“Hidup hanya sekali, tapi kalau dihidupi dengan cara yang benar, sekali itu cukup.” Joe E Lewis Artis Komedi

HIDUP adalah hadiah untuk diterima dengan sebaik baiknya. Hidup menikah atau sendiri, itu soal pilihan. Bagaimana memperlakukan hidup, itulah makna yang kita berikan kepada hidup itu sendiri.

Satu kali teman saya bercerita tentang pengalamannya bersafari malam di bumi eksotis, Afrika Selatan. Melewati sekawanan binatang pelanduk, dia mengamati sesuatu yang menarik. Di beberapa tempat, pelanduk pelanduk itu bergerombol berdua dua, yang lain sendiri menjauh. Ketika ditanya kenapa begitu, pemandu wisata mengatakan bahwa pelanduk yang berdiri berdua adalah pasangan, sedangkan yang sendiri adalah pelanduk yang ditinggal mati pasangannya. Pelanduk tidak mencari pasangan pengganti sampai akhir hayatnya. Wah .. hidup melajang pun menjadi pilihan sadar binatang.

Manusia cenderung hidup bergerombol. Seorang yang bisa hidup tanpa seorang teman, hanyalah kekecualian dan jumlahnya sedikit kalau mau dibilang aneh. Kehadiran seorang teman, sahabat, keluarga untuk berbagi cerita, akan membantu seseorang merasa nyaman, didukung, dan membuat hidup lebih mudah. Dua orang lebih baik dari seorang diri.

Namun, perempuan atau laki laki dewasa yang masih sendiri sering diam diam merasa dirinya tidak lengkap. Beberapa budaya timur menganggap kesulitan kesulitan dalam bersosialisasi, ketidak beruntungan dalam hidup seringkali dikait kaitkan dengan status masih melajang. Pemburuan calon pasangan di luar akal sehat sering terjadi, yang penting status berubah.

Meskipun kadang kadang tidak disadari, semakin dewasa seseorang, semakin bervariasi saringan yang dipakai untuk menyeleksi calon pasangannya. Pengalaman, keyakinan, kebiasaan keluarga, pengaruh sosial dan budaya, lingkungan, kondisi ekonomi, pendidikan, kesediaan untuk menerima yang lain, akan sangat menentukan pilihan seseorang. Seperti ketika membeli tomat di pasar tradisional, kita tetap merasa perlu untuk memilih yang mulus, berwarna bagus dan segar, meskipun harganya sedang murah.

HIDUP MENIKAH
Menikah itu “barang” yang menarik (meskipun banyak contoh yang berakhir dengan kepahitan). Selalu ramai dibicarakan. Diharapkan. Diusahakan. Orang tidak pernah kapok. Lihat saja media cetak, elektronik, dan orang orang ketiga yang mengomersilkan usaha usaha mix and match. Sangat diminati.

Konsep pernikahan antara laki laki dan perempuan dewasa berasal dari Tuhan sendiri. Waktu tulang rusuk Adam diambil untuk menciptakan Hawa, itu adalah dalam rangka usaha memberi Adam seorang istri (bayangkan kalau laki laki yang mempunyai istri lebih dari satu, tiga atau empat misalnya, betapa bolong rusuknya). Kenapa Tuhan tidak memberi teman sepadan seorang laki laki kepada Adam, mungkin jawabannya adalah bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan keturunan.

HIDUP MELAJANG
Angka satu itu angka sempurna dan berdiri sendiri. Bukan setengah ditambah setengah untuk bisa menjadi satu. Atau bukan satu ditambah satu untuk menjadi dua membuat hidup sempurna. Tuhan menciptakan manusia satu per satu, bukan per satu keluarga, per satu kelompok, per satu suku. Itulah alasan kenapa setiap manusia sangat unik dan tidak pernah ada duanya, bahkan sepasang anak kembar identik sekalipun. Nilai seorang Anda adalah seharga seluruh dunia ini.

BEBERAPA SARAN YANG MUNGKIN BERMANFAAT BAGI ANDA YANG MELAJANG.

Putuskan untuk berbahagia. Apapun keadaan Anda sekarang, putuskan untuk menjadi seorang yang berbahagia karena Tuhan mencintai Anda, penuh dan sempurna. Tidak ada yang kurang dalam diri Anda karena Anda tidak menikah. Anda sendirilah yang bisa menentukan diri berbahagia atau tidak. Jangan jadikan keadaan yang selalu berubah menjadi parameter kebahagiaan Anda. Ingatlah, perspektif dan keyakinan Anda akan mempengaruhi suasana hati Anda terhadap satu keadaan.

Atur diri dan perhatikan lingkungan. Usahakanlah untuk berdisiplin menggunakan waktu, bijaksana memilih teman, membangun hubungan hubungan yang baru, tentukan peran peran yang sesuai dengan kepribadian Anda. Dengan mengendalikan diri dan lingkungan sekitar akan membuat kita tenang, bisa memutuskan yang terbaik dan mengurangi tekanan hidup.

Kalau Anda satu satunya manusia lajang di tempat kerja, jangan risau. Lakukan pekerjaan dengan baik dan jangan sering mengeluh tentang keadaan Anda. Jadilah teman yang baik. Dengarkan rekan kerja Anda yang sudah menikah. Keluhan keluhan tentang pasangan dan masalah keluarga akan membuka perspektif Anda bahwa hidup berkeluarga juga tidak mudah. Beri respon wajar atas humor negatif yang dilontarkan tentang orang lajang. Cara pandang Anda yang positif tentang memandang dan menerima diri sendiri akan menimbulkan simpati dan hormat orang lain.

Tentang dorongan seks. Roger Daniel menulis mengenai perspektif Allah tentang seks bahwa kebanyakan dosa seksual dimulai dari pikiran yang berdosa. Dia mengatakan bahwa setan menggunakan seks sebagai senjata dalam dua cara untuk menghancurkan orang percaya. Pertama, dia membuat seks seperti benda menjijikkan di benak beberapa orang percaya dan mencuci otak orang itu dengan pikiran bahwa tujuan mulia dalam satu pernikahan yang indah dan diberkati sudah rusak sama sekali. Kedua, setan membuat nafsu dan seks di luar penikahan adalah hal yang dapat diterima. Setan sukacita sekali kalau ada orang percaya berpikir begitu.

Ini akan menjadi pergumulan orang percaya yang sudah dewasa karena jaman sekarang ini media secara konsisten dan terus menerus membombardir pikiran kita soal cara cara terbaru memperlakukan seks. Standar Allah tidak mungkin diturunkan hanya karena pendapat mayoritas di dunia. Allah selamanya tak berubah. Bagaimana pikiran pikiran kita tentang seks akan mempengaruhi perilaku dalam memperlakukan seks itu sendiri.

Seks adalah dorongan biologis yang akan muncul setiap saat pada setiap orang normal. Seperti dorongan lain, seks tidak bisa dicegah kemunculannya tetapi bisa ditangani. Cara bijaksana adalah dengan menyalurkan atau memfokuskan perhatian pada kegiatan kegiatan positif. Ada banyak yang bisa dilakukan, misalnya melakukan usaha usaha pengembangan diri, seperti mengikuti kursus bahasa, menekuni hobi, memberi perhatian khusus kepada anggota keluarga yang sedang bermasalah, secara regular berbagi masalah intim dengan teman teman dekat atau sekedar minum kopi, mencari sensasi berbeda seperti pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi, mencoba makanan baru di restoran, ikut di kegiatan sosial yang cocok dengan kita, atau bahkan memberi kursus gratis secara berkala kepada orang yang membutuhkan. Di atas segalanya, memelihara keintiman dengan Tuhan tentu saja. Usahakan hal hal indah dalam hidup yang hanya sekali ini

Melakukan hubungan seks sembarangan atau perselingkungan hanya akan menimbulkan rasa percaya diri semu, meningkatkan ketegangan tubuh, gelisah dan integritas diri yang keropos. Bentengi dan lindungi diri Anda

Ubah Paradigma. Ubah pikiran bahwa hidup sendiri berarti tidak lengkap. Jangan anggap enteng keadaan Anda. Terlalu banyak kuatir soal keadaan ini menghina Tuhan lho Jangan memusingkan Tuhan dengan menceritakan rahasia usia Anda sekarang kepadaNya. Tuhan itu terlalu sangat maha tahu. Kerjakan saja bagian Anda dengan baik. Tuhan pun sedang melakukan bagianNya.

Jangan kesal mendengar orang berkata: Kenapa belum menikah?, Kapan pesta?, Jangan terlalu memilih , Hati hati, usia jalan terus, Awas, usia segini agak aneh punya anak. Anggap saja keprihatinan seperti itu adalah perhatian dan sayang mereka kepada Anda. Menjawab pertanyaan sinis dengan jujur akan memberi kesan tertentu dari orang lain tentang siapa Anda.

UNTUNG RUGI
Hidup menikah atau melajang masing masing mempunyai risiko. Seorang lajang bebas melakukan apa pun yang dia mau, tidak ada batasan untuk bisa mengembangkan diri, meniti jenjang karir sampai yang diinginkan, tidak terikat dalam tanggung jawab di keluarga inti, dapat merencanakan apa saja dengan bebas, membantu orang lain lebih leluasa.

Seorang yang menikah beruntung karena mempunyai sahabat jiwa sepanjang hidupnya, bisa belajar memahami sifat pasangannya, mempunyai keturunan. Tetapi di sisi lain, orang menikah mempunyai pola hidup yang terikat, tidak bisa memutuskan sendiri, biaya hidup lebih tinggi karena ada anak anak yang harus dihidupi (kalau ada anak), rentan terhadap risiko terluka ketika ada perceraian atau kematian pasangan atau anggota keluarga inti lain.

BONUS: PENDAPAT PENDAPAT PARA LAJANG
Saya berbicara dengan beberapa teman yang belum menikah, bertanya tentang cara mereka memandang keadaan sekarang. Dan inilah petikannya:

Jacklyn, perempuan, 34.Waktu di sekolah menengah, saya berpikir akan menikah di usia 23 tahun. Tapi pada usia itu, saya merasa belum siap. Lalu saya berpikir akan menikah di usia 27 tahun. Ternyata, pada usia itu saya memang punya pacar tetapi merasa tidak ajeg, dan sedang siap siap mengakhiri hubugan itu. Sejak itu saya tidak memberi target waktu kepada diri saya untuk menikah. “Que sera sera” lah. Kalau saatnya tiba, saya akan tahu, dengan siapa dan kapan saya akan menikah. Pikiran seperti ini melegakan.

Kayla, perempuan, 39. Saya tidak tahu apa sebenarnya keinginan saya Menikah atau tidak, muncul bergantian. Semakin memikirkannya, saya justru semakin bingung. Tapi saya percaya kebaikan Tuhan. Apakah saya akan menikah atau tidak, saya pasti akan merasakannya dengan jelas. Santai saja. Menikah bukan tujuan akhir saya.

Dona, perempuan, 43.Sebenarnya saya tidak keberatan hidup melajang, tapi tiba saat pesta, liburan, perasaan ingin ditemani, partner ngobrol kapan saja, rasanya jadi sulit juga. Itu saja. Masalah lain sih oke

Febi, laki laki, 38.Saya selalu sibuk bekerja. Saya bertemu dengan banyak perempuan di tempat kerja dan pelayanan. Pada umumnya mereka hebat dan menarik. Entahlah, saya belum memperhatikannya lebih serius. Kadang kadang saya butuh perempuan, kadang kadang tidak. Tapi saya pikir, kalau saatnya tiba, saya akan menentukan pilihan dengan tidak ragu ragu.

========================================
Pengirim : Ita Siregar
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *