Untuk mencintai bukannlah hal yang sulit, karena mencintai adalah manusiawi. Namun jarang dari kita yang berani menyatakan TIDAK kepada pihak yang secara naluri sengat kita cintai, padahal kita tahu bahwa mencintainya berarti mendzalimi diri sendiri dan orang lain, mencintainya berarti melanggar aturan Sang Pencipta . Hati dan pikiran mendesak lidah untuk mengatakan TIDAK tapi yang terucap aadalah YA.

Sebaliknya untuk menyatakan YA banyak dari kita yang sangat murah hati, bahkan diucapkan berulang kali seolah olah orang yang kita cintai itu belum kita yakinkan. Apalagi kata YA itu demi mencapai apa yang kita inginkan, maka apapun permintaannya akan dilaksanakan. Andaipun kata YA harus diucapkan berulangkali, bahkan dengan seribu janji, maka tak ada aral melintang, tak ada alasan untuk merubahnya menjadi TIDAK.

Mengatakan TIDAK memang penuh resiko, menuntut tanggung jawab dan keberanian. Namun demikian, dalam Jagat Cinta (buset dah ah ), menyatakan YA dan TIDAK sangat dipengaruhi oleh manusia itu sendiri. Untuk manusia normal, budaya YA dan TIDAK semestinya menjadi prinsip hidup, tentu saja dalam konteks YA untuk menegakkan hak dan TIDAK untuk kebatilan. Dan semestinya sebagai manusia normal dengan anugerah akal dan nurani, kita memiliki potensi untuk menolak atau menerima, untuk membedakan mana hak dan batil atau untuk memisahkan benar dan salah. Bila kemudian terbalik, berarti kita sudah keluar dari fitrah dan menjadi mahluk abnormal alias sakit

========================================
Pengirim : Hotmian Haro
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *