Aku tersenyum. Dalam satu hari aku mendapatkan SMS dari empat laki laki yang pernah menyatakan rasa hatinya kepadaku. Nanti dulu. Satu diantara mereka adalah suamiku sejak duapuluh lima tahun yang lalu. Tiga lainnya adalah teman teman semasa SMA..

Inilah kemajuan teknologi. Jarak menjadi nisbi. Dalam bilangan detik, apa yang ingin kuberitahukan kepada Ardi yang di Manado, Yusuf yang di Jakarta Selatan dan Luki yang di Balikpapan dapat sampai. Seolah kami berada dalam satu ruangan. Ya, aku ingat waktu di SMA. Yusuf, Luki, Ardi dan aku duduk sekelas. Berbagai sarana dijadikan media untuk menuliskan pesan pendek ini. Penghapus karet. Bungkus permen. Batang korek api. Kertas. Cara penyampaiannya dilempar atau melalui �kurir�. Dengan kemajuan teknologi, dengan satu tombol atau Enter saja, pesan kepada orang di seberang pulaupun segera diterima.

Pikiranku melayang pada kejadian tiga bulan yang lalu. Bersama beberapa teman alumni SMA diadakan reuni kecil kecilan di rumah Indah di Cibinong.
�Pokoknya kalau mau ikut mobilku, jam 10.00 sudah kumpul di rumah..�,dengan sikap sok bosynya Eni mengultimatum. Mobilnya jenis kendaraan niaga, lumayan bisa mengangkut tujuh penumpang.
�Kiki, si Yusuf dan istrinya sudah dihubungi..?� Hera nimbrung. Aku nyengir. Aku tahu karena dia bermaksud menggoda. Persis seperti 30 tahun yang lalu. Ia adalah kurir �SMS tempo dulu�ku.
�Sudaah. ..Dan istrinya dengan senang hati mau ikut. Katanya begini �Kalau bukan Kak Kiki ,belum tentu aku mau ikut�.karena, kata dia lho, aku kok ya merasa akrab dengan Kak Kiki, karena���.�. Belum selesai aku membual, mereka berdua sudah berteriak dengan suara mezzo soprannya
� Wooooo�..ngarang truss�� .Riuh rendah lah ruang tamu rumah temanku Eni ini.

Sebuah kepala menyembul dari balik tirai.
�Ada apa sih Ma..� suara Ade terdengar khawatir
�Ini, Tante Kiki�sedang membual� �maunya jalan2 keluar kota sama bekas pacarnya, tahunya saingannya ikut�..raiblah kesempatan bermain mata besok �..kayak dulu waktu perjalanan camping ke gunung Papandayan�. Kami bertiga tergelak gelak seperti dulu. Di kelas satu SMA kami bertiga duduk sebangku dan sampai sekarang kami masih memiliki keakraban yang sama. Ya setelah 30 tahun.
�Dih�.udah tua aja..kecentilan..�, Ade, anak kedua Eni yang berusia 23 tahun pura pura bersunggut sambil tersenyum melangkah dan menghilang ke ruang belakang.

Perjalanan ke Cibinong keesokan harinya sangat menyenangkan. Istri Yusuf ini orangnya, mungil, manis, lemah lembut, halus tutur sapanya, mudah akrab dan terlihat tidak canggung, rapih dan saleh dengan krudungnya. Kami menjadi akrab, atau paling tidak itu yang kurasakan. Dalam perjalanan terkadang aku mencuri pandang ke arah Yusuf, untuk menguji apakah masih ada sisa sisa �cinta monyet�ku ini . Entah lah.

Pada satu kesempatan di pesta, entah disengaja entah tidak, kami berdiri berdekatan untuk mengambil makanan. Didekat meja yang penuh makanan Sunda itu hanya ada dia dan aku. Sementara ruang tamu dan makan yang menjadi satu itu hingar bingar dengan suara obrolan santai dan yang menyanyi diiringi organ tunggal

� Eh Suf��, kataku,� �. nasi timbel kebanyakan kalau satu, bagi dua ya? Mau?��
�Boleh, boleh �.�� Yusuf menjawab sambil mendekat dan mengintip dari balik pundakku, sehingga nyaris atau mungkin ini imajinasiku saja � dagunya menyentuh pundakku.
�Lagi dong ���.�� sifat jailku keluar.
�Apanya lagi�..� ia bertanya heran.
�Dagu di pundak Eh, maksud ku tuh�ngintip nasi timbel��,kataku dan dia tertawa perlahan.
�Kalau dagu di pipi, gimana? Masih boleh nggak ��
�Mmm ..masih kali ya? �tapi lucu kali ya?�, jawab ku sekenanya menanggapi gurauan
�Iya�iya�lucu�makanya aku jatuh cinta�.dulu�.
�Yeee�lho kok aku masih cinta ��sekarang �.�. Dia tertawa ngakak mendengar jawaban sekenaku itu. Istrinya dari kejauhan tersenyum melihat keakraban kami.

�Ini lho Tin�aku lagi merayu suamimu�eh, malah ketawanya keras keras jadi aja ketahuan �� aku berteriak sekerasnya mengatasi suara musik yang menyebabkan seluruh ruangan melihat ke arah kami dan tertawa menanggapi gurauanku.

�Ah, kamu nih sableng amat sih ��, ia berkata perlahan agak tersipu sambil menerima bagian nasi timbelnya. Malu dia menjadi objek tertawaan.
�Tapi kan pernah cinta..� sengaja kubuat suaraku seolah mendesah.

�Siapa bilang?� tak mau kalah dia menyahut dengan suara pelan
�Lha buktinya �berbagi nasi timbel aja mau�apa lagi berbagi cinta�, ku pandang matanya. Dia tersenyum. Ada danau yang berombak di matanya. Sekilas sisa senyum jaman SMAnya muncul. Sulit untuk membayangkan bahwa lelaki tegap, agak klimis, beruban disana sini adalah cowo yang pernah kutaksir habis habisan karena penampilannya yang berbadan tipis papan, berambut gondrong ala Rod Steward dan rada rada pemalu ini. Senyumannya itu seolah memunculkan sosoknya yang dulu.
�Siapa bilang aku mau berbagi cinta�pokoknya� sekarang� kalau semua kamu tinggalkan� aku akan menerima kamu ��, dia tersenyum lembut. Aku tertawa perlahan.

�Emangnya kamu masih inget dimana kata kata itu pernah kamu utarakan kepadaku?�, iseng aku bertanya.
�Di warung bakso Mang Ja�i�dan itu belum expired�,mantap dia menjawab sambil menatap mataku tajam. Sialan Mata itu dulu yang membuatku tergila gila. Aku heran. Aku merasa masih ada nuansa cinta monyetku namun tanpa debaran emosi . Apakah wanita diusia menjelang senja sudah tak punya emosi cinta lagi? Entah lah.
�

Tadi pagi seusai mandi untuk bersiap berangkat ke kantor, HPku berbunyi dan ada SMS dari Yusuf. Bunyinya pendek. �Kemana aja? Kabar kabari dong. Pesan dari Tin, nyonyaku… Ditunggu malam minggu ini, pesta HUT anak gadisku. Tidak terima NO, tetap terima LOVE� Aku tersenyum membacanya.
Persiapan ke kantor adalah adu kecepatan dengan jarum jam. Masak air, membuat sarapan, mencari kotak roti, mandi, memilih baju dan berdandan kulakukan sambil setiap saat melirik jam. Beginilah hidup tanpa pembantu. Iri aku melihat sinetron sinetron televisi, dimana sekeluarga bisa duduk dengan santai di meja makan yang penuh dengan jenis sarapan yang lengkap. Bagiku itu adalah hal yang tidak mungkin. Untung suamiku bertugas di luar kota dan dalam sebulan kadang kadang hanya seminggu berada di rumah. Lumayan. Pengurangan kegiatan pagi hari. Sementara kedua anak lelakiku, setiap malam selalu tidur di atas jam 12 malam. Dan baru bangun kalau aku bersiap siap akan berangkat ke kantor.
Di tengah kesibukan ini lah aku membaca SMSnya dan berjanji akan menanggapinya untuk mengonfirmasikan kedatanganku pada pesta ulang tahun anaknya itu. Dalam perjalanan, aku mendengar ada SMS yang masuk. Menjelang makan siang HPku mengisyaratkan lagi ada SMS baru yang masuk.

Saat makan siang SMS pertama kubuka ternyata dari Ardi. �MUSM� hanya itu. Ha Itu istilah yang mungkin hanya aku dan dia yang tahu. Sejak ada kontak lagi 5 tahun yang lalu, kami membuat singkatan seenaknya dan hanya bermakna bagi kami berdua. Miss U So Much. Kadang melalui e mail ia mengirimkan sebuah singkatan yang harus kutebak. Ia pernah mengirimkan singkatan ILUVM. Singkatan I Love U Very Much. Ada lagi NSLU. Katanya dari Never Stop Loving U. Konyol memang. Tapi menyenangkan. Selama ini kontakku dengannya hanya melalui telepon dan e mail

� Alaah gombal. ��, satu saat dalam suatu komunikasi telepon kulontarkan opiniku.
�Yaa�terserah lah. Mau percaya syukur, nggak pun ya harus�. Tapi, jujur saja� memang perlu waktu yang lama buatku melupakanmu ..� terdengar suaranya di seberang sana. Aku tergelak. Ada perasaan senang, tapi ada juga perasaan malu. Malu pada diri sendiri. Dalam usia menjelang kepala lima ini kok masih ada perasaan tersanjung, rasanya sudah tidak pada tempatnya lagi.
�Lalu kalau susah melupakan, apakah kamu pernah berusaha mencari. Lebaran dan tahun baru masih rutin mudik kan�Tapi sejak lulus SMA tak sekalipun kamu berkunjung ke rumah orangtuaku. Tak ada kartu natal atau ulang tahun. Raib.�, tuduhanku ini sekedar ingin menganulir rayuannya.
�Habis�. gimana? Kamu kan tetap dengan Anto? Kamu menikah tahun 1976? Punya anak dua laki laki. Kamu berhasil menyelesaikan kuliahmu. Pernah tinggal di Cianjur dan akhirnya pindah ke Jakarta. Ha Apa lagi yang kurang. Aku monitor terus kok. Karena apa? Karena�.aaah sudah lah�.nanti kepalamu semakin besar�, terdengar tawanya berderai dan sekilas kutangkap ada nada getir. Agak terkejut juga aku mendengar hasil pantauannya itu. Memang dari semua teman teman dekatku, Ardi ini paling lucu, terbuka, ekspresif dan kadang mengutarakan perasaan hatinya apa adanya. Kuakui aku paling akrab dengannya.
�Jadi beneran ya �yang dulu waktu di kelas kamu pernah membisikkan sesuatu ke kupingku waktu pelajaran Kimia?�, tanyaku setelah agak reda tawanya.

�Ya..� masak aku berbohong�
�Sok tahu Pura pura inget Memangnya apa yang kamu bisikkkan 30 tahun yang lalu�, ku tantang daya ingatnya.
�Aku inget�aku kan belum pikun�, selorohnya.
�Sok tahu �
�Kalau aku inget �apa taruhannya�,
�Mmmm�satu ciuman pipi kiri�, jawabku sekenanya.
�Nggak �murah amat�, pura pura marah suaranya.
�Mmmm� kiri kanan deh�, suaraku dibuat seolah olah aku masih berusia 17 tahun.
�Tambah lagi �
�Iya deh�French Kiss deh�Udah bisa kan? Dulu menciummu kok kayak makan permen gulali,�.� aku tertawa tergelak gelak.
�Sialan�.�, terdengar ia menggerutu lalu disusul dengan tawa ngakaknya. Setelah reda tawa kami, terdengar suaranya mendadak serius.
�Oke..balik ke inti masalah�
�Apa tuh�?�
�Bisikan asmara di ruang kimia�.aku masih inget�
�Oke Dik�.aku mau denger��, sengaja kata �Dik� kutekankan. Hening sejenak. �Dik� dari adik, karena memang ia lebih muda beberapa bulan dariku. Panggilan sayangku untuknya dulu.
�Ya�dulu kamu suka panggil aku dengan sebutan itu. Kok masih enak didengar. Kamu serius kan tadi waktu menyebutkan kata itu�
�Ya �, singkat ku jawab. Aku ingat �kekuatanku� dulu terhadapnya adalah jawaban yang singkat dan pendek. Hening sesaat. Lalu terdengar lagi suaranya,
�Sialan�kok aku masih terpengaruh sama keberadaan mu ya��, tawa getir terdengar di ujung sana.
�He�bagaimana bisikan asmaramu itu?�, pancing ku kembali. Entah mengapa perasaan ingin tersanjungku begitu saja muncul tanpa terkendali.
�Oya�Waktu itu pelajaran kimia mengenai persenyawaan, bahwa yang cohesi lebih stabil dibanding adhesi. Eh, atau terbalik ya. Lupa aku. Ya, pokoknya aku ingat, aku berbisik di kupingmu. �Ki, itulah ikatan yang akan ada diantara kau dan aku. Tak terpisahkan, tak terputuskan selamanya , now and forever�. Gimana?�. Kali ini aku yang terdiam.
�Haaluuu�anybody home?�, terdengar suaranya dari seberang. Akhirnya kami berdua tertawa terbahak. Ada rasa haru diantara perasaan tersanjung.
Seperti saat ini, ketika kubuka SMS darinya, hanya muncul urutan abjad tanpa makna JKLM. Aku tersenyum. Tersanjung lagi. Just Keep Loving Me. Ada ada saja.

SMS kedua kubuka. Luki. Ia bisa kukategorikan sebagai �penggemar gelap� tempo dulu. Dua tahun yang lalu beberapa kali kami makan siang bersama. Karena tugasnya dia pun ditempatkan di luar pulau Jawa. Sesekali dia harus ke Jakarta dan dia menyempatkan diri untuk menghubungiku. Jujur saja, kenanganku dengannya agak samar. Seingatku, awal aku masuk SMA, aku pernah merasa senang dengannya. Tapi entah mengapa, tiba tiba menghilang begitu saja. Keberadaannya tenggelam diantara kisah kisah lainnya.
Kira kira dua tahun yang lalu ketika pertama kali kami ia menelponku, aku lupa saat ia menyebutkan namanya.
�Luki?�darimana ya Pak�, santun kujawab teleponnya
�Luki Tarigan teman SMAmu dulu di Cibadak. Kelas satu?�, terdengar suara di seberang. Hanya sekilas aku mengingat dan bayangan wajahnya muncul begitu saja.

�Yeee��.iya aku ingat � seruku,��Apa kabar? Dimana sekarang? Kok tahu nomor kantorku�. Singkat dia menceritakan darimana nomor teleponku diperolehnya. Aku harus berterimakasih sama Haris yang masih menyimpan nomor telepon kantorku, walaupun terakhir kami bertemu tiga tahun yang lalu.
�Gimana keadaanmu sekarang? Anak dua ya�hebat kamu, anak laki laki semua. Kalau aku, empat anak. Perempuan semua. Sudah di SMA dan SMP��, tanpa kuminta ia menceritakan keadaan dirinya dan bahwa dia baru kembali ditempatkan di Jakarta setelah beberapa kali dipindahtugaskan oleh perusahaannya.
�Waah, kalau aku ..entah berapa kali aku sudah berpindah perusahaan. Maunya sih jadi Direktur kayak kamu. Tapi berkali kali pindah perusahaan�..ya�jabatannya nggak lebih dari ini..�gurauku.

�Kamu memang bosenan sih..�.
Aku tertawa. Sedikit banyak apa yang diutarakan ada benarnya. Walaupun sejauh yang kuingat, kepindahanku dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain bukan hanya sekedar kebosanan. Tapi entahlah. Mungkin dia benar.
�Ya..nggak juga sih�., tapi kan kalau ada yang lebih baik�siapa yang bisa nolak?�, ujarku.
�Itulah, kebiasaanmu�.pindah kalau ada yang dirasakan lebih baik. Tapi ya normal sih. Itu manusiawi�, ia menanggapi. Dih. Rupanya dia senang berfilsafat. Lalu kami terlibat pembicaraan, yang menurutku, lebih pada situasi sekarang. Karena harus kusadari, memang kenanganku bersamanya waktu SMA agak samar.
�Masih suka olah raga?�, dia bertanya saat pertama kali kontak telepon.

�Masih, tapi paling seminggu sekali�.�
�Apa? Basket, volley, bersepeda atau berenang?�. Buset, pikirku. Ingat juga dia olah raga kesukaanku.
�Eits��, kataku � �.bersepeda, basket dan volley tidak sesuai dengan usia�berenang paling yang masih bisa dan sempat kulakukan, itu pun seminggu sekali�, jawabku.
�Woo..berarti badanmu masih atletis kayak dulu dong� guraunya. Aku tertawa.
�Ya..lumayan lah� kayak bintang sinetron. Atun yang di Doel anak Betawi�.
�Masak sih�.sayang dong. Memangnya kamu tidak mengurus badan�,terdengar suaranya ragu. Persetan pikirku. Apa salahnya dengan badan yang subur dan gemuk. Walaupun badanku tidaklah seperti apa yang kuutarakan.

�Nggak lah jawab ku. Nanti � kalau sudah diatas 60 tahun baru diet makanan. Sekarang � nikmati hidup��. Terdengar suara tawa diseberang sana.
�Kamu bohong kali��,masih ragu terdengar suaranya
�Ya mungkin juga sih�� jawab ku sekenanya.
�Itu yang aku suka dari kamu Ki, ..spontan dan nggak mau pusing�. Aku hanya tertawa.
Tiba tiba, terdengar suaranya serius.
�Kamu tahu nggak sih bahwa dulu�. aku pernah naksir kamu�aku pernah sayang sama kamu. Dan sekarang mendengar suara dan gaya bicaramu, membuat perasaan itu muncul kembali�. Kaget aku mendengarnya. Seingatku, dulu tidak ada apa apa diantara dia dan aku. Hening. Aku tak tahu harus menjawab apa.

�Hei, Ki� masih disitu kan?�
�Masih tuh�.mau pesan apa ya Pak? �, aku seolah menemukan diriku kembali. Dia tertawa.
�Tadi tuh serius ya�.�, tanyaku.
�Memangnya kamu kenal ada Luki lain yang suka guyon?�, dia balik bertanya. Sialan
�Kok �aku nggak tahu ya�
�Ya..habis signal dariku memang lemah. Di awal kelas satu, rasanya signal dari ku terbalas. Masih ingat waktu di pesta Yuni, first dancemu denganku. Aku benar benar merasa bangga dan bahagia. Masih ingat kan?� Mati aku Aku mengorek ngorek daya ingatku. Tapi bayangan aku berdansa dengannya tak kunjung muncul.

�Masak iya�kok aku bisa lupa ya��, jujur kukatakan.
�Terang aja kamu lupa. Karena selanjutnya, sampai pesta selesai kamu tak lepas dari Ardi dan Yusuf..ya kan?�. Kalau itu aku ingat. Aku tertawa ketika kudengar suaranya yang pura pura dibuat seolah dia marah dan cemburu. Dia melanjutkan,
�Lalu waktu pulang, sebetulnya aku ingin mengantarkan kamu pulang. Tapi Yusuf dan Ardi juga mengantarkanmu pulang. Daripada jadi kambing congek �ya sudah aku pulang sendiri. Sakit lho waktu itu.�. Aku tertawa ge er, mungkin ketawa jaman dulu ibarat �cewe yang sok laku�.
��makanya jangan jatuh cinta sama cewe umur 16 tahun �.mana mau mereka berpikir serius dengan satu cowo�. Ya sudah, mohon diterima maafku yang tertunda 30 tahun yang lalu ya��, kini aku yang tertawa terpingkal pingkal.
�Baik lah , permintaan maaf kuterima�, ia menanggapi humorku.
�Ki�boleh nggak kalau aku mengajakmu makan siang?�
�Ya boleh saja..wong ditraktir kok nggak boleh. Kapan?�
�Suamimu?�dia nggak apa apa kan?�
�Ya ampun. Cuma makan siang kok. Aku beruntung kok dapat suami seperti yang sekarang. Dia percaya, bahwa aku tidak akan ke luar dari jalur kesepakatan sejak awal kita menikah�
�Padahal waktu pacaran dengan dia�.kamu kan tukang nyeleweng. Tiga tahun aku menjadi pengamat tingkah lakumu selama di SMA�, terdengar dia tertawa menggoda. Geli aku jadinya.
�Itu bukan nyeleweng. Tapi kata ibuku dulu, itu berteman, Bung Lagipula, anak puber kan suka gede kepala kalau disenengi oleh lebih dari satu cowo��, kami berdua tertawa. Lalu kami menyepakati hari untuk makan bersama. Sebelum pembicaraan telepon ditutup, dia masih sempat berujar,
�Aku harus ketemu�aku mau tahu apa perasaan sayangku terhadapmu masih sama intensitas emosinya seperti dulu�.
�Oke deh�sampai lusa ya��. Klik. Telepon kuletakkan.
Dan sekarang, kulihat SMS darinya. Singkat saja. �Lunch yok, lagi di Jakarta. Kangen. Mohon tanggapan�. Formal bahasanya.
Ketika akan kubalas, ada SMS yang masuk. Ternyata dari suamiku. Isinya juga singkat. �Belum bisa pulang, Boss. Tanggung. Mungkin minggu depan. Jangan cari sex in the city ya. Salam kangen�. Kurang asem.

Aku tidak bisa mengatakan bahwa suamiku orang yang sempurna. Apa lagi untuk dikategorikan suami yang ideal. Aku selalu menceritakan pertemuan ataupun kontakku dengan teman teman dekatku ini. Tentunya dengan proses seleksi atas apa yang perlu dan bisa serta pantas untuk diceritakan. Dia tahu dan mengenal semua teman temanku ini. Terkadang aku bertanya masih adakah rasa cemburunya. Dulu semasa pacaran menyebutkan nama teman priaku saja, layak biji matanya seolah meloncat keluar. Tapi aku tetap dengan kebiasaanku, waktu itu, bergaul dan berteman dengan siapa saja. Aku ingat ibuku berulang kali mengatakan bahwa bertemanlah dengan sebanyak mungkin pria. Tapi nikahilah satu orang untuk seumur hidup. Dan dari semua teman dekat, ternyata suamiku lah yang termasuk �tabah sampai akhir�. Sementara teman yang lain menghilang ditelan kesibukan, jarak, waktu dan tempat.

Hari ini aku mendapat SMS dari orang orang yang spesial. Aku tersenyum sambil menyantap makan siang di ruang kerjaku. Di luar hujan deras. Ternyata usia menjelang senja itu indah. Lembayung senja memang selalu menawan.
Sementara radio di meja kerjaku mengalunkan lagu tahun 70 an dari band Rollies ��.Sampaikan salamku �salam yang terakhir��.semoga kau bahagia�hidup di dunia��

========================================
Pengirim : Marina J. Loing
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *