GEMPA dahsyat yang melanda Aceh dan menyebar ke tujuh negara ini membuat banyak orang menyebut nyebut lagi Krakatau. Memang, tidak ada letusan gunung api di dunia yang begitu dikenang orang, selain letusan Gunung Krakatau. Sejak 26 Agustus 1883 (saat letusan itu terjadi), belum ada letusan yang menandinginya. Menurut catatan pemerintah Hindia Belanda, sebanyak 36.417 orang tewas. Kebanyakan disebabkan tsunami.

Banyak yang mengira kiamat sudah terjadi ketika gunung di Selat Sunda tersebut meletus. Ledakannya terdengar lebih dari 3.000 km, sampai ke Singapura. Letusan selama beberapa hari itu menyemburkan 21 kilometer kubik material vulkanik ke angkasa setinggi 80 km yang melampaui tempurung atmosfer.

Debu debu itu terbawa angin, bahkan sampai ke New York. Akibatnya, sinar matahari terhalang. Dunia, termasuk Eropa dan Amerika, menjadi kelabu selama 2,5 hari. Saat siang, langit tidak terang. Hanya memerah seperti senja. Pengaruhnya pada perubahan cuaca sangat terasa, bahkan hingga beberapa tahun.

Gelombang tsunami yang terparah akibat letusan gunung tersebut menyapu pantai Jawa Barat, Jakarta, serta Sumatera bagian selatan. Tentu saja, air bah yang membubung hingga 40 meter tersebut menyapu apa saja yang dilewatinya. Menggasak apa saja hingga berkilo kilo meter masuk ke pedalaman. Bayangkan, saat penduduk masih sangat jarang, korbannya begitu banyak.

Gelombang pasang di Selat Sunda itu juga dirasakan, bahkan sampai ke pantai Afrika, pantai barat Amerika, pantai barat Amerika Latin, sampai ke Selat Inggris. Meskipun tsunami di tempat yang jauh tersebut sudah melemah, hantaman gelombang yang “tidak normal” sangat dirasakan. Setelah tertidur dengan tenteram selama 200 tahun, gedung setinggi 790 meter itu seperti menumpahkan semua tenaganya.

Sejak saat meletus hingga kini, sangat banyak buku atau ulasan soal Krakatau dibuat para pakar Barat. Kini, di internet juga banyak diskusi soal gunung yang sekarang masih aktif, meskipun sudah sangat lemah itu. Semuanya mengenang dengan rasa ngeri. Ketika Dunia Meledak, demikian salah satu judul situs di internet soal Krakatau.

Salah satu ikon yang paling terkenal sebagai pengingat Krakatau tersebut adalah lukisan maestro Edvard Munch yang berjudul Scream (Pekik Ngeri). Lukisan itu dibuat pada 1893 atau 10 tahun setelah Krakatau meledak. Idenya muncul ketika Munch serta kawan kawannya berjalan di pantai Norwegia dan melihat langit merah karena letusan Krakatau.

Gejala Krakatau akan meletus ditandai gempa besar pada awal Mei 1883. Pada 20 Mei, letusan mulai terjadi. Letusannya sangat keras dan terdengar hingga 160 km. Gumpalan asap membubung hingga 11 km. Itu belum puncaknya. Pada 11 Agustus, tiga dapur magma mulai menyemburkan asap. Letusan makin besar karena 11 lubang lagi mulai memuntahkan lahar.

Puncaknya terjadi pada 26 Agustus ketika kawah meluas dengan diameter sekitar 1 km dengan kedalaman 50 meter. Setiap 10 menit terjadi ledakan dahsyat. Pelaut yang berjarak 120 km dari lokasi ledakan melihat asap hitam yang bergulung ke udara.

Ledakan dahsyat tersebut terjadi karena sebelumnya lubang terhalang lava padat yang didesak terus menerus dari dalam perut bumi. Tercatat, ada ledakan dahsyat dalam jarak beberapa jam yang menimbulkan gempa besar serta tsunami yang dirasakan di seluruh penjuru dunia itu.

Ledakan menyebabkan jendela dan pintu pintu berantakan di jarak 160 km. Debu tebal kebanyakan membungkus daerah Sumatera dan Jawa. Kapal kapal di laut yang berjarak ratusan kilometer dari lokasi terlontar hingga tiga meter karena gelombang membesar.

Daerah hingga 400 km dari lokasi gelap total. Selat Sunda hitam total mulai pukul 11.00 hingga fajar keesokannya pada 27 Agustus. Di tempat yang lebih jauh, masa gelap lebih lama akibat gerakan awan vulkanik. Pada jarak 75 km, masa gelap total sampai 56 jam.

Setelah ledakan, timbul ruangan besar di bawah kulit bumi karena magmanya sudah tertumpah. Akibatnya, permukaan gunung tersebut ambles dan menimbulkan cekungan luas. Hanya sepertiga dari areal gunung yang ada di permukaan laut dibandingkan sebelum ledakan. “Itu adalah letusan gunung yang paling dahsyat selama era modern,” ujar George Pararas Carayannis, penulis buku bencana bencana terdahsyat di dunia, dalam situsnya.

Apa yang terjadi pada masa masa setelah ledakan dahsyat tersebut? Gunung itu masih meletus beberapa kali. Namun, intensitasnya jauh lebih kecil. Yang agak mencemaskan, Pararas Carayannis meramalkan, seiring membesarnya volume Gunung Anak Krakatau, ledakan mungkin terjadi lagi. Itu hanya soal waktu. Meskipun, mungkin hal tersebut masih beratus tahun lagi.

========================================
Pengirim : loper
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *