Dulu jual handphone, sekarang jual diri
Wawancara langsung dengan nara sumber
Sebulan yang lalu, Intan (nama samaran: 22 tahun), yang berasal dari PRG, sebuah kota di Jawa Timur, masih bekerja di sebuah counter handphone di kawasan Roxy Mas, Jakarta. Karena sesuatu hal yang Intan sendiri tidak mau menceritakan, dia harus rela kehilangan satu satunya sumber penghidupannya.
Tuntutan biaya hidup yang semakin tinggi sementara kondisi lapangan pekerjaan di Jakarta pada khususnya semakin hari semakin susah, membuat Intan (mungkin) tidak punya pilihan lain, selain “menggadaikan” satu satunya perhiasan yang dia miliki, kehormatan dan harga diri. Semenjak itulah, Intan yang dulu bertindak sebagai penjual handphone sekarang telah berubah haluan menjadi penjual “kehangatan”.
Beroperasi seorang diri, tanpa perantara seorang calo ataupun mucikari, membuat Intan sangat “fleksibel” dalam bertransaksi. Tidak seperti kebanyakan wanita “budak seks” pada umumnya, tarif yang dia patok sebesar Rp. 400.000 untuk layanan short time masih bisa ditawar lagi. Namun dia tidak menyebutkan berapa rupiah terendah yang pernah ditawarkan kepadanya.
Juga urusan tempat untuk melepas birahi, Intan termasuk sosok yang tidak rewel dan tidak terlalu banyak menuntut. Mulai dari kamar kost “si pemesan” hingga hotel berbintang dilakoninya. Tak jarang juga dia menawarkan kamar kost nya di kawasan Pasar Baru sebagai ajang “memacu detak jantung”.
Ketika ditanya apakah tempat kost nya merupakan lokalisasi, Intan membantah dan mengatakan bahwa itu adalah tempat kost biasa, sama seperti tempat kost yang lain. Namun memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa penghuni kost yang berprofesi sama dengannya. “Tapi itu tidak berarti semuanya bisa dipakai”, kilahnya.
Sekali lagi, urusan perut dijadikan alasan seseorang untuk terjun ke “bisnis esek esek”. Klise memang, tapi memang kenyataanya itulah alasan yang paling dominan dan paling masuk akal.
Namun tentu saja, alasan itu tidak bisa menjadi faktor pembenar untuk meng “amiin” i dan merestui tindakan tersebut. Dan kita sebenarnya tidak bisa tutup mata akan fenomena yang terjadi saat ini.
Suka atau tidak suka, hal itu telah dan sedang terjadi di sekitar kita … sekarang bagaimana kita mensikapinya.
_DaruDoanK_
========================================
Pengirim : _DaruDoanK_
========================================
Ekonomi, ekonomi, selalu saja hal itu menjadi alasan, padahal untuk makan dan kebutuhan standar lainnya kalau pandai menghemat tidak perlu sampai jual diri, dalam artian kalau emang ia tidak punya keahlian lain selain itu. Dan bisa jadi ia sudah menjadikan ini sebagai hobi, sambil menyelam minum air. Kalau ia lakukan dengan pacarnya dan pacarnya ngak bisa memenuhi urusan materi maka sangat rugi sekali baginya, bukankah demikian? heheheh 🙂