KESATU
: Epe

Kuawali meditasi dibawah kabut memagut kalut
pucuk pucuk bakau masih memukau, indah tertimpa cahaya pagi
burung burung mungil riuh berkicau menemani pergiku

bagaimana bisa kumengerti makna nanar dalam sasarku
dalam tiadaku pada ada
hampa. senyap. hilang

pada siang, pada lekang, tanah menguapkan hawa gerah
bayang bayang diri memantul di biru langit
tersenyum mengejekku; hendak lari kemana?
mengapa tak hadapi saja segala coba. pasti kan sanggup kau tahankan, bukankah kau terlalu angkuh tuk mengakui kekalahan?
angin musim panas menyapu debu kering kemarau
aku terpaku dihempas risau
belum mampu kubebaskan keangkuhan tuk mengakui diammu dalam adaku

senja. baiturrahman seperti lukisan, berbingkai langit biru jingga
dimana kucari jawaban gelisah
burung burung hitam menandai malam
riuh menyerbu kubah yang megah
azan menggema, menggugah sukma
berlabuhku di rumahMu
namun belum cukup jua resah ini menyiksaku
(mungkin belum cukup kumasuki kudusMu?)

malam. bagaimana bisa kusampaikan padamu
sakitnya seharusnya tak merindu, usah mengharap
cahaya bulan jatuh di atas kolam, membuatku terdiam
tafakur memaknai arti remuk redam perjalanan
adakah gunanya melarikan diri dari sunyi, sepi mimpi mimpi
hadapi sajalah rasarasa, resahresah, lukaduka, sesaksesak, sabakmata
pergipun tak guna sebab dia bertahta dikepalaku

Lamreueng, BNA Aug. 19, 04

========================================
Pengirim : Putireno Baiak
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *