04.35 ?..
6 September 2003
Pagi ini udara begitu dingin menusuk tulang, pun di dalam
kereta ini. Mutiara Selatan berlahan mengurangi kecepatan.
Stasiun Madiun telah menyambut tenang. Para penumpang yang
akan turun bergegas beranjak dari tempat duduknya, menepi
ke dekat pintu, termasuk di antaranya aku. Alhamdulillah,
akhirnya sampai juga setelah perjalanan semalam dari
Bandung yang dipenuhi hawa dingin awal September.
Sambil menunggu antrian turun kupandangi serombongan
orang orang di luar dan kucari seseorang yang amat
kurindukan menungguku di sana. Ada secerkah senyum, beliau
telah datang dan seperti pula aku, mencari cari kehadiran
yang ditunggunya. Hingga akhirnya ketika aku telah berada
di hadapannya rasanya terharu dan ingin menangis, padahal
baru 3 minggu yang lalu aku pulang, tapi rasanya kerinduan
itu tidak pernah berujung?
?Ayah sudah datang jam 3 tadi, ? ucap beliau tenang. Ups
..rasanya aku ingin meminta maaf sepenuh hati karena tadi
malam sekitar pukul 1 aku memberikan informasi yang salah
pada ibu tentang keberadaanku. Saat sms aku tulis telah
kurang lebih 1 jam meninggalkan Yogya padahal 5 menit
kemudian aku baru tahu bahwa aku barulah sampai Yogya?Ya
Alloh, maafkan hamba Mu ini?saat aku telepon ibu, rupanya
sudah terlambat, ayah sudah berangkat menjemputku?.ya
Alloh lindungilah ayah??
Diiringi dinginnya pagi hari itu dan kemerlap bintang di
langit sana berlahan sepeda motor itu melaju tenang.
Hem?subhanalloh..indah sekali langit subuh hari ini.
Keadaan masihlah hening, suasana masihlah gelap, hanyalah
sesekali di jalan raya dijumpai beberapa pedagang yang
berangkat ke pasar, sepagi itu?Angin dingin pun turut
lembut menyapa. Madiun lebih terasa indah pagi ini
daripada ketika siangnya saat panas terik menyengat dan
penuh oleh keramaian sekitar Jln Pahlawan.
Perjalanan diiringi cerita ayah tentang tingkah laku adik
kecilku yang suka mengotak atik barang hingga suatu hari
tidak bisa mengembalikannya ke bentuk semula. Semua orang
rumah bingung apalagi barang itu sangatlah
penting?.hihihi?ada aja tingkah laku lucu adikku satu itu.
Cerita tentang kesibukan di rumah kakak sepupuku yang
hendak menikah esok harinya, dan cerita lainnya.
Senang rasanya saat pulang. Senyaman dan seenak apapun
hidup di Bandung, tetapi kota kelahiran tetaplah jadi
tempat yang paling menyenangkan. Saat berkumpul dengan
keluarga tetaplah jadi moment yang paling membahagiakan
walaupun dengan segala sesuatu yang sederhana. Rumah
sederhana, makan sederhana, lingkungan sederhana,
kehidupan sederhana?hem..indahnya hidup di desa?ups?.:)
Ayah tak pernah mengeluh jika harus menunggu selama
berjam jam. Aku jadi ingat sewaktu masih sekolah di Malang
dulu. Setiap ada agenda pulang kampung ayahlah yang setia
menungguku hingga larut malam, apalagi jika itu bersamaan
dengan libur massal..waaa…waktu perjalanan yang
seharusnya 6 jam pun bisa lebih lama dan bisa mencapai 9
jam? Aku masih ingat suatu tempat di Jombang yg masih
menyimpan kenangan bersama teman teman saat harus
berebutan naik bus..hingga pernah suatu hari kami
kemalaman dan bingung?apa yang harus dilakukan..hingga
akhirnya harus menelepon kesana kemari, kepada teman teman
yang bermukim di Jombang, hingga ..Alhamdulillah..ada adik
kelas yang baik hati mengantarkan sampai ke
terminal?.jazakumulloh..(bagi yang ingat dan merasa?:))
Betapa aku sadari arti kehadiran seorang ayah. Dalam
masa masa yang genting dan terasa menakutkan asal saat
menoleh ke samping dan kutemui ayah di sana, hati akan
terasa tenang. Ini bukanlah sebuah ketergantungan pada
sosok ayah, tetapi adalah wujud keterkaitan seorang anak
kepada sosok orang tuanya. Seorang ayah adalah sebuah
sosok ideal bagi anaknya, ia adalah gambaran kesempurnaan
di mata sang anak. Jika sosok ayah tidaklah seideal yang
dibayangkan dalam pikiran kesederhanaan sang anak, ia akan
mencari sosok di luar itu..lalu kepada siapa??
Sosok ayah bukanlah sebuah gambaran tentang ketakutan,
yang bila sang anak membuat kesalahan lalu akan ada
pukulan dan kemarahan. Bukan pula sosok keangkuhan yang
selalu merasa benar di dalam segalanya. Ia adalah sosok
kelembutan dan kebijaksanaan, adakah ayah sebijaksana
Lukman Hakim?? Ia adalah sosok kewibawaan, yang selalu
tenang dalam kondisi sesulit apapun, ia adalah sosok
jenderal yang harus menentukan langkah yang tepat dalam
pertarungan hidup?.
?Tit?tit???
Dan siang hari kemarin Hp ku berbunyi?.
?ini ayah?kalo kuliah hati hati..apalagi kalo pulang
malam..jangan sampai sendirian ya?selalu bareng
teman teman?..?
Kututup sms itu dengan senyum??..
Betapa aku merasa anak yg paling berbahagia dan tiada
sendirian menjalani hidup di dunia ini?.
( merindukan ayah )
Bdg, 17 Sept 2003
========================================
Pengirim : Dik Asih
========================================