My Honey

Apr 16, 2004

” Ok ok sabar non sabar “, kataku berusaha menenangkan dia. ” Cepat jalankan mobilnya ” , ujarnya sambil menodongkan pistol. ” Hidup sial sekali, disuruh cari berita di tempat pemberontak, dan sekarang ditodong seorang wanita yang tidak jelas, huff ” kataku dalam hati. Mobil kuhidupkan dan perlahan lahan mobil berjalan. ” Ada pos penjagaan di depan , kita tidak bisa lewat dengan mudah ” kataku. ” Terus saja ” perintahnya.

Sesampainya di depan pos, dua orang gerilyawan pemberontak menghampiri kami, mereka membawa senapan laras panjang, senapan berburu, tapi tetap saja berbahaya, karena aku tidak bersenjata. ” Hei wartawan mau kemana ? ” tanya salah seorang dari mereka. ” Ada urusan ” jawabku. ” Buat apa membawa dia? ” cecarnya lagi sambil menunjuk wanita di sampingku. Mendadak, dengan sangat cepat, perempuan di sebelahku mendorongku sampai rapat ke sandaran mobil, dua kali pistol ditembakkan, tak terdengar, sepertinya menggunakan peredam. Aku hanya memejamkan mata. Terdengar dua jeritan tertahan. ” Tancap gas ” perintahnya. Aku langsung menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi.

” Kita akan dikejar ” kataku. Ia hanya diam. Kalau dilihat lihat manis juga wajahnya. Rambutnya hitam dan panjang, orang tidak akan menyangka ia bisa menggunakan senjata api. Semenarik apapun dia , itu tidak penting, yang jelas nyawaku terancam.

Saat menerima tugas untuk mencari berita di wilayah ini aku tidak berpikir bahwa akan seberbahaya ini, tapi sebagai wartawan, rasanya tidak ada kesempatan untuk naik jabatan kalau tidak mencari berita yang sulit didapat. Salah seorang pemberontak Beruang Biru sudah berhasil kuhubungi dan ia mau mempertemukanku dengan pemimpin mereka. Dan segalanya berjalan dengan lancar, wawancara dengan si pemimpin tercapai dan berhasil.

Di hari terakhir ketika ingin bersiap pergi ke desa lain untuk selanjutnya pulang dengan helikopter, seorang perempuan tiba tiba menyergapku, dan beginilah nasibku sekarang. Aku terbangun dari lamunanku, ketika melihat segerombolan orang tampak menghadang di depan jalan. ” Habis sudah ” kataku pelan.

Beberapa orang dengan pentungan dan senapan menghampiri mobil. Jumlah mereka 7 orang. ” Turun ” Perintah mereka, aku dan si perempuan turun dari mobil. Tiba tiba si permpuan menangis dan memeluk salah satu dari mereka. ” Apa apaan nih ” seru salah seorang. ” Dia…dia mau menculikku ” kata si perempuan kepada orang yang dipeluknya.

” Cari mati ya kamu hah ” salah seorang mengayunkan pentungan ke arahku, hanya mengenai udara di depanku. Jantungku berdegup kencang, aku sama sekali tidak bisa bela diri dan tidak bersenjata. Perempuan itu menjebakku.

========================================
Pengirim : Moscow Black
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *