Susah payah Hercules yang kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh adalah
penangkapan kuda kuda betina Raja Diomedes (yaitu kuda kuda buas mengerikan
yang dapat menyemburkan kilat kilat api dari lubang hidung mereka dan memakan
daging manusia), penangkapan banteng Creta (yag menghancurkan semua padang
rumput dan membantai domba gembalaan di pulau itu), serta penangkapan
banteng banteng merah milik raksasa Geryon (binatang raksasa dengan dua kaki,
tiga badan, tiga kepala, dan enam lengan). Hercules berhasil menangkap semua
binatang itu dan membawanya kepada Eurystheus.
Kepada Hercules raja itu berkata, “Kau tahu, kemenakanku, bahwa jauh di barat
sana ada pulau. Di sana para Hesperides menjaga apel emas yag dikeramatkan bagi
Yupiter. Kendati demikian, aku menginginkan sebagian dari sebuah apel emas itu.”
Setelah melakukan perjalanan yang amat jauh Hercules sampai di pulau para
Hesperides itu, dan berhasil mencuri sebagian dari apel emas itu serta
menyerahkannya kepada pamannya.
Eurystheus akhirnya memberikan tugas yang terakhir, yaitu penangkapan Cerberus,
seekor anjing yang dapat menggonggong dengan tiga kepala, yang menjaga gapura
Kerajaan Maut.
Tak dirasa pantaslah oleh Hercules mencuri Cerberus dari tuannya Pluto, saudara
Yupiter. Oleh karena itu ia menghadap Pluto dan dengan rendah hati minta izin
untuk mengambil anjing itu. Pluto yang tahu bagaimana sang Pahlawan mesti
diampuni, menjawab, “Baiklah, pergi sana; tapi waspadalah: kau harus
menghadapinya sendiri, tanpa senjata.”
“Terima kasih, sang Raja,” jawab Hercules; dan dengan tangan kosong menghadapi
Cerberus yang mempertahankan diri dengan sia sia. Ketika Hercules berhasil
menyekap bagian pangkal ketiga lehernya dengan lengannya, Cerberus akhirnya
menyerah. Ia mengikuti Hercules dengan patuh, pergi menghadap Eurystheus.
Ketika melihat anjing yang datang dari Kerajaan Maut itu, Raja Eurystheus
berteriak ketakutan, “Bawa pergi binatang itu Pergilah, Hercules, dan jangan
pernah kembali lagi… ”
Setelah menyelasaikan kedua belas susah payahnya, Hercules mendapat pengampuan
dari para dewa, lalu meninggalkan Tiryn dan mulai mengembara di dunia. Ia
melakukan beratus ratus petualangan, dengan mengalahkan binatang binatang
raksasa, binatang binatang buas, menghukum orang orang jahat, dan membantu
orang orang lemah. Akhirnya ia sampai di Istana Aetolia, dan jatuh cinta
setengah mati kepada putri raja, seorang gadis cantik, bernama Deianira. Tetapi
sang putri telah ditunangkan oleh Anchelous, seorang tukang sihir raksasa yang
mampu beralih rupa menjadi seekor ular, banteng, maupun manusia berkepala
kambing.
“Aku tak takut, baik terhadap ular, kambing, atau banteng,” kata Hercules. Ia
kemudian menjumpai Anchelous dan mengatakan kepadanya bahwa ia hendak
memperistri Deianira. Dengan tiba tiba Anchelous berubah menjadi banteng, dan
menyerangnya. Dengan satu sabetan tangannya Hercules merenggut dan mematahkan
salah satu tanduknya. Dengan segera Anchelous berubah menjadi manusia lagi, dan
dengan merendahkan diri berkata, “Cukup, kau telah mengalahkan aku. Ambillah
gadis itu ”
Dengan demikian Hercules memperistri Deianira, dan bersamanya mulai mengembara,
mengikuti nasibnya. Sungguh indah kehidupan sepasang suami istri itu. Mereka
mengembara ke seluruh daerah, menghadapi setiap jenis petualangan. Indah
memang, tetapi oleh nasib telah ditentukan tidak berlangsung lama.
Pada suatu hari, karena harus mengarungi Sungai Euenas yang besar dan meluap
airnya, Hercules minta bantuan kepada Nessus, seekor Centaurus, makhluk
setengah kuda, setengah manusia.
Nessus menjawab, “Dengan senang hati, Hercules, aku akan membawa istrimu ke
seberang Nessus menaikkan Deianira ke punggungnya, lalu segera melarikannya.
Mendengar teriakan istrinya, Hercules langsung membidikan anak panah
beracunnya…tepat mengenai tubuh Nessus.
Dalam keadaan sekarat, binatang setengah kudah setengah mausia itu berkata,
“Deianira, aku merasa bahwa kematian telah mendekatiku. Aku sebenarnya tidak
ingin menistaimu, tetapi hanya mau menunjukkan cintaku padamu. Untuk
mendapatkan pengampunanmu aku ingi memberitahukan bahwa dengan darahku kau
dapat membuat ramuan ajaib. Bila pada suatu hari nanti Hercules tidak lagi
mencintaimu, suruhlah ia mengenakan jubah yang kaucelupkan dalam ramuan itu…
ia akan mencintaimu lebih daripada sebelumnya ” Setelah berkata demikian,
Nessus mati.
Lewat beberapa tahun; dan pada suatu hari, karena takut Hercules tidak
mencintainya lagi, Deianira mencelupkan sepotong jubah dalam ramuah darah
Centaurus itu, dan mengenakannya pada suaminya. Segera terjadilah sesuatu yang
mengerikan. Nessus telah berdusta: ia tahu bahwa panah yang telah menembusnya
adalah panah beracun, dan ia ingin membalas dendam. Kini racun tiu mulai
membakar tubuh sang pahlawan seperti nyala api Dengan mengaduh kesakitan
Hercules berusaha melepaskan jubah itu, tetapi sia sia. Jubah itu seakan akan
telah meresap memasuki kulitnya dan menyiksanya. Karena tak mampu menahan
siksaan itu, Hercules mengangkat timbunan kayu api… dan membakar diriya.
Demikianlah akhir hidup Hercules… oh, tidak… bukan akhir… sebab Yupiter,
sebagai imbalan atas jerih payahnya, telah mengangkat Hercules ke puncak Gunung
Olympus… dan menjadikanya makhluk yang tak dapat mati… seperti dewa

========================================
Pengirim : desain
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *