[slalu menghantuiku]
“hidup hanya wayang yang berjalan
lakon yang meregang untuk satu malam
cerita yang dikisahkan oleh si bodoh
penuh riuh serta resah, yang tak berarti apa apa”
[dalam Macbeth, Shakespeare]
..
kereta pagi berhenti. serta merta gerombolan penjaja makanan dan calo angkutan menyerbu, menyeruak, menyelinap jejak manusia berwajah kuyu yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya semalam. uh, siapa yang tahan bau keringat bercampur nafas tersengal sisa rokok kretek eceran..
tak usah menunggu lama pertanyaan demi pertanyaan menghujam telinga seperti sering ku lihat di acara konferensi pers pejabat negara. jawaban singkat rasanya sudah tidak lagi digubris. diam pun tak punya nilai apa apa kalau mau cari aman..
“NUNGGU JEMPUTAN, MAS… ” dan ku selipkan muka marah saat satu satunya harta milikku mulai ditarik tarik seorang laki laki jangkung bermata sayu. duduk manis di beranda stasiun jadi pilihan pasti. minimal bisa bernafas sedikit lega berharap subuh cepat berlalu.
selang tiga hari yang lewat, ku pesan tiket jurusan Senen Lempuyangan yang nominalnya mulai menyesakkan pikiran. rencananya aku harus menemui seorang kawan yang lama tidak ku jumpai via surat. modal selembar dua puluh ribuan kucel beranjak pergi tinggalkan kontrakan berdebu hanya sekedar bersua, ku pikir cukup buat melepas kepenatan harian di kantor.
“PURWOKERTO, pak.. ”
“sudah penuh, BERDIRI ya ”
“TRIMA KASIH..”
ah terpaksa berdiri. berdiri bukan duduk layaknya wakil rakyat di gedung parlemen. kelas ekonomi penuh sesak, kelas bisnis tak terbeli, kelas eksekutif.. go to hell
antri di loket surga bagi para copet…
..
hanya dalam seketika kecurigaan menyergap manusia
alih alih dunia tidak lagi nyaman
sementara kemarahan menyeruak
meminta puluhan.. ratusan.. ribuan korban
sekali lagi hanya dan oleh karena
kekuasaan ketamakan kedunguan mahluk bertajuk manusia
sampai lalu entah kapan
manusia.. yap, lagi lagi manusia
semua dan bukan sebagian dari dunia
selamat datang
..
“KOPI, gulanya sedikit aja..”
“sudah baca koran hari ini?”
“emangnya ada berita apa?”
gila, seorang George Bush bisa menentukan Jam Kematian sebuah Bangsa. bocah ingusan dikeroyok sampai tewas gara gara ngamen di perempatan. seorang ibu bakul gorengan menang togel ditangkap polisi. anak ketua DPRD tersangka pengedar narkoba bebas dengan jaminan orang tuanya. preman beking pejabat tewas ditembak tentara.
“masih sering balik, Dan..”
“ke mana? Semarang?”
“ya.. ke rumah pacarmu?”
mendadak tak ku dengar jawaban. Dani cuek dengan kerjaannya cuci gelas sisa kopi semalam. hanya lelaki brengsek yang betah berlama lama dengan impian lacurnya. tapi tidak dengan Dani, harta pribadi satu satunya yang paling berharga ya, rumah mungil di bilangan Beji. motor hasil kerjanya pun dibiarkannya teronggok lunglai tak terawat. aku iri punya kawan seperti dia. dari semula ku kenal sosoknya yang nyantai, hidup single, pikiran yang lepas.. sempat menggodaku untuk ikuti jejaknya jadi penulis lepas.
“Ji, ikut aku ke Sokajati ya..”
“ngapain ke sana?”
“aku butuh bicara sama Greg.. ”
ku perhatikan ada yang aneh dari nada bicaranya yang tinggi saat menyebut nama Greg. siapa dia.. entahlah, aku ngga pernah dengar sebelumnya. dan motor pun melaju kencang menghantarkan aku dan Dani ke tempat yang bising dengan suara kendaraan dan kereta api yang lewat. lagi lagi ku lewati rel kereta api yang sama. bedanya ini siang hari. Greg orangnya cukup simpatik dengan ku.
bisa jadi gara gara baru kenal.. aku hanya membuka buka beberapa majalah yang tergeletak rapi di bawah meja tamu. sesekali ku curi curi kesempatan untuk sekedar nguping pembicaraan serius kawanku Dani di ruangan sebelah kamar tamu. aku mulai curiga. yap, curiga yang wajar ketika segalanya terlihat tertutup bahkan aku tak punya andil apapun untuk sekedar bertanya ADA APA..
..
kita bukan orang jahat, meski sebenarnya tak kurang alasan kita untuk disebut orang jahat.
kita semua dilahirkan menjadi manusia dengan keadaan telanjang, tetapi di dalam perjalanan, nasib suka membentuk kita seolah olah kita hanya terbuat dari lilin.
kemudian kita akan menyusuri jalan yang berbeda untuk satu tujuan yang sama; kematian.
ada orang yang disuruh melalui jalan yang diapit bunga bunga indah, sedangkan yang lain disuruh melalui jalan yang dipenuhi tumbuhan berduri.
golongan yang pertama memandang sekelilingnya dengan senang dan dalam harumnya kebahagiaan, mereka melemparkan senyum tak berdosa.
sementara golongan yang kedua menggeliat di bawah sengatan terik matahari dan mengernyitkan alis penuh kengerian, seperti binatang liar yang terpojok dan berusaha bertahan.
ada perbedaan yang besar sekali antara menghias tubuh dengan pakaian mahal serta wewangian dan yang menghiasnya dengan tato yang kelak tak dapat hilang.
itulah tragedi kehidupan yang harus selalu dilawan…
[si terhukum mati, pascualle duarte]
..
kawanku, Dani.
kutuliskan surat pendek ini padamu sebagai awal dari hubungan kita yang aneh ini. kukatakan hubungan awal, karena sejak semula di hari itu aku tidak lagi punya urusan dengan masa lalumu. hanya lelaki brengsek yang betah berlama lama dengan impian lacurnya. itulah dirimu sekarang. Jakarta atau kota manapun ku pikir tak akan menerimamu sebagai manusia normal, yap.. manusia biasa biasa saja yang hidupnya pun biasa biasa saja.
aku ngga tahu apa yang ada di benakmu hari itu..
yang pasti ceceran darah yang mengalir di tanganmu dan lenguhan nafas tersengal orang yang baru ku kenal dengan nama Greg sudah cukup menjelaskan padaku..
MAAF, aku pastinya tidak cukup pantas menyandang sebutan kawan.. karena aku lari dan menjauh. pastinya, kau masih menjadi bagian dari cerita hidupku, mungkin dari sisi yang berbeda, kawan..
“Hari ini aku dihakimi
Aku ingin tetap melangkah
Meski berat lagi sendirian
Dan resiko lebih berat akan segera kurasakan..”
dari kawanmu, Aji.
..
buat kawan kawanku yang harus meringkuk dalam penjara kehidupan.. JANGAN PERNAH KAU HADAPI HIDUP SENDIRIAN
| avantgarde
========================================
Pengirim : avantgarde
========================================