�assalamu alaikum� seseorang terdengar diluar pintu, aku sangat berharap orang itu bukan sales yang mau jualan. Ga� lucu kan jualan siang siang gini. Segera kujawab salam sang tamu dan dengan sedikit berlari kuhampiri pintu dan membukanya. Sang tamu memperlihatkan wajahnya, dan��kak Rial ?� wajah itu bukan saja membuatku kaget setengah mati, tetapi juga membuatku bengong tak percaya akan hadirnya di rumah ini. Bagaimana aku tidak terkejut jika wajah inilah yang sempat membuatku bagai kebakaran jenggot, wajah yang sempat kubenci beberapa tahun yang lalu, tetapi juga wajah yang berhasil membuatku rindu berat dan nyaris tak dapat berpaling ke wajah menawan lainnya. Tujuh tahun berlalu tanpa sedikitpun kabar darinya, tujuh desember terlewati dengan kesendirianku tanpa sedikitpun komunikasi dengannya, tidak surat, tidak juga telfon. Kini ia datang dengan wajah yang jauh lebih memikat, dengan penampilan yang lebih wah, serta fisik yang jauh berbeda dengan kak Rial yang kukenal dulu. Badannya jauh lebih padat dan berotot, dadanya terlihat makin bidang dengan kemeja bermerk luar negeri, rambutnya yang dulu dipangkas plontos khas seorang pelaut kini lebih gondrong dengan warna yang lebih hitam pekat. Tak lupa jeans membalut kakinya yang panjang berisi dimana dulunya selalu dihias celana katun model safari, dengan alas kaki yang tampak cocok dengan kakinya. Tentu saja ini perubahan yang hampir 180 derajat. �ada apa Re? Ada yang salah ?� rupanya aku keasyikan mengamatinya dan juga membuatku malu karena ia menyadari kelakuanku yang melototinya. �lho koq tambah bengong, kak Rial bisa mati berdiri kalau ga� diajak masuk� aduh makin malu dech jadinya.�iya,iya kak Silahkan masuk� ajakku sejurus kemudian. Bisu sesaat menemani kami, aku tak tau mesti ngomong apa, bagaimana dan kenapa mesti bicara? Aku pernah kesal sama orang ini, mengapa aku harus ngomong duluan? Kak Rial juga tampak bingung mau mulai dari mana, aku yakin ia menyadari semua kelakuannya padaku. �apa kabar kamu Re?� tanyanya kemudian mengilangkan sepi yang ada.�baik � aduh�jutek amat kamu Re? Umpatku dalam hati. �kak Rial, apa kabar juga? Koq tumben main kesini, ada yang bisa saya bantu kak?� suaraku agak lebih tenang kini, tapi tersirat tatapan heran kak Rial saat kalimat ini kuucapkan. �Re, kamu marah sama aku? Maafkan aku, aku emang salah, tapi semua itu demi kita berdua, buat masa depan kita. Aku takut seandainya komunikasi kita lancar, lalu pekerjaanku banyak kutinggalkan, dan juga aku jadi ingin cepat pulang karena terlalu rindu kamu� kata katanya�entah gombal atau fakta. �tapi ga� perlu tanpa komunikasi sedikitpun kan Saya tidak pernah tau kalau kehadiran saya mengganggu pekerjaan kak Rial, coba bilang dari dulu � suaraku kian meninggi, makin memperlihatkan kekecewaanku yang sebenarnya ingin kututupi. �Re, bukan begitu, kamu ga� pernah jadi bebanku Cuma kuingin pekerjaan ini bisa mempersembahkan yang terbaik buat masa depan kita � masih dengan tatapan teduh yang dulu kumiliki, yang selalu meluluhkan hati siapapun. �tapi kakak tidak memberikan yang terbaik buatku dengan tidak menghubungiku selama ini Ah�sudahlah kak, untuk apa dipermasalahkan, aku ga� pa pa koq � ucapku pasrah seakan tak tau mau berbuat apa lagi. �Re, kalau boleh tau, apakah cinta kita masih ada?� diam, diam sejenak diantara kami. �kak, aku tak pernah berniat melupakan cintaku, tapi aku juga tidak bisa hidup dalam istana cinta dengan lautan sepi berhawa bimbang dengan penantian yang tak pernah kutau kapan berakhir� kecewa itu kian tampak, biarlah Memang selama ini aku terlampau sabar menahan kecewa yang tak terhingga, aku mencintainya, tapi cinta itu telah mati, dan salahkah jika kusimpan saja kini cinta yang telah beku karena jarak dan waktu yang membuat kami terpisah? Apalagi mengingat tak sedikitpun usaha yang ditempuhnya demi menjaga keutuhan cinta kami. Aku tak bisa diam menanti tanpa pasti, aku benci,aku benci� linang air mata jatuh dari telaga bening yang sejak tadi kutahan, aku tak kuat menahan pedih tak berbendung didadaku, cinta yang telah memberiku impian nan indah ternyata membawaku pada keraguan atas dirinya. Kak Rial menghampiriku, sejenak menggenggamku erat, genggaman yang dulu amat membuatku kuat,namun membuatku semakin lemah kini. Sunyi membawaku dalam peluknya, kutumpahkan perasaan yang sedari tadi sangat berhasrat menampakkan keberadaannya. �maafkan aku Re, aku janji tak akan meninggalkan kamu lagi. Aku mencintaimu Re, sangat mencintaimu. Aku tak berkabar agar aku bisa cepat pulang,tapi bukan berarti aku melupakan kamu dan cinta kita, aku masih Rial yang kamu miliki dan selalu kamu miliki. Aku tak berubah sayang� kata katanya semakin membuat pedih ini terasa lebih menyayat, luka yang telah berhasil kubalut rapi kini menguak, berontak karena perihnya. �aku bukan milikmu lagi kak, ragu itu terlalu kuat tuk kulawan� kulepaskan pelukannya begitu wajah arjunaku hadir dibenakku. �aku sudah bertunangan, pernikahan kami sebulan lagi. Maafkan aku kak� keterus teranganku membuat wajah yang datang ceria menjadi pucat pasi karena tak percaya. �Re, kamu jangan main Re, kamu jangan ngomong begitu dong, aku lagi mau serius � tekanan suaranya serasa ingin mendengar jawaban yang diharapkannya, tapi tidak� �aku serius kak Ini dua bulan yang lalu� kuperlihatkan cincin yang melingkar di jari manisku dengan ukiran indah sebuah nama �arman sumarlin� kecewa berganti menghias wajahnya. �Re, mengapa kamu menerimanya? kamu kenapa tega begitu?� pertanyaannya seakan akulah satu satunya yang bersalah atas kisah cinta kami yang mesti terpenggal sampai disini saja. �bukan aku kak, bukan aku yang tega, itu ulah kakak sendiri. Aku mencintainya, lebih mencintainya, kufikir takkan kutemukan damai yang melebihi damai yang kakak beri, ternyata tidak maafkan aku, tapi ia mampu mencairkan beku hatiku akan cinta. Dimatanya kutemukan sejuk yang kucari, kurasakan damai bahagia dijiwa terbukanya, dan ia tak pernah meninggalkanku, sedih dan bahagiaku adalah bersamanya Itu yang terpenting � kubeberkan cinta yang kini berapi api untuk Arman, cinta yang sebentar lagi akan sempurna hadirnya. Bahagia didepan mataku kini, jangan halangi aku Karena tak seorangpun mampu menghalangi bahagiaku bersamanya, karena� kami� satu
Tak lagi ditahannya luka yang baru saja kutoreh tepat didada kak Rial, tanpa banyak kata bahkan tanpa permisi ia berlari keluar rumah, meninggalkan mobil yang diparkirnya dihalaman depan dan berlari sekencang kencangnya, entah menuju kemana. Sore itu juga mobilnya kukirim kerumahnya melalui supirku, aku tak mau memenggal bahagia yang kini ada dihatiku, kutemukan Arman dengan cinta yang lebih indah dan lebih segala galanya dibanding cinta siapapun yang pernah kukecap, kurasakan udara yang menghembus sejuk didadaku bersama tawanya, dan hari yang lebih ceria dengan kebersamaan kami. Setelah tiga tahun kepergian kak Rial tanpa kabar berita Arman bersamaku, memperlihatkanku arti cinta sebenarnya, menghidupkanku dengan nafas semangat dan hari bahagia. Dan kupilih ia, telah kupilih tak ingin berpaling lagi, karena ia yang terbaik. Maafkan aku kak Rial, tapi belajarlah lebih mengerti seseorang yang kamu cintai, jika kamu memang benar benar mencintainya.
Hari bahagiaku tiba, dalam hitungan jam aku akan bersanding dengan pilihan hatiku, temanku menjalani masa depan. Sekali lagi kak Rial datang memberiku selamat berbahagia, kusambut ulur tangannya dengan senyum indah dibibir Arman, arjunaku. Senyum yang membawa sejuta damai memandangnya� kami mempersilahkan kak Rial berbaur bersama tamu, tapi dengan langkah terburu buru ditinggalkannya gedung ini, membanting setir dan menancapkan pedal gas hingga mengeluarkan suara yang terdengar ngeri. Sedetik kemudian terdengar hempasan kuat menghantam aspal disertai asap dan bau menyengat. seluruh tamu berhambur keluar gedung ingin tau apa yang terjadi, dengan susah payah kak Arman menggandengku turut berlari ingin menyaksikan keadaan diluar sana�mobil kak Rial Berselimut asap tebal dalam keadaan terbalik, disamping sebuah truk yang tampak terparkir dengan seadanya. Sangat diyakini pengemudinya telah tiada. Kusaksikan jenazah seseorang yang amat sangat kukenal dikeluarkan dengan susah payah dari badan mobil, kak Rial dengan muka yang masih basah karena air mata, di tangannya terkoyak selembar foto bergambar kami berdua, kuambil dan kuberikan pada kak Arman, lalu dimasukkan kedalam lipatan sarung pengantinnya, ia memelukku seakan mengatakan padaku, jangan menangis ini hari bahagia kita. Kubalas pelukannya hangat, kupastikan bahwa aku milikinya, yang mencintainya dengan segala daya cintaku, walau pernah menjadi bagian dari sang korban dihadapanku ini. Kak Rial selamat jalan, pergilah jika dengan pergi kan kau raih bahagia yang selama ini kau cari, temukan yang terbaik di alam sana, karena kamulah satu satunya yang tau dimana hatimu berpaut�

========================================
Pengirim : M. Irfan / Irfan
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *