“…….Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah,apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak,maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati.” (Shahih Bukhari dan Muslim)

Suatu ketika, hati menemui sahabatnya, jari jemari. “Hai sahabatku ” sapa hati dengan suara terdengar putus asa.

“Mengapa kali ini nada suaramu tampak lain” jawab jari jemari heran.

“Mmmm…boleh aku minta bantuanmu,” tanya hati. “Insya Allah kalo aku bisa,” jawab jari jemari.

“Maukah kau memberitahuku tentang apa yang kau lihat pada diriku ini sahabatku” pinta hati.

“Apa yang harus aku beritahukan tentang dirimu, bukankah engkau yang lebih mengerti dirimu sendiri,” jari jemari bali bertanya.

“Ceritakan semuanya duhai sahabatku, aku tahu kau jujur, mengatakan dengan apa adanya, sedang aku kadang tidak bisa melihat diriku yang sebenarnya, mataku yang buta ini tidak bisa melihat dengan jelas, aku tidak bisa menilai diriku sendiri,” jelas hati mengiba.

“Baiklah, tapi engkau jangan kecewa atas apa yang akan aku ceritakan, Siapkah engkau natinya?” kata jari jemari. “Ya, ceritakanlah apa adanya, aku siap mendengarnya,” sahut hati.

“Baiklah, engkau sangat kotor, noda noda hitam yang melekat pada dirimu amat banyak, bahkan ada yang sudah mengerak dan membatu, Engkau juga memiliki luka, luka yang tersebar disana sini, luka yang terbuka, lebar dan dalam sehingga kelihatan menjijikkan, engkau juga selalu diselimuti kabut hintam sehingga sulit untuk bisa melihatmu dengan jelas, dan….baumu itu…tak enak dan sangat menyengat. Engkaupun sudah tidak selunak dulu, engkau sekarang menjadi sangat keras seperti batu, badanmu sangat kurus dan tak bertenaga, tidak heran jika kau selalu terlihat lemas, mungkin itu yang bisa kugambarkan tentang dirimu. Maafkan jika kata kataku menyinggungmu duhai sahabatku,” jari jemari membeberkan semua penilaiannya.

“Terima kasih sobat,” hati menanggapi dengan sedih. “Aku tak menyangka sampai seperti itu keadaanku saat ini, maukah engkau kuberitahu penyebab semua itu duhai sahabatku” keluh hati.

“Tentu saja sahabatku, aku akan mendengarkanmu dengan senang hati,” jawab jeari jemari.

“Tahukah kau, noda noda hitam yang banyak tersebar ditubuhku ini, tidak lain disebabkan perbuatan perbuatan mungkar yang dilakukan pemilik dari diriku ini. Ucapan ucapannya yang kotor selalu menghiasi perkataannya, ucapannya selalu menyakiti orang lain, ucapannya tidak bisa dipegang kebenarannya alias bohong. Itupun diulangnya terus menerus sehingga noda noda tersebut menumpuk dan mengerak seperti sekarang ini…,”jelas hati.

Jari jemari terus menyimak dengan seriusnya.

“Luka yang menjijikkan ini tidak lain disebabkan penyakit penyakit hati yang dimiliki oleh pemilik diriku ini. Iri dengki kepada orang yang lebih darinya, riya yang selalu mengiringi setiap perbuatannya, selalu berburuk sangka kepada orang, kesombongan kesombongan atas kelebihan yang dimilikinya, hal hal tersebutlah yang menyebabkan lukaku semakin lebar dan dalam serta menjijikkan…,”lanjut hati.

Jari jemari terlihat manggut manggut.

“Sedang kabut hitam yang menyelimutiku sehingga terlihat samar dan tidak jelas dikarenakan kebencian, ketidak pedulian terhadap suatu kebaikan. Bau tak sedap yang tersebar dari tubuhku disebabkan ghibah, fitnah. Kerasnya tubuhku karena pemilik tubuhku ini selalu meninggalkan kewajiban kewajiban yang harus dilakukan, ibadah mahdoh…,” sambung hati lagi.

Jari jemari terlihat menggeleng geleng.

“Sedang tubuhku yang kurus dan selalu terlihat lemah ini karena aku jarang diberi makanan rohani, jarang melakukan amal kebaikan dan sebagainya, aku sangat prihatin sekali dengan keadaanku ini duhai sahabatku, aku rindu ketika aku masih bersih, masih tampan, masih harum, masih bening dan lembut, masih sehat sehingga kelihatan indah, aku merindukan sekali semua keadaan itu,” imbuh hati.

“Apa yang bisa kubantu untuk mengurangi bebanmu wahai sahabatku,” tanya jari jemari iba mendengar kisah sahabatnya itu.

“Apakah kau mau membantuku lagi sobatku,” tanya hati.

“Tentu saja, kalau aku bisa,” jawab jari.

“Kalau begitu, tolong sebarkanlah apa yang akan kusampaikan ini pada siapapun bahwasanya jika aku tidak dirawat dan dijaga, maka berhati hatilah jika nanti aku mati, karena jika aku mati maka engkau dan teman teman kita yang lain seperti mulut, mata dan sebagainya akan ikut mati, mati karena akan selalu mengerjakan perbuatan perbuatan keji dan mungkar, perbuatan yang dimurkai Allah,” pinta hati.

“Baiklah sahabatku,” jari jemari memberi kata kesanggupan.

“Beritahukan juga untuk selalu merawat dan jaga aku dengan selalu memohon ampunan kepada Allah karena hal itu akan membersihkan noda noda yang melekat, laksanakanlah kewajiban yang dibebankan dan selalu mengingat Allah. Beramal sholeh, melakukan kebaikan kebaikan dan menjauhi setiap kemungkaran, tidak melakukan apa yang dilarang Allah. Sungguh, jika hal itu ditegakkan, tentulah kerinduanku akan terpenuhi”.

========================================
Pengirim : Conan
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *