JATUH
Pernah ku ingin mencoba meninggalkan Mu
Bahkan, selalu kerinduan yang mencekamku
Pernah kuingin selalu di sisi Mu
Bahkan, tak kuasa ku menatap dunia
Aku,
Ya, beginilah adanya
Tetap berharap jadi hamba Mu
Ah
Ijinkan aku bebas dulu
Mataharitimoer
Kedoya, 24 Januari 1997
KESAN
Purnama memancangkan diri di serakkan bintang
Cahayanya memancar tanpa kesombongan
Terangi malamku dalam lengang
Lembut menyapa, �Apa yang kau pikirkan?�
Pikiranku mencipta kubangan
Anak anak bangsa menjadi lamunan
Akankah mereka sampai ke masa depan
Menentukan siklus kehidupan
Mataharitimoer,
Kedoya, 25 Januari 1997
Untuk Sebuah Cita
Untuk sebuah cita
Apalah yang dapat kami lakukan di sini
Untuk memahami tikaman derita di sana
Badai penghinaan beriring penantian
Dan perjuangan untuk kebebasan
Dan kemuliaan
Untuk sebuah cita
Kami sadar belum cukup berbuat
Puisi ini,
Semoga tidak menambah rangkaian panjang
Tuturan pilu dan deru bising raungan derita
Biarlah menjadi jeritan nurani kami,
Curahan simpati, dan degup jantung,
Menahan geram
Untuk sebuah cita
Kami masih di sini
Di tengah lingkungan kami
Yang bertabur gurau dan lalai
Ya Rabbi
Percayakah pada kami,
Untuk menegakkan izzah yang terpuruk?
Kuatkan kami, untuk sebuah cita :
Ada …… mulia
Tiada ….. syuhada
Mataharitimoer,
Kedoya, 25 Januari 1997
Nuzulul Qur�an
Dalam kehampaan nurani
Pernah kudendangkan nyanyian tua
Laguku adalah
Marahku,
Sesalku,
Sesakku,
Tangisku,
Takutku,
Rinduku,
Histeriaku
Langkah langkah yang kupaksakan �tuk menemukan kedamaian
Tak pernah harapan itu datang
Harapan itu tak sudi bertandang
Pikiran menjadi liar
Merambah sudut sudut belantara
Menemukan �. Lelah
Dalam kehampaan nurani
Pada kepasrahan tertinggi
Firman Mu merintik di hati
Mati aku pada samudra Ilahi
Hanyut, �. hanyut���
Tenggelam, � tenggelam ��..
Mencair aku di altar penyadaran
Mataharitimoer
Kedoya, 25 Januari 1997
========================================
Pengirim : mataharitimoer
========================================