Pembangunan yang berjalan cukup pesat bukan Cuma mengagetkan orang medan saja, bahkan seorang sodara dari ibukota cukup terheran2 juga saat aku mengajaknya keliling2 menikmati udara malam tanah deli ini. Mulai dari jajanan malam kesawan square, juga banyaknya areal2 strategis yang dijadiin gedung2 megah. Kayak sun plaza yang hampir2 mirip dengan mal taman aggrek, kesan yang tak terlupa saat aku tersasar di gedung itu.�belom lagi kawasan medan fair n taman ria yang di rombak mo dijadiin plaza, dan entah pembangunan apalagi. Dan apalagi saat ini maraknya lampu2 hias yang menjadi pemandangan indah saat malam. Lampu2 indah sebuah fenomena nyata saat walikota Abdillah menjabat, ditambah dengan makin seringnya pemadaman listrik tiba2 oleh pihak PLN makin mbuat geram masyarakat. Banyak opini yang mengatakan kalo lampu2 itulah penyebabnya. Yang memakan arus banyak.
�tapi pak lampu2 itukan buat boros aja, buat apa sih? Kalo pembangunan mal2 n plaza2, okelah kita bilang itu menampung tenaga kerja, tapi limbahnya dibuang kemana? Sungai deli? Sementara masi banyak juga masyarakat kita yang kegiatan hidupnya di sungai itu..� kataku dengan intonasi tinggi saat seminar makalah pada kuliah ESDAL � ekonomi sumber daya alam dan lingkungan, pada dosen tamu, yang menjabat ketua BAPPEDA medan.
�..medan metropolitan, gimana pun itu smua untuk menarik investor2 asing, pembangunan itu penting Berapa banyak sudah pengangguran yang tertampung??�� aku tak mao mendengar uraian panjang n bertele2 dari lelaki itu, jadi itu hanya tameng?? Sementara masi banyak orang miskin disini?
Kulajukan kenderaanku perlahan. Macet. Biasalah. Bukan medan namanya kalo gak macet. Seorang anak kecil berjoget n suara paraunya setengah berteriak menyanyikan sebuah lagu lama ciptaan koesplus. � penyesalanku semakin dalam dan pedih tlah kuserahkan smua milik dan hidupku, aku tak mao menderita begini mudah2an ini hanya mimpi�hanya mimpi�� jantungku terasa terhenti mendengar bait terakhir dari bibir mungilnya. Dia pun berlari terburu2 menuju gerombolan temen2nya di perepatan tiang lampu2 hias, dibawah teriknya mentari saat aku memberinya 2 lembar uang ribuan.
Aku pun ingat saat kuliah yang berakhir sejam yang lalu tentang maraknya pembangunan. Pembangunan yang tak bernilai sedikit pun untuk anak pengamen yang lain juga anak2 lainnya. Mereka hanya jadi penonton dan menjadi asing di kota sendiri. Kulajukan kenderaanku saat lampu hijau dan suara si anak kecil tadi masi menggema ditelingaku, ��mudah2an ini hanya mimpi�hanya mimpi��
========================================
Pengirim : tanty
========================================