Dari tepian Tanjungpendam, Tanjungpandan, bandar Jakarta
lalu bumi Tiongkok dan berbagai kota dunia
kini kau susuri tepian Seine, Montmartre, Notre Dame,
Place de la Concorde dan Montparnasse.
Terkadang sebatang kara mencari langit mencari bumi
dan mencari laut tanah kelahiran jauh tinggal kenangan.
Panorama pengamen, pengemis dan penganggur
serta pelancong yang kaya raya dari St Tropez,
Monte Carlo, Isle de Capri, Denver dan Las Vegas
diantara seniman berbagai bangsa yang bergetar dijantung Paris
tak luput dari kisahmu.
Jarak dan waktu jauh berpisah
tapi kau masih berkenang akan Cikini si Gondangdia
H.B Jassin dan Chairil Anwar
akan Tanjungpendam, pulau Mokala, Air Saga
dan Sungai Lalang serta sanak taulan tersisa ditanah Belitung.
Perjalananmu jauh kawan
tak mungkin berpaling lagi selain maju.
Apapun yang tersia harus diselesaikan.
Tanah air yang ditinggalkan tak lagi yang dulu.
Kembali? Kembaki ke? Apa yang bakal dikembalikan?
Segala yang ada tak pernah lama apalagi abadi.
Berguguran bagaikan daun daun kering musim berganti.
Jika senja dan musim dingin Paris terlalu menyiksa
datanglah anak rantau
Tanjungpendam dan pulau Mokala selalu menanti
datang malam mari berkisah tentang tanah Belitung, Air Saga dan Sungai Lalang tempo doeloe.
Semusim dan semusim burung berpulangan
sementara musim bunga dibatas Swiss, Jerman dan Perancis
membawa rindu yang berdebu.
Pramoedya Ananta Toer kembali menulis
dan kuharap kau kembali bersuara
menulis atau bicara tentang rakyat kecil negeri ini
yang begitu lama membisu tak bilang apa.
Kini fajar baru menguak cakrawala
dan mari rubah nasib perjalanan kita.
Masa depan ditangan kita
bukanlah tersembunyi ditangan tangan kotor
dipojok tak bernama.
Melbourne 2004.
Salam buat Sobron Aidit yang giat menulis kembali.
========================================
Pengirim : El Camino
========================================