Pada saat Jakarta terbakar dan 1333 orang terpanggang atau
terbunuh dengan cara yang sukar dibayangkan,
pada saat orang dijarah dan diperkosa dimana saja,
W.S.Rendra menulis puisi yang berjudul :

Sajak bulan Mei 1988 di Indonesia.

Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja raja.
Bangkai bangkai tergeletak lengket di aspal jalan.
Amarah merajalela tanpa alamat.
Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.
Pikiran kusut membentuk simpul simpul sejarah.
O, jaman edan

O, malam kelam pikiran insan
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan.
Kitab undang undang tergeletak di selokan.
Kepastian hidup terhuyung huyung dalam comberan.

O, tata warna fatamorgana kekuasaan
O, sihir berkilauan dari mahkota raja raja
Dari sejak jaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari keinginan para politisi, raja raja dan tentara.

O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur
Berhentilah mencari Ratu Adil
Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil.

Hukum adil adalah bintang pedoman di dalam prahara.
Bau anyir darah yang kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata :

“Apabila pemerintah sudah menjarah daulat rakyat,
apabila cukong cukong sudah menjarah ekonomi bangsa,
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan,
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa,
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya.”

Wahai penguasa dunia yang fana
Wahai jiwa yang tertenung sihir tahta
Apakah masih buta dan tuli didalam hati?
Apakah masih akan menipu diri sendiri?

Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran pikiran gelap
yang akan muncul dari sudut sudut gelap
telah kamu bukakan
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi.
Air mata mengalir dari sajakku ini.

W.S.Rendra.

Catatan:
Sajak ini dibuat di Jakarta 17 Mei 1988 dan dibacakan
oleh penyairnya di DPR.

Marilah kita mengenang bulan Mei 1988 di Indonesia.
Kenanglah langit yang terbakar di atas Jakarta dan kita bersatu hati buat reformasi.
Kenanglah darah dan air mata, kenanglah mereka yang pergi dan tak kembali.
59 tahun merdeka.
Apakah kita akan terus jadi bangsa kambing yang selalu kelas kambing?
Apakah kita akan terus jadi kambing yang gampang digiring,
diadu domba dan akhirnya jadi sate atau gule buat pesta
pora angkara murka?
Hanya kaulah yang bisa menjawab

Udik tanah seberang, 2004.

========================================
Pengirim : El Camino
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *