Hari ini, jika anda memeriksa buku tabungan anda dan mendapatkan bahwa saldo tabungan anda mendadak ada peningkatan sebesar Rp 880.000.000.000, apa yang akan anda lakukan? Mungkin sebagian kita ada yang mengatakan, �Haleluya �, atau”Alhamdullilah” segera datang ke gereja atau kemesjid dan beramal juga mengucapkan doa syukur. Atau bertanya tanya dari mana uang tersebut berasal.
Howard Jenkins, namanya, suatu hari yang indah di tahun 1994, dia mendapati tabungannya bertambah sebesar US 88 juta, jumlah yang spektakuler bagi seorang karyawan biasa yang bekerja disebuah perusahaan genting di Tampa, Florida. Untung saja, dia tidak punya penyakit jantung. Kalau tidak, bias saja dia terkena serangan mendadak.
Sebagai manusia biasa, dia juga tergoda menggunakan uang tersebut tanpa perlu bertanya asal usul uang sejumlah tersebut. Dia tarik dari tabungannya sebanyak US 4 juta. Dan sebagai manusia biasa, dia membelanjakan uang tersebut tanpa prasangka apapun. Beberpa hari kemudian, didapati bahwa bank melakukan kekeliruan dalam memasukan nomor rekening pada saat transfer uang. Kalau dalam permainan monopoli, kalau terjadi kesalahan bank maka pemain diuntungkan, tetapi dalam kasus ini, tidak. Jenkins diharuskan mengembalikan seluruh uang yang ditransfer tersebut.
Di dalam dunia ini, tidak ada uang yang diberikan secara percuma. Tidak pernah ada uang yang tiba tiba jatuh dari langit, kecuali ada orang yang sudah berlebihan uang melemparkannya dari udara, selain itu tidak ada yang memberikan secara percuma. Pun kalau ada, itu cuma kesalahan transfer seperti yang dialami Jenkins. Selebihnya, harus dibayar dengan bekerja.
Jangan pernah bermimpi akan mendapat uang dalam jumlah besar tanpa anda bekerja. Hal tersebut akan memancing anda menjadi seorang pemalas yang tidak mau bekerja. Hanya orang orang yang sangat sangat beruntung yang bisa mendapatkan kekayaan yang berlimpah dengan bekerja sangat sedikit dan jumlah orang seperti ini sangat sangat sangat sedikit. Selebihnya orang harus bekerja keras untuk hidup lebih baik.
Sebagai umat Kristen, tentu kita dipanggil bukan untuk menjadi pemalas tetapi menjadi orang orang yang mau bekerja.
Lihatlah betapa kerasnya Paulus menegor orang orang di Tasalonika pada saat didapati orang orang yang mau hidup enak tanpa bekerja. 2 Tesalonika 3:10, �Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.�
Tentu peringatan itu dikeluarkan Paulus untuk mencegah umat Kristen yang mau hidup enaknya saja, tidak mau bekerja. Masih adakah orang orang demikian? Anda mungkin bisa membantu saya menjawabnya. Orang orang demikian dapat digolongkan sebagai pemalas. Perhatikanlah nasib pemalas yang digambarkan oleh penulis Amsal 6:9 11, bahwa kemiskinan yang akan diterima, bukan hidup yang lebih baik. Bahkan pada akhirnya orang demikian akan menyusahkan banyak orang.
Kalau bertemu dengan Paulus, orang demikian pasti tidak diberi makan Bukan karena Paulus tidak punya kasih, tetapi agar orang tersebut meninggalkan sifat sifat buruknya. Paulus hendak menerapkan disiplin kepada mereka. Agar mereka bisa menyadari keburukannya dan bertobat.
Jika umat percaya dapat menampilkan sifat sifat baik dalam hidupnya, pastilah nama Tuhan ikut dipermuliakan. Bukankah sebagai pengikut Kristus, kita telah mengenakan Kristus? Jadi, dalam setiap perbuatan kita, orang lain pasti akan menilai Kristus yang kita kenakan.
========================================
Pengirim : Hotmian Haro
========================================