Seorang pria tua yang bijak memutuskan untuk pensiun dan membeli rumah mungil dekat sebuah SMP (Sekolah Menengah Pertama). Selama beberapa minggu ia menikmati masa masa pensiunnya dengan tenang dan damai. Kebetulan saat itu sedang masa liburan sekolah.
Tak berapa lama kemudian, masa sekolah tiba. Dan, sekolah itu pun penuh dengan anak anak. Suasana tenang dan nyaman menjadi sedikit berubah. Namun yang paling menjengkelkan pak Tua adalah, setiap hari ada tiga anak laki laki lewat di depan rumah yang suka memukuli tong sampah yang ada di pinggir jalan.
Mereka membikin keributan sepanjang hari dan berulah seolah olah menjadi pemain
perkusi hebat. Begitu terus dari hari ke hari. Sampai akhirnya pak Tua merasa harus melakukan sesuatu pada mereka.
Keesokan harinya, pak Tua keluar rumah sambil tersenyum lebar menghampiri tiga anak laki laki yang sedang asyik memukuli tong sampah. Ia menghentikan permainan mereka, kata, “Hai, anak anak Kalian pasti suka bersenang senang.
Saya suka sekali dengan cara kalian bersenang senang seperti ini. Sewaktu saya masih kecil, saya juga suka bermain main seperti kalian. Nah, apakah kalian mau saya beri uang?”
“Mau.. mau..” sahut ketiga anak itu serempak.
“Okay, begini,” pak Tua itu tersenyum. Lalu ia mengeluarkan tiga lembar uang ribuan dari sakunya. Katanya, “Masing masing dari kalian saya beri uang seribu. Tapi kalian harus berjanji mau bermain main di sini dan memukuli tong sampah
ini setiap hari.”
Anak anak itu senangnya luar biasa. Sejak itu setiap hari mereka “bekerja” memukuli tong sampah itu dengan penuh semangat.
Beberapa hari kemudian, pak Tua itu menghampiri dan menyambut “pekerjaan” mereka dengan penuh senyum. Namun kali ini senyumnya tampak agak sedih.
Katanya, “Nak, kalian tahu khan situasi krisis akhir akhir ini membuat uang pensiun saya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.” Ia menarik nafas dalam dalam. Anak anak itu menunggu apa yang diucapkannya. Lanjut pak Tua.
“Mulai hari ini saya hanya bisa membayar kalian lima ratus saja untuk tugas kalian memukuli tong sampah ini.”
Anak anak itu tampak kecewa dengan keputusan pak Tua, namun mereka masih bisa menerimanya. Lalu mereka melanjutkan tugas mereka membuat keributan sepanjang hari.
Beberapa hari kemudian, pak Tua itu dengan wajah memelas mendekati anak anak
yang sedang memukuli tong sampah.
Katanya, “Maaf, bulan ini saya belum menerima
kiriman uang pensiun. Saya hanya bisa memberi kalian bertiga seribu Rupiah saja.”
“Apa..? Seribu untuk bertiga?,” protes pemimpin pemain tong sampah itu. ” Apa pak Tua kira kami ini mau menghabiskan waktu kami di sini hanya untuk uang segitu? Ah, yang benar saja Pak Tua ini tidak masuk akal. Mulai hari ini kami
tidak mau lagi melakukan tugas ini lagi. Kami keluar.”
Ketiga anak lelaki itu pergi meninggalkan pak Tua itu dengan bersungut sungut. Dan, sejak hari itu pak Tua menikmati ketenangan hingga akhir hayatnya.
Editor: Smiley… Jangan campur aduk kegembiraan hati dengan “uang gaji”. Kita
bisa kehilangan keceriaan karena menganggapnya sebagai suatu pekerjaan yang diupah. Maka ketika “upah” berkurang, kesenangan pun jadi berkurang.
(rekan kantor.com)
========================================
Pengirim : Conan
========================================