Dahulu kala ada seorang raja yang kaya raya. Sang Raja begitu yakin akan keadilan aturan dan keputusan yang dibuatnya. � Aturan adalah Aturan � katanya kepada penasihat penasihat kerajaan. Ia tak pernah mengijinkan adanya perkecualian dalam setiap pelaksanaan keputusan yang dibuatnya.

Suatu hari seorang pengawal kerajaan memergoki seorang pengemis yang sedang mengendap endap bermaksud mencuri roti dari dapur kerajaan. Sang raja murka dan memerintahkan supaya pencuri itu dihukum gantung karena begitulah hukuman bagi seorang pencuri.

� Tapi saya toh sangat miskin dan lapar, sementara Sang Baginda Raja memiliki segala galanya. Tentunya tidak salah jika sedikit keju dan roti aku minta. Ya…., saya tidak meminta ijin karena saya sesungguhnya bukan pencuri. Di sana tak ada seorang pun. Kepada siapa saya harus meminta ijin ?� kata pencuri itu menjelaskan.

� Maaf….., tidak ada perkecualian Pengawal, Bawa pencuri ini ke tiang gantungan � perintah raja.

�Ah.., sayang sekali.� keluh pencuri itu ketika dalam perjalanan di hadapan pengawal kerajaan. �Mulai sekarang sebuah rahasia besar dari ayahku akan mati bersamaku. Tapi saya senang bahwa saya tidak membocorkannya di hadapan Sang Baginda Raja.�

�Apa katamu ? Rahasia besar apa itu ? Ayo, katakan rahasia itu .� sergah pengawal ingin tahu.

�Jika Sang Baginda Raja menanam biji buah delima, maka biji delima itu akan tumbuh dan berbuah hanya dalam semalam. Kalau tidak ada saya, dapatkah itu terjadi ? Itulah rahasia yang telah diajarkan ayahku kepadaku dan aku harus terus merahasiakannya.� katanya dengan pandangan sayu.

Pengawal kerajaan itu berhenti dan berpikir sejenak, � Mungkin….Sang Baginda Raja ingin mengalaminya sebelum kamu mati. Kita kembali menghadap Sang Baginda Raja.� ajaknya. Ia bergegas membawa pencuri itu menghadap Sang Baginda dengan maksud supaya si pencuri menjelaskan rahasia besar yang disimpannya.

Sang Raja pun ternyata ingin tahu. � Tentang rahasia itu kamu harus menunjukkan kepadaku� kata Sang Raja tidak percaya lalu memerintahkan pengawalnya memetik buah delima dari kebun kerajaan.

Bersama dengan Pegawai Kerajaan, Pengawal Kerajaan dan Sang Raja pergilah Si Pencuri malang itu ke kebun kerajaan. Si Pencuri mulai menggali tanah dan membuat kubangan kecil untuk biji buah delima di tangannya. Namun ia tidak segera meletakkan biji apel tersebut ke kubangan kecil yang telah di buatnya. Selanjutnya ia berdiri dan berkata, �Saya bisa membuat sebuah mukjizat, jika orang lain yang meletakkan biji delima ini ke kubangan kecil itu.. Saya sendiri tidak boleh meletakkan biji apel ini ke kubangan kecil itu. Hanya seorang yang belum pernah mencuri atau mengambil sesuatu dari orang lain, apa yang bukan menjadi haknya boleh meletakkan biji delima ini. Karena saya seorang pencuri maka harus salah satu dari kalian yang melakukannya.�

Pegawai Kerajaan, Pengawal Kerajaan dan Sang Raja terdiam. Situasi menjadi hening. Yang terdengar hanyalah suara burung berkicau dan lebah yang mendengung.

Si Pencuri menoleh ke Pengawal Kerajaan dan memohon, � Sudikah Tuan meletakkan biji delima ini ?�

Pengawal Kerajaan itu mulai gemetar dan berkata lirih, � Biji delima itu tidak akan tumbuh, jika aku yang meletakkannya. Dulu ketika saya masih muda, saya pernah mencuri pisau dari tetangga saya.� Setelah selesai berbicara, Pengawal Kerajaan itu tidak berani menatap langsung mata Si Pencuri dan memalingkan pandangannya.

Lalu Si pencuri itu berpaling ke Pegawai Kerajaan dan berkata, �Sudikah Tuanku melakukannya?�

Pegawai Kerajaan itu tampak pucat lalu menundukkan kepalanya, � Saya juga tidak bisa melakukannya,� katanya lirih, � Saya setiap hari bekerja dengan jumlah uang yang banyak. Dan sampai saat ini saya telah banyak mengambil uang dari kas untuk kepentinganku sendiri.�

Kini Tinggal Sang Baginda Raja. Kata si Pencuri itu, � Tuanku Baginda Raja, Tuankulah satu satunya orang yang belum pernah mengambil barang milik orang lain yang bukan menjadi hak, Baginda. Jadi, sudikah Tuanku Raja meletakkan biji buah delima ini ?�

Tiba tiba saja wajah Sang Raja menjadi pucat pasi. Ia terdiam membisu lalu menggoyangkan pundaknya.

� Setiap benda yang gemerlap selalu disukai anak anak kecil, � kata Sang Raja memulai ceritanya, � Anak kecil selalu saja ingin tahu. Saya teringat ketika saya masih kecil. Saya waktu itu di hukum berat karena saya mengambil kalung permata kerajaan milik ayahanda dan menyembunyikannya di kamarku. Saya waktu itu tidak tahu bahwa kalung itu sangat berharga dan bernilai tinggi bagi kerajaan ini. Saya hanya melihat permata itu seperti bintang bintang yang bercahaya dan warna warni pelanginya akan terpancar di dinding, bila cahaya matahari menyinarinya.� Setelah Sang Raja mengakhiri ceritanya, suasana menjadi hening kembali.

Lalu Si pencuri memecah keheningan dengan berkata,� Sang Baginda Raja, Tuanku adalah seorang yang berkuasa dan kaya raya. Tak satu pun berkekurangan. Dan sekarang tak satu pun di antara kalian mampu menumbuhkan biji buah delima ini. Oh… malang sekali nasibku. Aku yang baru akan mengambil roti, supaya rasa laparku hilang akan digantung.� keluhnya.

� Kamu sungguh bijaksana � sahut Sang Raja tiba tiba sambil menatap Si Pencuri yang kelihatan sangat sedih. � Kamu telah menunjukkan kepada kami bahwa tak seorang pun sempurna. Jika aturan tidak ditegakkan dengan keras seperti saat ini, maka kami tak akan ada di sini bersamamu. Saya membatalkan keputusan hukum gantungmu. Kamu bebas. Dan sebagai tanda terima kasihku atas kebijaksanaan yang telah kamu bagikan kepada kami, saya menghadiahi kamu kalung permata kerajaan milik ayahandaku. Pergilah sekarang Kamu telah membuka mataku. Dan di masa yang akan datang aturan akan disertai belaskasih. Keadilan harus tetap dijalankan.�

Jerman, 03 Desember 2004

Dongeng dari Negeri Inggris. Dongeng ini diterjemahkan oleh Gendhotwukir dari Majalah berbahasa Jerman Weite Welt, edisi September 2004.

========================================
Pengirim : gendhotwukir
========================================

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *