camar kekasihku,
kupandangi bangunan tua itu,
masih saja teronggok kaku di seberang jalan sana
menjadi saksi bisu ketika kita sesaat hidup bersama
merajut tali kasih menjadi satu untaian simponi lagu kehidupan fana
dalam genggaman sang waktu yang begitu cepat berlalu.

di bawah atap genting tua itulah
kau pernah berucap gagap terpatah patah
kau ceritakan tentang dukamu yang menyayat kalbu
kau ceritakan tentang perjalanan panjang hidupmu yang pilu
hingga kau dan aku bertemu dan berpadu dalam kehidupan baru.

walau terasa berat dan pahit untuk memulai
kau tetap menebarkan senyummu
makna yang dalam kau berikan tanpa harus berkata kata.

terasa begitu cepat waktu itu berlalu
tak kuasa aku membendung perjalanan sang waktu yang terus memburu
tak kuasa rasa hati ini untuk berpisah denganmu
Tuhan, berikanlah kesempatan kami berdua bersama dalam satu kata
untuk terus merajut tali kasih ini berdua di akhir hidup kami.

kau peluk erat tubuhku dalam dekapanmu
kau genggam erat jari jemariku yang terasa kaku
kau dekap erat tubuhku yang mulai bergetar
Tuhan, jangan pisahkan kami berdua ini dari kenyataan.

airmatamu meleleh mengalir di kedua pipimu yang memerah
airmatamu terasa hangat jatuh ke atas dadaku yang mulai sesak
memacu degup jantungku yang kian memburu.

kau dongakkan raut wajahmu tajam ke atas sana
seakan kau pinta kemurahan pada sang khaliq
agar sang waktu dapat berhenti melaju.

kwtika fajar mulai menyinari bumi menyibak sang hari
akhirnya kita berdua harus menyerah pada sang adi kodrati
karena sang waktu terus berlalu untuk memisahkan kau dan aku.

seberkas sinar surya menembus tirai yang menjurai panjang
kau lepas genggamanmu dengan penuh kelembutan
kau lepas dekapanmu yang erat kuat
kau tatap wajahku dengan seberkas sinar matamu yang kuyu
seakan masih ada berjuta cerita pilu yang ingin kau katakan.

hanya satu kalimat yang sempat terucap
dari bibirmu yang merah
ketika kau akan melangkah berbalik arah
untuk menjelajahi kehidupan fana ini seorang diri
bersama derai airmata kepedihan kehidupan ini
kau berkata : “pa, kau jangan meninggal dulu ya ”

========================================
Pengirim : sutiyono
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *