Enam tahun sudah, aku tidak bisa menikmati suara ayam jantan berkokok atau
kicau burung bernyanyi di pagi hari, karena aku mengalami tuna rungu.
Kejadiannya berawal di suatu siang, saat aku sedang memperbaiki pesawat TV 24
inchi milik seseorang . Mungkin karena lelah, aku tidak menyadari bahwa pesawat
TV yang sedang kuperbaiki dalam keadaan ON dan stop kontaknya masih terhubung
dengan aliran listrik di rumah itu. Di saat memeriksa salah satu komponen TV
tersebut, tangan kananku tiba tiba terkena sengatan aliran listrik hingga
membuatku tidak sadarkan diri. Selanjutnya aku dirawat di sebuah rumah sakit di
kota Bandung.
Berdasarkan pemeriksaan di rumah sakit ini, sengatan listrik itu
menyebabkan syaraf otak dan pendengaranku mengalami kerusakan. Setelah lima
bulan mendapatkan perawatan intensif, aku diperkenankan meninggalkan rumah
sakit. Sebelumnya jangankan berjalan, bangkit dari tempat tidurpun aku tak
mampu, karena semua yang kulihat seakan akan melayang.
Telingaku tidak bisa
lagi menangkap suara dari sobatan, baik secara medis maupun alternatif untuk
mengembalikan pendengaranku, sehingga tabungan tak seberapa yang kumiliki
beserta perhiasan istriku habis aku gunakan. Hanya rumahku yang sederhana saja
yang hingga kini masih tersisa. Hingga suatu hari, kegundahanku mencapai
puncaknya. Pasalnya kedua anakku, si kecil berusia satu tahun dan kakaknya
berusia enam tahun merengek kelaparan.
Isteriku dari pagi pergi mencari
pinjaman belum pulang juga. Akhirnya yang bisa kulakukan hanyalah menghibur
mereka. Batinku menangis, tak tega menyaksikan kedua anakku harus menanggung
ketidakberdayaan orang tuanya. Siang hari isteriku pulang dengan menjinjing
kantong plastik berisi beras dan dua ikat kangkung. Kedua anakku tertidur di
atas tikar, kelelahan karena menangis. Isteriku segera ke dapur, ia sudah tahu
apa yang sedang dialami kedua buah hati kami.
Dalam hati aku bersyukur,
alangkah beruntungnya aku memiliki isteri yang begitu tabah dan sabar
menghadapi cobaan ini. Setelah isteriku selesai memasak, kubangunkan
keduaeperti cerpen, artikel umum sampai humor kerap mengisi halaman berbagai
media cetak.
Yang menggembirakanku, dari honor tulisanku itu, isteriku bisa
membuka warung kecil kecilan. Ternyata cacat bukanlah penghalang untuk berkarya
bila kita mau berusaha.
Oleh: Bambang S Tito Karawang
========================================
Pengirim : Loly
========================================