Sebuah  pengajian  yang  amat  khusyuk di sebuah masjid kaum terpelajar, malam  itu,  mendadak  terganggu  oleh suara dari seorang tukang bakso yang membunyikan  piring  dengan  sendoknya.  Pak Ustad sedang menerangkan makna khauf,  tapi  bunyi  ting ting ting ting  yang  berulang ulang  itu sungguh mengganggu  konsentrasi  anak anak  muda  calon  ulil albab yang pikirannya sedang bekerja keras.
Apakah  ia berpikir bahwa kita berkumpul di masjid ini untuk berpesta bakso ” gerutu seseorang.
Bukan  sekali  dua  kali  ini  dia  mengacau ” tambah lain nya, dan disambung “Ya, ya, betul ”
Jangan marah, ikhwan, ” seseorang berusaha meredakan kegelisahan, ” ia sekadar mencari makan . . . ”
Jangan jangan sengaja ia berbuat begitu Jangan jangan ia minan nashara ” sebuah suara keras.
Tapi  sebelum  takmir  masjid  bertindak sesuatu, terdengar suara Pak Ustad juga mengeras: ” Khauf, rasa takut, ada beribu ribu maknanya. Manusia belum akan  mencapai  khauf  ilallah  selama  ia masih takut kepada hal hal kecil dalam   hidupnya.   Allah  itu  Mahabesar,  maka  barangsiapa  takut hanya kepada Nya, yang lain lain menjadi kecil adanya. ”
Tak  usah  menghitung  dulu ketakutan terhadap kekuasaan sebuah rezim atau  peluru  militerisme  politik.  Cobalah  berhitung  dulu dengan tukang bakso. Beranikah Anda semua, kaum terpelajar yang tinggi derajatnya di mata masyarakat,  beranikah Anda menjadi tukang bakso ? Anda tidak takut menjadi sarjana,  memperoleh  pekerjaan  dengan  gaji  besar, memasuki rumah tangga dengan  rumah  dan  mobil  yang  bergengsi:  tapi tidak takutkah Anda untuk menjadi  tukang bakso ? Yakni kalau pada suatu saat kelak pada Anda
tak ada jalan  lain  dalam  hidup  ini  kecuali  menjadi  tukang  bakso  ?
Cobalah wawancarai hati Anda sekarang ini, takutkah atau tidak?
Ingatlah  bahwa  tak  seorang  tukang  bakso pun pernah takut menjadi tukang  bakso.  Apakah Anda merasa lebih pemberani dibanding tukang  bakso ? Karena  pasti  para  tukang  bakso  memiliki  keberanian juga untuk menjadi sarjana dan orang besar seperti Anda semua. ”
Suasana  menjadi  senyap.  Suara  ting ting ting ting dari jalan di sisi halaman masjid menusuk nusuk hati para peserta pengajian.
Kita memerlukan baca istighfar lebih dari seribu kali dalam sehari, “  Pak  Ustadz  melanjutkan,  “  karena  kita masih tergolong orang orang yang ditawan oleh rasa takut terhadap apa yang kita anggap derajad rendah, takut tak  memperoleh  pekerjaan  di sebuah kantor, takut miskin, takut tak punya jabatan,  takut  tak  bisa  menghibur  istri  dan  mertua,  dan kelak
takut dipecat,  takut  tak  naik  pangkat  .  .  . masyaallah, sungguh kita masih termasuk golongan orang orang yang belum sanggup menomorsatukan Allah ”

sumber : Emha Ainun Najib

========================================
Pengirim : Conan
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *