Setiap manusia memiliki jiwa hewani. Jiwa hewani ini memiliki tiga unsure, yaitu RASA TAKUT, AMARAH dan HASRAT. Karena jiwa hewani ini, manusia cenderung mendekati apapun yang mendatangkan hasil (HASRAT) dan bergerak menjauh dari (RASA TAKUT) atau menolak (AMARAH) dari apapun yang menyakitkan. Jiwa hewani ini bisa berkembang seimbang dengan kecerdasan yang berproses dalam akal sehat akan menjadi asset yang tak terhingga nilainya bagi kehidupan manusia.
Namun bila jiwa hewani mengarah kepada pelampiasan nafsu, dimana rasa takut, amarah dan hasrat berkembang secara berlebihan, maka ia akan merusak pandangan dan perilaku manusia.
Jika jiwa hewani ini telah melampaui batas wajar, maka akan muncullah kejahatan, ketamakan, prasangka,kekejaman, kehinaan, nafsu jahat, dan pengkhianatan. Dalam JAGAT PERCINTAAN, antara pria dan wanita, nafsu hewani berkembang lebih liar dan buas,bahkan cenderung menuntut pemuasan hanya pada kebutuhan biologis sesaat. dan karena dalam nafsu hewani tidak ada moralitas dan cinta kasih, maka segala cara ditempuh, tak peduli halal atau haram. Dan gilanyaaaaaaaaa� Dikehidupan moderen ini, kebejatan perilaku hewani dibalut estetika, kesetiaan cinta dan hak asasi manusia, sehingga keinginan yang buas dan liar dianggap wajar dan bermoral
Di jagat moderen sekarang ini, PACARAN menjadi proses wajib bagi mereka yang sedang jatuh cinta. Wajib karena cinta dianggap sebagai Gejolak jiwa yang emosional dan pacaran adalah proses pemurnian cinta dari pengaruh emosional itu. Tanpa pacaran, cinta tak lebih dari sekedar lintasan jiwa yang tidak akan menemukan muara . Andai pun berujung dengan pelaminan dan terikat dalam akad nikah, cinta tanpa pacaran akan menuai keropos, karena antara saat berseminya cinta hingga berlangsungnya pernikahan tidak didahului dengan proses pengenalan. dan pendekatan yang intensif. Sedangkan dalam pacaran, taaruf dan taqarub itu berjalan sangat intensi, sehingga kita tahu siapa orang yang kita cintai sampai kebagian yang paling sensitive dan rahasia. Dengan demikian kita tidak membeli kucing dalam karung.
Itulah yang terjadi di Jagat Pacaran. Dalam kesesatan dan pengaruh nafsu hewani, penghuninya berusaha mencari pembenaran atas apa yang mereka lakukan sekalipun nyata nyata bahwa Pacaran hanyalah upaya sesat untuk mengeksploitasi cinta demi pemuasan nafsu hewani. Dan nyata nyata juga, dalam pacaran telah terjadi proses saling menipu. Satu sama lain hanya memperlihatkan kebaikan dan kelebihan masing masing, sementara realitas diri yang sesungguhnya ditutup tutupi untuk mendapatkan kepuasan, pujian dan penerimaan.
Nyata nyata pacaran hanyalah cara sesat untuk memanfaatkan kelemahan dan kekalutan akal sehat sebagai akibat dari buaian perasaan cinta yang menggebu. Selanjutnya segala rasa dicurahkan dalam bentuk perilaku nista bahkan oleh perilakunya sendiri seperti saling tatap yang katanya “kulihat cinta dimatamu”, saling berucap cinta untuk menunjukkan bahwa ” didadaku hanya ada kamu”, dan saling dekap dengan pelukan mesra seolah kedekatan keduanya takkan terhalang oleh samudera yang luas dan gunung yang menjulang tinggi
Fenomena seperti itu yang terjadi di Jagat Pacaran bukan rahasia lagi, namun realitas didepan mata yang kini sudah dianggap biasa dan lumrah dengan dalih untuk MENCARI KECOCOKAN SEBELUM MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN. Andai ternyata cocok, maka nikah dapat dilangsungkan. Namun bila ternyata tidak cocok, maka untuk apa berlanjut ke pelaminan, bukankah sebaiknya mencari pasangan lain sebagai gantinya? Itulah sebuah dalih yang bejat dan terlaknat, karena perilaku seperti itu dianggap jembatan menuju ke sebuah kesucian pernikahan. Padahal, ADAKAH KESUCIAN YANG LAHIR DARI KENISTAAN? JAWABNYA TIDAK SAMA SEKALI TIDAK ADA Kecuali pada orang yang suka berbuat nista dan untuk itu mereka menyebarkan kedustaaan atas nama cinta. Jadilah si cinta tersesat di dunia fatamorgana demi mendapatkan kepuasan nafsu dan melupakan hakikat itu sendiri.
Seandainya, CINTA DIPANDANG TIDAK HANYA DENGAN PERASAAN TAPI JUGA DENGAN AKAL PIKIRAN YANG SEHAT, tentu mereka akan menyayangi diri mereka ketika menjalin hubungan yang tidak di syariatkan. Apalagi untuk wanita, menjalin hubungan dengan lawan jenis atas nama cinta mestinya dipikir secara matang, lebih lebih bila diajak kencan dan pacaran dengan jurang nista yang menganga. Maka aneh bila serta merta menjerumuskan diri kedalam jurang nista itu.
Banyak wanita yang sangat mudah menerima ajakan pacaran dan berakhir dengan linangan air mata karena kesucian telah terenggut bahkan dengan sangat mudah sementara laki laki yang menodainya pergi begitu saja dengan alasan ” Bosan dan Tidak Cocok “.
Jadi, JANGAN KATAKAN CINTA kepada orang yang mengajak kamu pacaran sebelum menikah sekalipun dengan dalih yang argumentative, realistis dan memukau jiwa kamu. Hati hatilah dengan rayuan gombal demi mendapat cinta kamu. Hati hatilah Karena di Jagat Pacaran, banyak berkeliaran orang dengan tipe pengecut yang akan lari atau mencari kambig hitan ketika tanggung jawab harus dipikul. Janganlah penyesalan demi penyesalan tercatat dalam hidup kamu, karena bukan hal yang baik jika suatu kesenangan berakhir dengan kesedihan. Orang yang berakal tentu ia tidak akan menerima suatu kebahagiaan yang sesaat, lalu sesudah itu datang rasa pilu dan penyesalan yang mendalam. JANGAN MENGGAPAI KESUCIAN DENGAN KENISTAAN. TANAMLAH BENIH BENIH CINTA PADA KEBUN YANG DIKEHENDAKI OLEH ALLAH .
Dan, JANGAN KATAKAN CINTA kepada orang yang menuntut pembuktiaannya melalui hubungan intim, karena itu hanyalah dalih yang penuh dengan kedustaan dan sesungguhnya mereka adalah para pengecut yang hanya ingin menghisap manisnya madu cinta. Andai mereka dimintai tanggung jawab, pastilah mereka lari dan mencari kambing hitam.
========================================
Pengirim : Hotmian Haro
========================================