rubah di gurun ghobi berlarian ke arahku
layaknya menemukan seonggok daging bangkai
dengan nafas tergesa mereka pun duduk di sampingku
memegang btir butir tasbih dan lalu mengalungkannya di leher masing masing
sejenak mereka terdiam hingga gelegar petir pun yang sedari tadi ingin berkumandang menangguhkan niatnya dan ikut berdiam…..betapa dahsyatnya…
lalu tetua dari rubah itu memalingkan wajahnya dan mendeklat ke arahku sraya berkata….

“lihat wahai “rief” yang bijak, aku telah menanam cinta itu di mana mana tapi tak ada satupun yang bisa kau lihat tumbuh liar dan nakal atau menjadi pemenang atas kejahatan gurun ini yang panas”
aku pun menjawab seraya tersenyum

” wahai “rief” yang bijak….sudah lama kunantikan hikayat ini untuk kau pertanyakan dan inilah jawabanku….cintamu itu hanya kumpulan hingga menjadi biasa, mereka kau pelihara hanya sebagai keindahan dan bukan sebagai keharuman maka tak ayal semua hanya berani menjadi apa yang kau inginkan…lurus dan bagus….justru ketidakteraturan itulah yang bisa membuat cintamu begitu agung dan begitu indah serta mengharumkan

cintamu terlalu pongah dengan jati dirinya hingga melupakan bahwa tanah yang dipijaknya adalah pasir yang menenggelamkan, coba kau lihat dan sentuh cintaku ini yang akan merona merah saat angin berhembus ke hadapannya, mengangguk halus ketika jariku menyentuhnya, dan bergetar keras ketika aku katakan kau cantik tanpa perhiasan alam….kemudian cintaku akan beranjak pergi dengan tersipu malu ketika kukatakan esok ada pinangan dari alam untuk menjemputnya ke singgasana peraduan indah.”

semua rubah ramai, gaduh,dan histeria….bagi mereka apa yang terucap adalah bualan yang baunya telah menyengat…..hingga pada akhirnya cintaku keluar dan mereka tercengang….”wahai laila cinta….silau aku memandangnya….goyah aku mencium wanginya..dan hancur aku menatap wajahnya…..cinta yang ini adalah laila bulan purnama empatbelas….cinta yang ini adalah kesejatian…..wahai “rief” yang bijak ajrilah kami bercocok tanam cinta hingga akhirnya semua batu, pasir, kerikil, dan hujan tunduk kepadanya…sebagaimana mereka tunduk kepada cintamu..”

aku tersenyum dan kemudian berbaring di tempat dimana cinta lailaku berdiri dan hingga akhirnya ku tutup mataku untuk selamanya……cintaku menutupiku dengan tangis dan tawanya…..
para rubah pun serabutan berlarian mencari batu untuk menguburku….

“biarlah kami susun sebuah totem untukmu ya “rief” sebagai pengingat bahwa kami kii sadar bahwa cinta adalah kesejatian rasa.

========================================
Pengirim : penulisgila
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *