Tadi malam, sebuah email dari milis menceritakan bagaimana seorang atlit gulat Swedia yang harus mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Atlit peraih emas Olympiade Sydney 2000 ini, memutuskan menghabisi nyawanya sendiri dalam perawatan depresi di sebuah rumah sakit kota Gothenburg, kota kedua terbesar di Swedia. Dan pagiku kembali disentakkan dengan sebuah telpon yang mengabarkan berita duka, ibu seorang mahasiswi Indonesia disini juga telah berpulang. Baru usai takziah kami, sebuah sms duka kembali masuk ke hp ku. Temanku di Indonesia juga telah berpulang setelah beberapa hari sebelumnya didiagnosa menderita penyakit kanker darah. Hanya selang beberapa jam, hariku disentakkan dengan 3 berita kematian.
Kematian, sangat akrab ditelinga, setiap hari kita disuguhi berita kematian di media. Apakah itu karena kriminalitas, kecelakaan, bunuh diri, perang ataupun bencana alam. Belum pupus dari ingatan bagaimana gempa merengut nyawa di Alor atau diare yang membawa korban di Indonesia ataupun puluhan korban kecelakaan lalu lintas sepanjang lebaran. Atau gelimpangan mayat di Fallujah, Irak. Semuanya adalah Kematian, suatu hal yang mau tidak mau pasti akan datang pada setiap orang, tidak memandang status, jenis kelamin, usia, dan sebagainya. Ia datang tanpa bisa ditawar, dan pasti akan datang, hanya saja kapan waktunya,…wallahuallam.
Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah berita, Elizabeth Taylor, si artis gaek Hollywood ini sekarang sudah merasakan kemunduran pada kesehatannya, dan saat ditanya mengenai kematian, dia menjawab, �Saya tidak takut akan kematian�. Sementara itu, di berita yang lain, seorang artis muslim Indonesia yang ditanya mengenai kematian menjawab,�Saya belum siap untuk mati, masih banyak dosa�. Ironis bukan? Ada yang takut akan kematian, dan ada yang sudah siap dengan kematian. Tapi apapun alasannya, siap atau tidak siap, saat waktunya datang, kematian akan menghampiri.
Saat ajal datang, nyawa dicabut, mayat terbujur kaku, isak tangis dari yang ditinggalkanpun terdengar dimana mana. Ada yang histeris, ada yang meraung, ada yang hanya terdiam, menatap kosong, tapi masih banyak yang tersenyum penuh keikhlasan. Kesiapan menghadapi kematian tidak hanya buat pribadi, tapi juga saat menghadapi kematian orang lain. Ada yang menjadikan berita kematian sebagai pengingat betapa Izrail mencabut nyawa kapan saja, tapi tidak sedikit pula yang memandang berita kematian adalah siklus ekosistem biasa, hal yang lumrah, dan tentu saja tidak berbekas sama sekali.
Mulianya orang yang selalu mengingat ajal dan menjadikan hari harinya sebagai ibadah tanpa henti, seolah olah dia akan meninggal keesokan harinya, dan kasihan sekali orang yang tidak peduli akan kematian karena sibuk mengejar kesenangan duniawi. Terlepas dari semuanya, hanya satu yang perlu dipertanyakan, sudah siapkah bekal anda jika ajal menjemput?
========================================
Pengirim : ade_gtb
========================================