Kawanku gemar sekali berkemah dan mendaki gunung.
Ia pergi sampai ke tempat yang jauh, yang sama sekali tak ada yang pernah kesana.
Semakin asing semakin menarik buatnya
Buat apa katanya mendaki gunung Agung, sudah sejuta orang yang naik turun disana.
Beberapa orang yang dikenalnya pernah hilang, luka luka atau mati di gunung
Kupikir, apa sih gunanya atau hasilnya?
Begitu buuaaanyak biaya dan perlengkapannya

Tapi kupikir, aku juga punya kegemaran yang sukar dimengerti.
Aku suka ke tukang loak
Ketemu buuaaanyak yang aneh aneh dan surprise di antara macam macam yang dijual beli kan.
Buku buku dari “tempo doeloe”, berbagai pisau, kaset dari Bombay dan Malaysia, ransel dan tenda buatan Canada serta berbagai barang antik pribadi yang nampaknya “di gali” dari kuburan tua.
Pernah lihat pipa buat merokok dan tempat rokok yang nampaknya dari zaman Belanda (VOC).
Bukan main surprise bisa sampai di tukang loak
Nggak tahu dari kuburan yang mana
Imagine that

Tukang loak bisa dapat barangnya dari siapa saja
Dari sebuah gudang yang membuang sampahnya, dipungut pemulung lantas berakhir di tangan “para peloak”(Apakah begitu istilahnya?).
Aku pernah lihat berbagai buku terlarang (PKI) ada disitu
Antara lain buku buku Pramoedya Ananta Toer yang sudah tak pernah kedengaran lagi.
Ada buku buku yang ejaannya masih tempo doeloe
Pakai dj bukannya j dan pakai j bukannya y dan sebagainya.
Juga pernah ketemu majalah “Playboy” (USA) dari tahun 60 an
Ada centrefold nya Ratna Assan (anak Indonesia, ibunya Miss Dja seorang penari Bali di California) yang pernah jadi extra buat film nya Steve McQueen “Papillon”.
Bukan main Bagiku pasar loak dan tukang loak ini bagaikan museum atau tempat nostalgia tempo doeloe yang selalu buaanyak surprisenya.

Aku juga suka menulis dan membaca surat pembaca di berbagai media.
Beritanya terkadang jauh lebih menarik dari pada head line surat kabarnya.
Heheheheheh…..
Soalnya yang nulisnya siapa saja dan tentang apa saja dengan gaya apa saja.
Jadi nggak pernah pengap, jenuh, bosan atau itu itu saja
Bukankah lain padang lain belalangnya?
Akhirnya dari “penulis surat pembaca” saya naik pangkat jadi “penulis jalanan” yang menyuarakan “hidup, cinta dan air mata” dari jalanan.
Suaranya rakyat kecil, wong cilik yang nggak berkesempatan “ngamuk” dengan kata kata
Dengan kata lain jadi “penulis anggota Paguyuban Anjal (Anak Jalanan)” secara tidak resmi.
Alangkah menarik hidup ini
Nasib bisa menggiring kita kemana saja

Jalanan Melbourne, 2004.
Buat Pak Soeroyo (Epistoholik Indonesia)
yang adem ayem di Solo
dan konco konci EI.

========================================
Pengirim : Lasma Siregar
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *