Pada suatu ketika, di sebuah lembaga pemasyarakatan (lapas), terdapat tahanan bernama Amir. Meskipun dijatuhi hukuman mati, ia tidak merasa sedih, atau takut. Ia tetap merasa merdeka.
 
Suatu siang, Amir tampak berada di tengah tengah lapangan penjara bermain gitar. Sejumlah besar sesama napi berkumpul di sekelilingnya mendengarkan alunan musiknya yang indah. Para napi merasa damai dan tidak merasa takut. Ketika para sipir melihat itu, mereka melarang Amir bermain gitar.
 
Akan tetapi pada hari berikutnya, Amir sudah kembali lagi di tempat yang sama. Pemuda ini lagi lagi bernyanyi dan memainkan gitarnya seperti kemarin. Kali ini jumlah orang orang yang berkerumun melihatnya semakin bertambah banyak. Penjaga marah. Amir diseret masuk ke selnya dan jari jari tangannya dipotong.
 
Kendati jari jarinya berdarah, hari berikutnya Amir kembali bernyanyi dan bermain musik di tempat yang sama. Merasa dipermainkan, para penjaga menyeretnya lagi ke sel dan membanting gitarnya sehingga hancur.
 
Apakah tindakan ini bisa menghentikan kelakuan Amir? Ternyata tidak Pada hari berikutnya, ia bernyanyi dengan segenap hatinya. Suaranya amat merdu dan nyanyiannya sangat indah menyentuh hati. Lagi lagi, orang banyak menggabungkan diri dan ikut serta bernyanyi. Untuk kesekian kalinya, para sipir penjara marah besar. Tanpa ampun, mereka memotong lidah si Amir.
 
Hari itu Amir tak menampakkan batang hidungnya. Semua napi bertanya tanya dalam kesedihan. Anehnya, pada hari berikutnya Amir terlihat sudah berada di lapangan. Rupanya ia sedang menari, berlenggok lenggok ditingkahi iringan musik yang tidak dapat didengar oleh orang lain, kecuali dirinya sendiri. Segera saja semua orang berdatangan saling bergandengan tangan, menari di sekitar tubuhnya yang sudah berdarah dan hancur sementara para penjaga berdiri terpaku. (Doa Sang Katak/Djs)

========================================
Pengirim : Conan
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *