Beberapa hari yang lalu telah kita peringati bersama, sebuah perayaan nasional tentang ulang tahun proklamasi negara kita, disana banyak sekali cara kita untuk memeriahkan acara setahun sekali tersebut.
Pagar pagar rumah kita dicat, jalan utama di hias dengan bendera, umbul umbul, lomba lomba juga banyak dipertandingkan, semuanya itu hanya untuk mengenang dan memperingati sebuah
kalimat yang bernama kemerdekaan.
Kalau kita telaah lebih jauh, akan didapati disana sebuah makna yang lebih mendalam daripada sekedar perayaan nasional setahun sekali.
Kita “hanya” ingat bahwa negara kita ini telah merdeka selama lebih dari setengah abad hanya pada setiap tanggal 17 Agustus, kita hanya mau
kerja bakti untuk mengecat gapura, pagar, jalan jalan di kampung hanya kalau mau mendekati hari itu.
Kita mau berkumpul untuk saling berbincang tentang makna kemerdekaan hanya pada hari hari di bulan bulan Agustus, televisi, pers maupun media massa juga banyak mengupas tentang makna kemerdekaan pada bulan itu juga, penganugerahRasa nasionalisme kita hanya bangkit setahun sekali, itupun yang kita ambil hanya segi hiburan dan perayaannya saja, tanpa kita mau peduli dan merenung bagaimana dulu para pahlawan kusuma bangsa merebut
kemerdekaan dari tangan penjajah.
Setelah bulan Agustus tidak ada lagi kerja
bakti untuk membersihkan kampung kita karena kita sudah sibuk dengan segala sesuatu urusan kita, kita hanya perlu membayar beberapa orang untuk membersihkan lingkungan kampung kita.
Kita tidak lagi berkumpul untuk memperbincangkan makna kemerdekaan dengan teman teman kita. Pers, media massa dan media elektronik tidak lagi menayangkan film dan lagu lagu perjuangan. Kita juga lupakan para veteran perang karena
kita anggap sudah semestinya sebab ia hidup pada jaman itu.
Maka tak heran bangsa kita menjadi bangsa yang terpecah belah, merosot akhlak dan budi
pekertinya, saling bunuh antar saudara sendiri, karena kita tak lagi mencintai negara ini lagi. Bahkan seandainya tulisan ini dimuat pada edisi yang lalu mungkin Anda sudah lupa bahwa baru saja kemarin kita peringati ulang tahun
proklamasi negara kita.
Kita telah menjadi sebuah negara yang jauh tertinggal dengan bangsa lain, sehingga untuk bekerja saja kita numpang kerja di negara
tetangga.
Sangat ironis sebagai sebuah bangsa besar yang telah merdeka selama 57 tahun (atau mungkin lebih). Mengapa bisa demikian ?
Tulisan ini bukan menjawab hal itu akan tetapi hanya sekedar mengingatkan tentang makna kemerdekaan dan rasa nasionalisme kita. Terima kasih. (Dirgahayu Republik Indonesia, semoga merah putihmu selalu berkibar di angkasa)
========================================
Pengirim : Ijul
========================================