun
sejak petang. Penganan yang dipajang sudah dingin dari
tadi. Tapi mereka tetap saling bercanda sambil
membiarkan suara radio kecil meramaikan suasana dengan
sedikit gemerisik.
Kau pasti rugi, pak?
“Ya, tidak apa apa, semoga besok cuaca terang,”
demikian jawabnya.
“Kami ini pedagang kecil, mas. Tak punya apa apa. Jadi
kalau toh rugi, kami tak kehilangan apa apa. Orang
yang takut kehilangan biasanya mereka yang merasa
memiliki apa yang diusahakannya.

Padahal, siapa yang bisa menjamin malam ini tidak
hujan? Betapa hebatnya pemilik hujan itu sehingga bisa
membuat warung kami tak ada pengunjung? Bahkan kami
sendiri tidak kuasa atas perniagaan ini.”

Ah, betapa sederhananya. Bila kita mengaku berkuasa
atas apa yang kita “miliki”, kita tercebur dalam
lautan ilusi yang menenggelamkan saat apa yang
kita “miliki” hanyut terdera ombak. “Memiliki” adalah
rantai besi yang mengikat kita pada batu karang dasar
laut. Menyadari ketidakkuasaan diri di hadapan semesta
raya adalah kunci pembuka rantai itu.

Hidup ini terkadang aneh. Kalau anda menolak untuk
menerima bukan yang terbaik, seringkali anda justru
akan menerimanya. (Somerset Maughan)

========================================
Pengirim : Conan
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *