Aku masih ingat sepenggal baris puisi dari Sapadi Joko Damono :
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Aku sempat berpikir betapa seorang Sapadi tidak berpikir mengenai realita dan bahkan sempat bertanya tanya dalam hati, cinta yang sederhana itu seperti apa ?? akan kah dalam jaman yang serba uang ini kita masih percaya dengan apa yang di namakan dengan Cinta yang sederhana. Betapa mahal harga cinta sekarang, betapa cinta harus selalu memandang kenyataan yang ada di depan kita, mau tidak mau kita tidak bisa memungkiri bahwa cinta sederhana hanya angan² yang kadang membuat kita orang yang tidak “ada” bersemangat dalam mengejarnya, namun semua kembali pada kenyataan yang menuntut kita untuk selalu berpikir realistis bahwa cinta sederhana itu merupakan barang yang langka, atau bahkan mungkin sudah punah di jaman yang serba maju ini. Namun saat aku kembali menemui mu aku baru tahu bahwa cinta sederhana itu ternyata masih ada, cinta yang benar² datang, cinta yang benar² dewasa, cinta yang memang bertanggung jawab, cinta bukan cinta yang sesudah kamu hamil terus aku nikahi, atau lebih parah lagi cinta yang sesudah kamu bunting aku tinggal pergi. Namun cinta yang mau menunggu, cinta yang mau mengalah, cinta yang tidak akan habis walaupun sepuluh tahun lamanya, bahkan mungkin seribu tahun nanti, setelah bertemu dengan mu baru aku percaya bahwa satu pertanyaan ku terjawab bahwa cinta sederhana itu masih ada. Ah kamu … membuat aku jadi malu atas kengototan ku selama ini.
========================================
Pengirim : loper-koran
========================================