ayah…
Dulu kau laki laki perkasa,
Yang slalu menggendongku,
Di saat aku menangis menunjukkan kekesalanku.

Dengan sabar kau menimang dan menghiburku.
Hingga aku kembali tertawa riang,
Berlari,meninggalkanmu seorang diri.
Tanpa kutahu apa yg kau rasakan.

Ayah…
Masih kental dalam ingatanku,
Kala kau pergi bekerja…
Pagi…siang…ataupun malam,
Mencari nafkah tuk menghidupi kami anak2mu.

Dengan peluh yang membasahi seragammu.
kau bekerja tak kenal lelah,
Sebagai PNS rendahan di sebuah BUMN.
Bahkan kadang kau lembur,mencari tambahan…
Walau harus kau tinggalkan anakmu
dalam asuhan ibunda.

Dan kini ….
anakmu telah dewasa…
Ayahpun tlah dipensiunkan.
Tubuhmu yang dulu gagah,
Kini ringkih dimakan usia.

Tapi,pantaskah bila aku masih menagih
dan menuduhmu tak menyayangiku?
Sedang aku kau kuliahkan dgn susahpayah,
hinnga kini aku bisa berpenghasilan.

Tapi apa pula yang sudah kuberikan pada ayah??
Jangankan membalas jasamu,
Aku malah seringkali melukai perasaanmu.
Bahkan seringkali keangkuhan kupamerkan utkmu.
Hingga aku tak mampu menghormatimu.

Dalam renunganku yang panjang,
Aku hanya bisa menangisi kealpaanku.
Maafkan aku,ayah….
maafkan anakmu yang tak tau diri ini….

Ayah…
Izinkan aku tuk menggenggam tanganmu
yang tlah renta ini…
Biarkan kucium jemarimu,
Yang dgn ikhlas merwatku sedari kecil.

Ayah…
Jangan kau tundukkan kepala lagi…
Biarkan kucoba mengurangi bebanmu.
Kini saatnya bagi ayah tuk istirahat,
Menikmati mas tua ayah dgn penuh kebahagiaan.

Cukup sudah pengorbanan ayah.
Biarkan aku menggantikanmu.
Aku takkan lagi menuntutmu,
Hanya doa restumu yang slalu kurindukan.

Ya Allah…..
Berikanlah limpahan rahmat Mu,
Untuk ayahbundaku,yang telah mendewasakanku.
Amiiiin….

(salam hormat untuk ayah di kota bahari)
Slipi,29 juni2004

========================================
Pengirim : enniliz
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *