Masa Lalu

Nov 30, 2004

� Kamu mencintainya ? � Tanya Blue, sahabatku. Aku menggeleng.
� Ya tuhan, memi, kamu tidak mencintainya tapi kamu akan menikah dengannya. Apa kamu sudah memikirkannya baik � baik ? � ujarnya setengah histeris. � kamu akan menghabiskan sisa hidupmu dengan lelaki yang sama sekali tidak kamu cintai �.
� tapi dia mencintaiku, Blue. Dia mau menerima aku apa adanya �. Sergahku cepat
� aku tahu, mem. Dia baik. Dia tulus mencintaimu. Tapi sekali lagi aku katakan, kamu tidak mencintainya. Itu berarti kamu membohonginya �.
� aku menyayanginya. Meskipun aku tidak mencintainya. Karena aku memang sudah tidak punya rasa itu lagi. Cintaku sudah habis kuberikan semua pada seseorang. Tidak tersisa sedikitpun �.
� Dia lagi. Kamu masih belum bisa melupakannya ? �
Aku menggeleng. Berusaha menahan air mata agar tangisku tidak pecah. Ini selalu terjadi setiap aku mengingat lelaki itu. Lelaki cinta pertamaku. Tapi isakku tetap terdengar pelan. Blue memelukku.
� sudahlah, mem, lupakan dia. Jangan pernah mengingatnya lagi. Itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Setiap kali kamu membicarakan tentang dia, pasti berakhir seperti ini. Lupakanlah semuanya �. Blue berusaha menghiburku
� Aku tidak bisa, Blue. Aku tidak bisa. Segala cara sudah aku coba, tapi aku masih belum bisa melupakannya. Kenangan tentangnya seperti jaring laba � laba yang menjeratku. Semakin aku berusaha lepas, aku semakin terjerat. Tolong aku, Blue. Bantu aku agar bisa lepas dari masa laluku �. Ratapku pilu
� aku akan selalu membantumu, mem. Sebanyak yang kau minta. Semampu yang aku bisa. Tapi semuanya aku kembalikan ke kamu. Karena satu � satunya orang yang bisa membantumu, hanyalah dirimu sendiri. Aku hanya bisa mendukung apa yang menurut kamu baik. Aku sendiri masih belum mengerti, kenapa dia tega berbuat seperti itu terhadapmu. Kamu sudah begitu setia, menemani dan mendukungnya saat dia tertimpa masalah, mecintai tanpa menuntut, menerima dengan segala kekurangan yang dia miliki. Melepaskanmu adalah tindakan terbodoh yang dia lakukan �.
� Tidak, Blue. Jangan salahkan dia. Dalam hal ini akulah yang bersalah, bukan dia �.
� Apa kamu bilang ? Kamu yang salah ? Kamu yang tetap berada disisinya pada saat dia membusuk di penjara ? Kamu yang selalu tersenyum, meskipun berkali � kali dia memperlakukanmu dengan buruk. Kamu yang selalu memaafkan, setiap kali dia berbuat kesalahan yang tidak patut untuk dimaafkan �. Kata Blue berapi � api
� Ya, Blue, disitulah letak kesalahanku. Kesalahan yang dulu terlalu pengecut aku akui. Seharusnya aku tidak mengusiknya lagi. Seharusnya aku tidak memintanya untuk kembali kepadaku. Seharusnya aku tidak melakukan tindakan bodoh itu �.
� Tapi dia bersedia kan ? Itu berarti dia mencintamu ? Lantas kenapa dia meninggalkanmu lagi dan untuk alasan yang sama : wanita lain ?�
� Tidak, Blue, dia tidak mencintaiku lagi. Cinta itu sudah mati pada saat dia pertama kali meninggalkanku. Dia bersedia kembali, hanya karena kasihan. Hanya karena tidak tega menolakku. Justru aku yang menyiksanya. Aku membuatnya menderita. Aku sudah menyadari hal ini sejak lama. Hanya aku terlalu pengecut. Aku terlalu takut kehilangan dia. Aku terlalu mencintainya. Itulah letak kesalahanku. Akulah yang seharusnya dimaafkan. Karena memaksanya untuk terus tinggal, meski sebenarnya dia ingin pergi. Aku yang seharusnya disalahkan. Karena memenjarakannya dalam cinta yang tidak diinginkan. Dan satu hal lagi, bukan dia yang meninggalkanku, tapi aku yang memutuskan untuk pergi. Karena aku tidak ingin menyiksanya lebih lama lagi. Meskipun pada akhirnya ini menyakitkanku �.
� Oke�aku mengerti. Tapi bukan berarti dia bersih. Lihat saja, belum genap satu tahun kalian berpisah, dia sudah bertunangan dengan pacar barunya. Seolah � olah apa yang terjadi pada kalian tidak berarti apa � apa �.
� kenyataan itu memang menyakitkanku, Blue. Tapi sekali lagi ini bukan salah dia. Mungkin justru aku yang menjadi parasit. Aku pikir hubungan mereka sudah lama terjalin. Hanya saja dia tidak ingin menyakitiku. Dia menghargai aku dengan menyembunyikannya. Dia menunggu sampai aku mengambil keputusan sendiri. Keputusan yang akan lebih menyakitkanku bila dia yang mengatakannya. Aku berterima kasih untuk itu �.
� Memi, kamu sudah di campakkan. Dan kamu malah berterima kasih pada lelaki yang meninggalkanmu untuk wanita lain �.
� Kamu tidak mengerti, Blue �.
� Oke�aku memang tidak mengerti denganmu. Kamu mati � matian membela lelaki yang sudah menghancurkan hidupmu. Kalau begitu kenapa kamu mesti menyesali keputusanmu berpisah ? �.
� Aku tidak menyesali keputusanku. Aku hanya belum bisa melupakan dia. Kenangan ku bersamanya terlalu manis untuk dilupakan dan terlalu pahit untuk di ingat. Hingga aku tak tahu harus bagaimana. Melupakan dan memulai cinta baru. Atau terus hidup dalam kenangannya yang berarti akan membuatku lebih terpuruk �.
� Memi, kamu tidak harus melupakannya. Tapi kamu juga tidak boleh terus menerus mengingatnya. Kita hidup seperti di film. Mungkin masa lalu itu adalah bagian dari ceritamu yang harus dilewati. Life Must Go On. Raihlah kebahagiaanmu sendiri. Carilah cinta yang baru. Cinta yang tidak menyakitkan. Cinta yang membuat matamu berbinar. Cinta yang diciptakan Tuhan hanya untukmu �.
� aku sudah menemukannya. Dan aku akan segera menikah dengannya �.
� tidak, mem. Itu bukan cinta. Matamu tidak mengatakan itu. Kamu bersedia menikah dengannya hanya karena orang tuamu. Kamu ingin membahagiakan mereka. Tanpa memikirkan kebahagianmu sendiri �.
� aku sudah tidak punya kebahagiaan lagi, Blue. Satu � satunya kebahagianku telah direnggut dariku. Jadi untuk apa aku harus egois memikirkan kebahagianku sendiri yang sudah jelas tidak akan pernah aku rasakan lagi �.
� kamu salah, mem. Satu kebahagian mungkin memang telah pergi, tapi yakinlah akan ada banyak kebahagian lagi dalam hidupmu. Meskipun mungkin untuk mendapatkannya memerlukan waktu yang sangat lama. Tapi yakinlah masih banyak Mr. Right di luaran sana yang salah satunya pasti diciptakan Tuhan untukmu �.

� Maaf kan aku, mas �. Aku berkata lirih.
Beberapa hari setelah percakapanku dengan Blue, aku menemui Mas Budi. Berterus terang tentang perasaanku. Bahwa pernikahan kami hanya akan sia � sia karena aku tidak mencintainya. Mas budi adalah anak dari teman ayahku. Usia kamu terpaut dua tahun. Kami di jodohkan. Meskipun Mas Budi luar biasa baik, pengertian, dan dewasa, tapi menyesal sekali aku tidak bisa mencintainya.
� Aku mengerti, mem. Aku berterima kasih untuk kejujuranmu sebelum segala sesuatunya menjadi terlambat. Mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama sebagai suami istri. Setidaknya kita masih bisa tetap berteman kan ? � Jawaban Mas Budi sungguh sangat melegakanku.
� tentu saja kita akan terus berteman � kataku tersenyum lega.
Mas Budi sungguh laki laki yang baik dan pengertian. Aku sedikit merasa berdosa menolaknya. Tapi aku akan lebih berdosa lagi jika membohonginya. Aku berdoa untuk kebahagiannya.

Aku bekerja di salah satu Hotel bintang lima di kawasan Nusa Dua, Bali. Karirku lumayan sukses. meski bukan berada di posisi top level. Setidaknya aku puas dengan pekerjaanku. Aku bekerja keras untuk berada di posisiku sekarang ini. Dan aku bersyukur sudah mengambil langkah yang tepat tujuh tahun yang lalu. Aku berguman lirih, � Benarkah sudah selama itu �.
Setelah pembicaraanku dengan Mas Budi, kami menemui orang tua masing � masing. Menjelaskan sebaik mungkin. Dan syukurlah mereka mau mengerti. Beberapa hari setelahnya aku memutuskan untuk pergi mencari kehidupanku sendiri. Semula orang tuaku melarang. Namun akhirnya mereka mengerti dan ikhlas melepas kepergianku. Mereka hanya berpesan untuk menjaga diri. Terlebih lagi aku perempuan.
Berbekal ijazah dan restu kedua orang tuaku, aku pergi meninggalkan tempat di mana aku di besarkan. Mengenal teman � teman dan cinta pertamaku. Aku meninggalkan masa lalu ku. Aku pergi untuk mencari kehidupanku dan juga cinta sejatiku. Seperti yang pernah Blue katakan bahwa pasti ada Mr. Right di luaran sana yang Tuhan ciptakan untuk ku. Hanya untukku. Berpisah dengan Blue adalah yang terberat. Kami sudah sejak lama bersahabat. Bersama � sama dalam suka dan duka.
Namun bagaimanapun beratnya, aku harus pergi. Tujuanku adalah Denpasar. Aku ingin memulai segalanya di pulau dewata ini. Dan disinilah aku berada. Kabar terakhir yang aku dengar mengenai teman temanku, Blue sudah menikah dan menjadi Ibu Rumah Tangga yang repot tapi bahagia. Mas Budi juga sudah menikah, satu tahu setelah perpisahan kami. Aku masih tetap berkirim kabar dengan Blue. Masih tetap berteman baik dengan Mas Budi. Sedangkan mengenai seseorang yang menyebabkan aku harus pergi�.seperti yang telah di duga mereka menikah beberapa bulan setelah kepergianku. Anehnya �.mendengar tentang pernikahan mereka tidak membuatku menderita. Mungkin karena aku sudah berdamai dengan masa lalu. Dan mungkin��.
� What are you doing, sweetheart ? �
Seseorang mengagetkan aku dengan pelukan dan bisikan persis di telingaku. Tanpa menoleh pun aku tahu siapa dia. Lantas dia membalikkan badanku dan melumat bibirku penuh cinta. Kami saling memagut. Melepaskan haus akan bibir masing � masing. ketika dia menarik diri, aku limbung, merasa kehilangan. Tapi tidak lama�karena setelah itu dia memelukku dengan tangan kokohnya.
� apa yang kau lamunkan hingga tidak menyadari kedatanganku ? � tanyanya lembut.
� tidak ada. Aku hanya tengah mensyukuri semua yang Tuhan berikan padaku. Dan salah satunya adalah kamu, sayang �.
� o�ya. Apa saja yang kamu katakan pada Tuhan ? �
� aku berterima kasih karena Dia sudah menciptakanmu untukku. Hanya untukku �. Aku memandangnya penuh dengan cinta. Demikian pun dia. Kekasih hatiku. Belahan jiwaku. Lantas kami berciuman lagi. Lama dan dalam.
Untukmu Ryan. Aku minta maaf. Mungkin dulu pernah mengutuk perbuatanmu ketika meninggalkanku. Berharap hal buruk terjadi padamu karena sudah mencampakkanku. Sekarang setelah banyak keberuntungan yang aku dapatkan, harusnya aku berterima kasih padamu. Karena dengan apa yang terjadi pada kita. Membuatku lebih dewasa. Memacu diriku untuk lebih berarti. Membuatku pergi meninggalkan masa lalu dan menjemput cerita baru lagi. Aku menemukannya. Mr. Right ku. Dialah yang tengah melumat bibirku sekarang ini. Memelukku dengan sangat posesif. Dan yang sebentar lagi akan menjadi teman hidupku. Selamanya. Hingga maut memisahkan kami.
Orang tuaku bahagia mendengar tentang rencana kami. Dan aku pun bisa bernafas lega karena tidak lagi di tekan untuk segera menikah. Blue terlebih lagi.
� Benarkan kataku, ada banyak laki � laki di luaran sana yang di ciptakan Tuhan untukmu. Coba bayangkan seandainya kamu tidak memutuskan untuk pergi. Tetap terpuruk di kota kecil ini dengan luka yang terus meneteskan darah. Bisa � bisa kamu mati muda karena patah hati. Aku bahgaia untukmu, sobat �. Itulah komentar Blue saat aku memberitahukan kabar bahagiaku.
Yach�.terkadang kita memang harus rela melepas mimpi yang satu untuk mendapatkan mimpi yang lainnya. Dan mimpiku yang lainnya adalah DAVID.

( untuk belahan jiwaku : David joel )

========================================
Pengirim : siti
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *