kawan,
perutmu buncit melenggang di atas perut bumi yang keronta
sepenggal ucap tak berarti mengundang hujan
bumi pertiwi tersedu
palingkan rupa sendu tak kuasa mengaduh
ah,
itu khan kata tikus yang telah kenyang menyantap sabda
lho, lantas, apa komentar gembala ?
ya, sudahlah , itu cobaan bagi kawanan domba
hiburan ?
tidak mungkin
paling paling……….ah, jangan
kawan,
tikus buncit menanti pesta rakyat ?
untuk apa ?
lha, mbah suwito saja kemarin menunggu kereta berjam jam untuk pergi ke pesta rakyat itu
kereta tak kunjung tiba
akhirnya, ia bosan menunggu dan pulang langsung ke sawah
ternyata,
di sawah ia malah menyaksikan pesta rakyat pipit merampok padinya
tapi, itu khan mbah suwito
mas kajang, pensiunan pegawai negeri yang tidak mau menikah gara gara gajinya kecil, pergi juga ke pesta rakyat di alun alun keraton
sayang, ia belum kembali sejak itu
ya, kita ini serba menanti, kok, cak
entah sampai kapan
tapi, ada harapan , khan ?
tentu, meski menanti itu membosankan, gelisah, risau et cetera
tapi, ini hidup, bung
tidak ada yang pasti kecuali kematian
tapi, yaitu ada harapan
padahal,
berjam jam, berkali kali memohon belum berhasil juga aku mendekap Bestari
maunya segera memetik bunga melati dan kusisipkan di dadamu
lantas, kuundang kawanan semut mencicipi manisnya cintanya
kataku, aku ingin menempuh perjalanan panjang ini
tapi, bus nya belum juga tiba
dan sejauh kutahu, Puteri Perawan sangat elok
kilau wajah’nya’ menyilaukan surya
langkah’nya mengheningkan ombak laut selatan
kau minta, ‘dia’ mengabulkan
kau susah, carilah kenangan penghiburan dari’nya’
kau kesepian, temukan ‘ia’ di pesta cinta’nya’
kau spaneng, tenang kau dekap
wah…wah……
hebat dewakah ‘ia’ ?
bukan sekadar dewa, dab
Puteri Bestari adalah Ratu para dewa, Bunda Penebus
sebenarnya,
kau, aku , kita tak sabar untuk pergi ke pesta cinta’nya’
kubayangkan nektar pelipur para dewa
sedikit kucicipi, musnah derita
tapi,
kasihan pak de jarwo
khan kuajak ia memasuki kerajaan Puteri supaya didapatnya Puteri Elok yang menghiburnya
sayang, sendirian dan tak seorang pun peduli
gerutunya khan berhenti terpana menatap Puteri Elok membawakan kembang kanthil untuknya
tapi,
dengan apa khan kuajak dia ?
kusiapkan kereta kencana
betul
tlah siap segala sesuatu
tapi, lagi lagi saatnya belum tiba
sekarang sudah pukul 22 00 wib
berjam jam sudah aku di pemujaan ini
Bunda,
kapan ‘kau’ hadir menyentuh lubuk puri batin ?
kegersangan meronta merindu sumber air
dahaga merongrong jasmani
gerah bercucuran
taman puriku menanti siraman sejuk cintamu
lelah berkidung sendu mengaduh di telapak kaki’mu’
rasanya,
perjalanan ini sia sia
itu kata kebosananku
tinggallah semenit saja
bagimu semenit, bagiku bertahun tahun
tapi baik,
ku khan setia menanti saat tiba
berharap Bintang Fajar membiaskan segera kembang kembang cintanya
suryawacana, 240502
========================================
Pengirim : Gendhotwukir
========================================