(V)
Membaca “Sajak seorang pelarian” yang berkisah tentang tanah Ambon yang indah dan sejarahnya yang panjang membuka mataku lebih lebar.
Soalnya kepulauan Maluku ini jauh di mata dan terkadang juga sering jauh dari ingatan kita yang hidup di pulau Jawa.

Penulis dan penyair anak Ambon yang bernama Dino F Umahuk menuliskannya begitu menarik tanpa harus berpihak yang ini ataupun yang itu.
Ia seorang sinyo Ambon yang cinta kampung halaman, rakyat dan hidup yang adem ayem seperti biru laut Banda dan hijaunya pulau Ambon, Haruku dan Saparua.

Sebuah tragedi dimana persoalannya bukanlah yang ini salah yang itu benar.
Karena toh dua duanya juga rakyat Ambon dan dua duanya bisa benar semuanya atau salah semuanya.
Pertanyaan yang timbul setelah membaca tulisan Bung Dino adalah bagaimana semuanya bisa kembali sebagai satu saudara, satu jiwa, satu tanah Maluku kembali?
Kalau Jerman Barat dan Timur bisa jadi satu, Vietnam bisa jadi satu, mengapa rakyat Maluku yang beritikad baik nggak bisa?
Bukankah dimana ada kemauan disitu ada jalan?

Mudah mudahan Bung Dino dan sejuta anak muda tanah Maluku lainnya bisa membangun komunitas Maluku yang baru dengan kasih sayang.
Kalau ada itikad baik dari semua, apapun masalahnya tak akan pernah jadi halangan atau rintangan.
All the best Bung Dino dan kawan kawan di tanah Maluku.
Nusa Niwe, Tanjung Alang, Batu Raja, Pasir Putih, Tanjung Benteng manise…….
Itulah bait sebuah lagu dari guru kami yang berasal dari Ambon.
Semoga suatu waktu kita semua bisa jalan jalan disana
:=))
Cafe Lorca, Oktober 2004.

Buat Dino F Umahuk dan kawan kawan di Ambon manise.

========================================
Pengirim : El Camino
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *