Kereta berangkat dengan
sinar yang redup di mataku
Bunyi rel terlindas, perihnya sampai ke hati
Gerbong yang berlarian dari mulut stasiun
Tak bisa melampaui batas keinginanmu untuk pergi.
Tak usah menangis, ungkapmu
Tapi belati telah kau tikam ke dasar hati
dan tanganku yang berat untuk berpelukan
Engkau tampik dengan ucapan terima kasih
Tak ada cinta
dari perjalananmu kali ini
Cahaya matahari menyapa miring,
dalam bising pekik lokomotif,
Aku tak mampu menyahuti kata pamitmu
Selain memandangi jejak kaki dan ikal rambutmu,
Angin, menyisakan seutas kerinduan yang putus
ke dalam gigil yang sunyi.
Sepuluh gerbong yang melesat pergi,
akan menjauhkan kita.
Dengan begitu dosa dosa mungkin terkikis
walau tak habis
dan jalan simpang
mulai kau rintis.
meski lebarnya ranjang
tak pernah terukur oleh lompatan gemuruh nafas kita
========================================
Pengirim : Dino F. Umahuk
========================================