Mungkin karena tidak pernah melihat sang ayah masak di dapur atau pun hanya sekedar turut membersihkan rumah, seorang anak ketika diwawancarai mengatakan, “Saya kan anak laki laki, buat apa membantu ibu didapur ? Ini bukan cerita rekaan, tapi sungguh sungguh terjadi. Saya termangu mangu mendengar selorohan seorang anak kecil yang mimik wajahnya pada waktu itu terlihat polos dan menjawab apa adanya dengan nada yang ringan. Saya benar benar tidak menyangka bahwa jawaban itulah yang akan keluar.

      Pekerjaan rumah tangga pada dasarnya adalah tanggung jawab bersama. Hanya karena tanggung jawab nafkah berada pada suami, maka suami biasanya akan lebih sering keluar karena bekerja. Sehingga pekerjaan
      rumahtangga akhirnya banyak dikerjakan oleh sang istri. Tetapi, sebenarnya tidak ada alasan bagi suami untuk tidak membantu istri di sela sela waktu yang ada. Paling tidak setiap minggunya toh kita punya waktu senggang yang bisa dimanfaatkan. Jangan sampai
      kerja luar lantas dijadikan alasan.

      Apa yang dikatakan oleh anak kecil diatas merupakan sebuah cerminan yang tidak dapat dikatakan baik. Tapi sangat disayangkan apabila justru demikianlah yang banyak terjadi. Seorang ayah kurang dapat menanamkan pandangan dan suri teladan yang benar pada anak
      lakinya. Apa jadinya bila seorang ayah hanya duduk asyik menonton tv tanpa pernah mau tahu betapa berat pekerjaan sang istri ? Apalagi jika istri memiliki beban peran ganda, kenapa jarang diantara para suami yang mau turut berperan ganda ?

      Keikutsertaan suami dalam menangani pekerjaan rumah tangga walaupun kuantitasnya tidak banyak, adalah hal yang amat positif. Terutama juga secara tidak langsung telah memberikan contoh kepada anak laki lakinya untuk turut serta membantu ibu dirumah dan menanamkan
      pandangan yang benar bahwa menjadi laki laki bukan berarti tidak mau turun ke dapur. Kalau sejak kecil anak sudah mendapatkan pandangan yang benar, maka diharapkan akan terpatri pada jiwanya hingga dewasanya kelak sampai pada saat berumah tangga.

      Apalagi jika anak sudah beranjak besar, maka saling bantu membantu dalam pekerjaan rumah tangga antara ayah, ibu, anak, akan menjadi wahana pendidikan yang baik untuknya. Kalau memang suatu saat keberadaan pembantu rumah tangga dibutuhkan, tentunya sah sah
      saja sepanjang kita tidak pernah melupakan sifatnya yang temporal. Sebab nilai yang terkandung pada kebersamaan sebuah keluarga adalah tinggi. Karena disanalah rasa kasih sayang dan cinta akan mengalir.

      Sekarang coba kita berandai andai jika anak yang diwawancarai di salah satu stasiun televisi tadi sudah menjadi dewasa dan memasuki jenjang perkawinan. Apakah anda bisa membayangkan? Kira kira, bagaimana ia dapat mendidik anak dengan keegoisannya? Kita menyadari
      bahwa pandangan yang ia peroleh itu tidak didapatkan begitu saja, melainkan dari apa yang ia lihat dan berlaku dirumahnya. Jadi kembalinya pada orangtua. Rasulullah sendiri sudah mengajarkan bagaimana peranan seorang suami dalam membantu istri.

      Pepatah arab yang mengatakan bahwa ibu merupakan sekolah anak anaknya adalah benar. Mengingat pengaruhnya yang besar dalam mendidik anak. Namun para suami janganlah lupa, tugas seorang wanita sebagai ibu dan istri tidaklah ringan. Terlebih lagi jika ia
      mempunyai pekerjaan di luar rumah yang masing masing menuntut penyediaan waktu. Tidak perlu kita merasa gengsi apalagi bersikap egois, lebih baik kita menyingsingkan lengan baju turut membantu istri sesuai dengan kapasitas waktu yang kita miliki.

========================================
Pengirim : Conan
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *