Rumah aziz tidak jauh dari gedung bioskop Mitra. Pada ruang depan gedung bioskop tersebut terdapat sebuah permainan bernama Ding Dong. Setiap berangkat dan pulang dari sekolah, Aziz bersama teman temannya pasti melewati gedung itu.
Banyak di antara teman temannya, setelah pulang dari sekolah pada sore hari, mampir ke gedung Bioskop untuk bermain ding dong. Tentu saja untuk bisa bermain harus membeli koin kepada salah seorang penjaga permainan ding dong tersebut.
Pada mulanya, Aziz tidak tertarik sedikitpun dengan permainan ding dong. Tetapi karena ajakan salah seorang sahabatnya bernama Navis, akhirnya ia terpengaruh juga.
?Engkau punya uang berapa Ziz, yuk main ding dong, pokoknya asyik deh,? kata Navis.
?Tidak mau, akh, nanti ayah dan ibu saya akan marah. Seperti biasanya uang ini saya gunakan untuk menabung,?
?Sudahlah, jangan pakai menabung, buat apa sih, uang tabunganmu itu, mau beli motor, ya??
?Akh, tidak, saya sudah lama kok menabung. Kalau sudah menabung dan melihat jumlah tabungan, rasanya ingin sekali menabung terus menerus, percayalah.?
Satu dua kali, Aziz tetap menolak ajakan Navis, tapi lambat laun akhirnya ia terpengaruh juga.
Setiap hari, Aziz tetap mendapat uang jajan sebesar Rp. 2000 dari ayahnya, di samping ia gunakan untuk ongkos naik bis, sisanya ia gunakan juga buat jajan dan menabung. Tetapi sejak bermain ding dong, Aziz jarang sekali menabung.
Adiknya, Santa lalu memberi tahu kepada ayahnya, karena Aziz tidak mau menabung lagi. Di samping itu Aziz juga sering pulang ke rumah sesudah maghrib. Tentu saja ayahnya bertanya tanya mengenai uang jajan yang diberikan oleh ayahnya dan tidak digunakan untuk menabung. Tetapi ada saja alasan yang dikemukakan Aziz di depan ayahnya. Pada mulanya ayahnya percaya juga dengan apa yang dikatakan oleh Aziz, tapi lambat laun curiga juga. Digunakan untuk apa uang tersebut?? kata ayahnya dalam hati.
?Santa Sini, ayah ingin bertanya kepadamu .? Santa lalu bangkit dari tempat duduknya, lalu menuju ke tempat ayahnya. ?Ada apa ayah? Ayah tidak percaya kalau Kak Aziz jarang sekali menabung??
?Percaya sih, percaya. Tapi lalu uangnya untuk apa? Untuk mentraktir teman temannya? Masa mentraktir terus menerus? Bukannya ayah tidak membolehkannya. Memberi itu bagus, dari pada meminta, tapi kan, tidak terus menerus berlagak seperti cukong. Setelah pulang dari sekolah, kemana? Kakakmu pergi.
?Saya tidak tahu ayah, kak Aziz kan, masuk siang sedangkan Santa masuk pagi.?
?Ayah akan memberi pekerjaan kepadamu untuk melihat kakakmu, setelah pulang dari sekolah. Tapi awas, jangan sampai kakakmu melihatmu. Mengerti. Lihat saja dari jauh, lalu sembunyi.?
Pada sore hari, Santa sudah bersiap siap menunggu kakaknya, tidak jauh dari gedung bioskop itu. Dari jauh, tampak Aziz bersama dua orang temannya berjalan bersama, lalu menuju ke gedung bioskop, setelah masuk keruangan gedung, Santa membuntuti dari belakang. Betapa terkejut ketika melihat kakaknya sedang asyik bermain ding dong. Uang yang ada di dalam tasnya lalu dikeluarkannya dan kemudian ditukarkan kepada penjaga ding dong, lalu diganti dengan koin, semacam uang logam. Koin itu lalu dimasukkan ke celah celah lubang ding dong oleh Aziz.
Setelah Santa melapor kepada ayahnya bahwa Aziz sering bermain ding dong di gedung bioskop Mitra. Ayahnya menjadi marah sekali. Pada malam harinya lalu Aziz di marahi oleh ayahnya.
?Sssa?saaya tidak bermain ding dong, ayah.?
?Awas, jangan berdusta, apa ayah tidak tahu, jika kaum bermain ding dong??
Aziz diam, menundukkan kepalanya, tetapi matanya menatap ke arah adiknya, Santa.
?Adikmu yang memberitahukan kepada ayah. Tapi awas jangan coba coba engkau mengancam atau memukul adikmu, ?Ngerti nggak kau, ding dong itu sama dengan judi kau kan sudah mendengar dari guru agamamu, perbuatan itu dilarang oleh Allah SWT. Sebagai hukumannya, mulai besok uang jajanmu akan ayah kurangi Rp. 500.
?Jja?jajjajjangan ayah, ampun ayah ? ujar Aziz mengiba meminta belas kasihan ayahnya.
Memang sejak jatah uang jajan dikurangi oleh ayahnya, Aziz tidak lagi bermain ding dong . ia lebih cepat pulang ke rumah dan terus menjalankan shalat maghrib. Akhirnya ayahnya memberi uang jajannya lagi sebesar 2000.
Navis atau Rofik kembali membujuk bujuknya, tapi Aziz tetap berkeras hati untuk tidak menuruti ajakan mereka. Biar dimusuhi oleh kedua orang sahabatnya, ia tidak takut. Kenapa harus takut pada Navis dan Daffin, yang harus ditakuti adalah Allah yang menciptanya, menghidupkan dan memberi rezeki kepada kedua orang tuanya.
(Ahmad Kalamullah Ahsa)
========================================
Pengirim : Ahmad Kalamullah Ahsa
========================================