Saat kuingat masa laluku bersama ibunda tercinta, di sudut sebuah desa yang sunyi. Dengan perjuangannya yang tiada batas, saya bersama 4 orang kakak dan satu orang adik di tempa dengan serba kekurangan karena sejak meninggalnya ayahanda.
Kami yang masih kecil kecil harus turut berjuang membanting tulang mencari nafkah, demi kebutuhan hidup kakak saya harus rela membuang jauh jauh rasa malu dan sungkan, karena harus ikut kekebun dan ke sawah orang demi beberapa mangkuk beras, beda dengan teman teman nya yang lain, yang bersolek dan berdandan.
Saya sendiri waktu itu yang masih sekolah di kelas 4 SD menyadari akan ketidak berdayaan keluarga kami, sehingga dalam pergaulan dengan teman teman saya sangat sangat tidak percaya diri, sehinga lebih sering menyendiri dan kurang bergaul, saya menyadarinya setelah saya merantau dimans saya sangat sulit untuk mencari teman karena kurang berani dan kurang pandai berbicara dan berolah kata.
Ibunda yang tercinta dengan membanting tulang berusaha juga agar kami dapat sekolah walaupun hanya tamat setingkat SMA pada waktu itu. Tak pernah keluar air mata dari pipi Ibunda kalau hanya karena kekurang cukupan kebutuhan kami di rumah, Ibunda akan tetap berusaha meminjam bers walaupun semangkuk ke tetangga demi untuk mengisi perut kami, tanpa pernah memikirkan perut dan kesehatannya.
BERSAMBUNG………
========================================
Pengirim : andi mario
========================================