Keriput telah mulai menjalar ke wajah
Tangannya tidak sekeras dahulu
Semangatnya mulai mengendur
Badan tua tanda istirahat
Padahal serasa kemarin
Aku melihatnya ceria
Bahagia menggendong diriku
menuruti permintaanku
Padahal serasa kemarin
Mainanku bertambah lagi
Memenuhi koleksiku
Sekarang hilang entah ke mana
Siang malam ia telah mengarungi
Lautan lepas tanpa batas
Horison cakrawala awan
terbang tinggi melayang
Sayapnya mulai tertutup
Bulunya jatuh rontok
Keringatnya sudah tidak menetes lagi
Tak pernah ku melihatnya marah
Sesekali saja marah
akan membuat hatinya sedih
Karena tidak berguna
Menjadi pendidik yang sempurna
Semuanya itu selalu tenggelam
dalam tawanya yang biasa
Dia membangun diriku
Dari gubuk tua yang kecil
Sampai rumah yang kuanggap istana
Dari pantai kecil
Menuju puncak Gunung Muria
Kadang dia menyendiri
Melepaskan rasa lelah hati
Memancing sepanjang hari
Merenungi kehidupan
Pernah ia berkata
Nasehat yang tak pernah kulupa
“Kehidupan bagai laut lepas
Tanpa batas banyak gelombang
Kita bagai pemancing
Yang mencari kehidupan dengan ikan
Mungin aku hanya bisa mewarisimu
Sebuah kail tua
Mungkin berharga dalam pencaharianmu
tetapi ingatlah satu hal
Ikan bukanlah segalanya
Menanti ikan itu nikmatnya”
Mendengar hal itu
aku hanya bisa menggelengkan kepala
Mungin waktu itu usiaku masih muda
Tidak tahu artinya
hanya kelakar saja
seperti biasanya
Tambahnya
“Cintailah pekerjaanmu
Seperti kamu mencintai orang yang kamu kasihi
Di situlah jalan meraih sukses
Dengan bangga
Kau terus bercerita
Pengalaman hidup
Bertahan mencari uang
Untuk anak istri di rumah
Kini matahari mulai tenggelam
Para nelayan mulai pulang
Mulai beristirahat tenang
Dia tersenyum senang
Sambil mengecup dan mengusap rambut seorang bayi
Penerus generasi selanjutnya
Mempertahankan filsafatnya
Bayi itu tertidur pulas
Nyenyak terlelap
Aman terjaga
Dalam gendongan
Kakeknya tersayang
========================================
Pengirim : Anunk Ray
========================================