penyair itu manusia biasa
bukan nabi, bukan utusan Tuhan
apabila penyair berteriak lantang
ataupun menikam dengan syairnya
syair yang diukir
kemudian ribut soal hati nurani
sepintas mirip nabi
sepintas.
tak usah kebakaran bulu kaki
anggaplah memang sudah adatnya
mungkin sudah kutukan
bahwa penyair akan memakai kata
sebagai senjata khasnya
menohok, mencibir borok dan busuk
padahal penyair pun tak lebih suci
daripada penjahat berdasi
berkoarkoar
obral janji
lalu ingkar
sembunyi
sungguh
percayalah
sebagian penyair itu busuk juga
moralnya pun moratmarit
sebab, memang penyair bukan nabi
jika penyair menggugat nepotisme
anti kroni, anti monopoli
menggugat ketidakadilan
menggugat kesewenangwenangan
menggugat tirani
anggaplah kentut belaka
sebab sebagian penyair juga begitu
membuat suku purba
utamakan bela, puji dan dukung
kelompoknya sendiri
menyerang atau anti suku lainnya
jika penyair menggugat moral
apa penyair juga bertindak sesuai
dengan moral?
moral itu?
mereka akan menyodorkan definisi
moral berlandaskan selera
sesekali seolaholah bernurani
padahal tak bernyali gugat kawan sendiri
jangan percaya
senimankata tak lepas dari dusta
sebab mereka bukan nabi
bicara dari diri, bukan Wahyu Ilahi
puisipuisi mereka bukan ayat keramat
antologi mereka bukan kitab suci
ya memang begitu
maklum, penyair cuma manusia biasa
babarsariyogya, 28 april 2004
========================================
Pengirim : agts wahyono
========================================