Kabayan, seorang manusia lucu di kampungnya sedang menyaksikan warta berita
di sebuah stasiun televisi bersama istrinya, Si Iteung , dan anaknya, Si Bego.
Kabayan, dengan gayanya yang seperti seorang pengamat, selalu mengiyakan apa
yang dikatakan oleh sang reporter. Sang reporter, sewaktu menyiarkan berita
tentang ekonomi, yaitu masalah pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3%,
Kabayan mengatakan kepada Si Iteung,� Iteung, benar kan kata Abang, ekonomi
Indonesia itu tumbuh terus, bukan memburuk.� Dan dijawab olehSi Iteung bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3% itu masih kecil dibandingkan
dengan negara berkembang lainnya. Begitu juga saat reporter menyiarkan
berita tentang politik, yaitu berdirinya partai baru untuk pemilu 2004 yang
juga menyebutkan visi dan misinya, Si Kabayan berkomentar,� Iteung nanti pemilu
2004 kita pilih partai itu saja, visi dan misinya bagus.� Tapi lagi – lagi
jawaban Iteung bertentangan. Iteung mengatakan, “ Kabayan, dimana – mana partai
visi dan misinya bagus, kalau nggak siapa yang memilih.�
Kabayan merasa minder dengan ucapan – ucapan Si Iteung tadi. Karena itu, Si
Kabayan memilih untuk pergi ke rumah tetangganya, Si Kilah. “Assalamualaikum.�,
kata Kabayan saat hendak menginjakkan kakinya di halaman rumah Si Kilah. Tak
lama kemudian terdengar jawaban, “ Walaikumsalam.�
Si Kilah : “Ada apa Kabayan,
tumben kau mencemarkan kakimu itu di gubukku.�
Si Kabayan :� Ah, jangan begitu, rumah saya lebih mirip
gubuk. Maksud kedatangan saya ini hanya mau silaturahmi Kilah.�
Si Kilah : “ Ayo masuk Kabayan,
kita berbincang – bincang di dalam saja.�
Si Kabayan dan Si Kilah pun masuk ke dalam rumah. Kemudian mereka terlihat
duduk di sebuah bangku rotan di ruang tengah.�
Si Kabayan : “ Begini Kilah, sebenarnya saya sedang bosan
dengan Si Iteung. Dari tadi aku dan Iteung selalu saja berbeda pendapat.. Aku
bilang begini, dia bilang begitu.�
Si Kilah : “ Oh begitu, makanya
Kabayan kamu baca itu TV dan tonton itu koran. Eh, terbalik ya.?�
Si Kabayan : “ Itu sudah Kilah, setiap pagi, siang, sore, dan
malam pasti aku nonton berita di TV, tapi tetap saja.�
Si Kilah : “ Hahaha, mungkin
pendidikan SMUmu yang pas – pasan tidak dapat menangkap maksud berita itu
Kabayan. Mungkin kamu harus menjadi Sarjana.�
Si Kabayan : “ Sarjana ambil apa? Ekonomi nanti jadi pejabat
korupsi. Hukum sekarang sudah bisa dibeli. Politik nanti rebutan kekuasaan.�
Si Kilah : “ Positive thinking
Kabayan, positive thinking. Mereka semua yang melakukan itu memang berilmu,
tapi mereka tidak bermoral, Kabayan.�
Si Kabayan mengangguk – anggukan kepalanya. Dia pikirsemua pejabat yang
gelarnya sudah seperti kereta api itu juga ada ilmu seperti KKN tersebut.
Ternyata tidak.
SI Kabayan : “ Benar juga kau Kilah, tidak percuma saya
dating kesini.�
Si Kilah : “ Nah, kamu
ambil hikmahnya Kabayan, tapi ngomong – ngomong kamu suka di bidang apa?�
Si Kabayan : “ Saya mau ambil ekonomi saja. Saya mau
membetulkan ekonomi kita yang morat – marit ini. Saya juga akan mengurangi
kemiskinan dan Indonesia akan ku bangun dengan lebih baik.�
Si Kilah : “ Tapi ingat
Kabayan, selain kamu berilmu, kamu juga harus bermoral, berakal budi baik.
Kalau tidak ya sama saja seperti sekarang ini, paham kamu?�
Si Kabayan : “ Paham Kilah.�
Keesokannya Si Kabayan mendaftarkan dirinya di sebuah Universitas terkemuka di
kampungnya. Fakultas Ekonomi jurusan Ilmu Studi Pembangunan menjadi pilihannya.
Dalam hati, Kabayan mengatakan aku harus belajar sungguh – sungguh agar Si
Iteung tidak komentar lagi dan siapa tahu dia bisa menjadi istri seorang
Menteri Perekonomian. Saya juga tidak boleh lagi dibodoh – bodohi orang lain
karena saya dilahirkan bukan untuk menjadi orang bodoh tapi orang intelektual
========================================
Pengirim : Rakhmat Mogar Poerbonegoro
========================================