Tidak semua stres jahat. Dalam hidup, manusia butuh stressor juga.
Kegagalan menyesuaikan diri dengan keadaan stres lah yang bisa membuat manusia
sakit. Manifestasi penyakit stres pada tubuh bisa beragam. Itulah yang disebut
penyakit terkait stres (stress related diseases).
Semua orang tidak luput dari stres, baik fisik maupun jiwa. Termasuk Inul.
Setelah goyang, Inul mungkin merasa dirinya dinista. Tekanan publik yang Inul
rasakan, sudah sebuah stressor tersendiri. Namun, Inul masih bisa tetap lepas
bergoyang di bawah perasaan tertekan jika berhasil beradaptasi dengan stressor
yang mungkin dirasakannya itu.
Gagal hidup berdampingan dengan stressor lama lama bisa saja membuat Inul. atau
siapa pun, jatuh sakit stres. Yaitu manakala orang sudah kepayahan menahan
stressor yang terus menerus itu. Pada saat gagal menyesuaikan diri di bawah
stressor itulah orang jadi sakit stres, dan goyang Inul boleh jadi tak utuh
lagi. Bisa jadi, siapa tahu lalu mendadak muncul eksim di kaki Inul.
Cakep cakep, kaki Inul jadi mulai budukan.
Eksim tergolong penyakit terkait stres juga. Semakin kesal dan dongkol entah
terhadap apa atau kepada siapa, semakin enak menggaruk rasa gata1 eksimnya.
Garukan bentuk simbolis katarsis jiwa. memuntahkan lubernya rasa sesak di dalam
jiwa.
Orang buta tiba tiba tercelik, orang lumpuh mendadak bisa bangkit berdiri,
sakit pinggang kumat kalau ditolak seks, bagian dari penyakit terkai tstres.
Penderitaan jiwa dihibahkan kepada badan. Badan yang sebetulnya sehat mendadak
seolah olah jadi sakit.
Respons terhadap Stres
Setiap orang memberi respons yang tidak sama terhadap stressor yang dialaminya.
Kita tahu stressor ada di mana mana dan bisa muncul kapan saja. Stressor muncul
sebagai peristiwa atau faktor apa saja yang mengintai kita setiap saat.
Stressor fisik yang orang alami menganggu keseimbangan fungsi tubuh. Ketika
suhu tubuh naik, tensi darah meninggi, dan fungsi organ lain bergiat lebih
kuat, faal menjadi tidak seimbang. Obat bekerja menyeimbangkannya kembali untuk
menjadi sembuh.
Di bawah tekanan dikejar waktu deadline, misalnya, irama kerja jadi bergegas.
Tensi meninggi, energi tubuh meningkat, kerja hati bertambah untuk mengeluarkan
energi cadangan, jantung perlu berdegup lebih cepat, dan otot otot lebih
kencang untuk menambah laju dalam bekerja. Secara faal sudah terjadi
ketidakseimbangan, namun kondisi itu memang sedang tubuh perlukan.
Stressor deadline yang menjadikan fungsi tubuh lebih bergiat itu sebetulnya
tergolong sehat. Asal berlangsung beberapa saat saja dan orang mampu hidup
berdampingan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.
Orang baru menjadi sakit fisik maupun jiwa jika stressor yang sama terus
mendera dan gagal hidup berdampingan dengan kondisi tidak seimbang itu. Dalam
kesulitan hidup sekarang ini, semakin banyak orang dengan status seperti itu.
Kelihatannya sehat, namun mungkin sebetulnya dalam kondisi tidak seimbang faal
maupun ketahanan jiwanya.
Orang dengan daya tahan fisik yang kuat (dibangun dari sistem kekebalan tubuh
yang dibina sejak bayi lewat imunisasi dan sering sakit alami), tidak rentan
terhadap serangan penyakit infeksi. Demikian pula orang yang dari kecil
digembleng jiwanya, lebih tahan banting dibandingkan dengan yang selalu
dimanjakan.
Dalam penggemblengan jiwa, suntikan imunisasinya berupa membiarkan anak
terbiasa terpapar stressor. Anak perlu terus belajar menghadapi situasi krisis,
frustrasi, tekanan, dan konflik juga sebagai bentuk stressor dalam perjalanan
hidup. Semakin sering mengalami situasi stressor, semakin kebal jiwanya kelak
terhadap goncangan.
Itu maka respons orang terhadap stres yang dialaminya tidaklah sama. Stres
hidup yang berat belum tentu menggocangkan jiwa seseorang jika benteng
ketahanan jiwanya yang dibangun sejak kecil tergolong kokoh. Namun, buat yang
jiwanya ringkih, sontekan stressor kecil saja pun sudah membuatnya lungkrah.
Bagi yang berjiwa ringkih, soal kecil jadi besar dan dirasakan sebagai ancaman
dalam hidup. Buat yang berjiwa tegar, soal besar jadi kecil, soal kecil
dianggap tiada. Menyederhanakan persoalan hidup salah satu cara sehat
menatalaksana stres.
Reaksi Tubuh
Respons tubuh terhadap stressor membuat sistem endokrin, perangkat kelenjar
yang memproduksi hormon, dibuat lebih siaga. Pusat kendali kelenjar endokrin
berada di hypothalamus otak yang menerima dan memonitor terus informasi dari
luar yang masuk lewat seluruh pancaindra. Dari setiap informasi yang masuk,
otak menyusun respons tubuh melalul sistem saraf dan hormon yang perlu
dilepaskannya.
Ketemu polisi pakai kumis di jalan, misalnya, bisa bikin mendadak hormon
adrenalin tubuh semburat masuk ke dalam darah. Adrenalin memacu jantung memompa
darah lebih cepat dan banyak, sehingga jantung tiba tiba berdebar dan tensi
meninggi. Hormon ini juga yang membuat mata kita terbelalak, tinju mengepal,
dan otot otot mengejang. Mengapa? Tubuh kita berespons secara salah, oleh
karena sudah terbangun citra publik kalau polisi kita suka mencari cari
kesalahan di jalan raya, sehingga bikin banyak orang stres begitu ketemu mereka.
Kalau diukur, hampir pasti kadar rata rata adrenalin orang orang sekarang,
hormon yang mempersiapkan tubuh menghadapi situasi stressor, cenderung meninggi
ketika tatanan sudah semakin kacau. Manakala etika jadi soal selera dan moral
lumpuh, banyak orang dalam kondisi tidak sehat tidak sakit, yang tinggal perlu
sontekan kecil saja untuk membuatnya jatuh stres. Stres juga bisa memicu
serangan jantung koroner pada orang yang sebetulnya bukan tergolong berisiko.
Tekanan darah yang terus menerus meninggi di bawab pacu adrenalin yang terus
deras membanjiri darah, selain jantung terus memompa lebih kencang dan banyak
darah, otot otot meregang, dan semua organ bekerja lebih laju dari biasa,
lama lama meletihkan dan merusak faal tubuh juga. Kondisi itu yang memunculkan
kasus darah tinggi yang bukan sejatinya darah tinggi. Kini menjadi lumrah kasus
kelainan jantung yang bukan sejatinya penyakit jantung. Mendadak jantung
berdebar, nyeri di dada, merasa waswas, merasa diri dikejar, sukar tidur,
bagian dari keluhan bukan penyakit jantung sejati.
Indikasi Orang Stres
Sering nyeri kepala, rahang acap terkancing kaku, kalau tidur gigi sering
“kreot kreot”, tanda orang sedang dalam kondisi stres. Kalau diamati jemari
suka tremor tanpa sebab, gampang mengeluh sakit pinggang, suka merasa pusing,
sukar tidur, tidak mudah berkonsentrasi, dan masih muda sudah pelupa, bagian
dan indikasi orang sedang stres.
Suka gatal gatal yang tidak jelas asal usulnya, termasuk eksim, kulit merah,
nyeri dada dan uluhati, gairah seks mengendur, merasa letih berkepanjangan,
suka cemas, serta depresi, juga tanda orang lagi dalam kondisi stres.
Dalam keseharian kita tentu bertemu dan berhadapan dengan orang orang dengan
status seperti itu, dan mungkin tidak mengetahuinya. Gampang membunuh cuma
karena urusan uang seribu perak, cinta ditolak, gara gara tidak diberi seks,
atau hanya lantaran di PHK, dan banyak kasus yang tidak masuk akal sehat kita.
Juga ketika kelompok orang dalam status sedang stres mengungkapkan keluhannya.
Di penglihatan dokter, acap keluhannya itu selain tidak masuk nalar medis, cara
mengungkapkannya cenderung rada didramatisir. Badan seperti sudah tak bertulang
lagi, kesemutan sebatas sarung tangan saja, di tenggorokan seperti ada bola
tenis, barangkali juga akan bilang kelilipan piano. Jelas, keluhan seperti itu
dapat dikategorikan sebagai bagian dan ungkapan orang yang dalam kondisi stres,
dan mungkin telah membuatnya jatuh depresi.@
========================================
Pengirim : Barry Kusuma
========================================